sebelas

468 40 4
                                    

Sepertinya buket bunga mawar merah yang sekarang bertengger indah di sudut meja kerjaku memberi banyak energi positif untuk hariku yang cukup berantakan, aku tak henti-hentinya bersenandung riang. Membuat Zara berkali-kali menatapku bingung. Bahkan aku terlalu bersemangat hari ini, sampai ketika Zara mengajakku makan siang aku menolaknya.

"Yuk Tria makan siang, gue laper nih udah jam 2." Zara memegangi perutnya.

"Lo duluan aja deh, gue lagi nanggung nih." Aku masih menatap laptopku sambil tersenyum.

"Susah deh kalo ngomong sama orang jatuh cinta, yaudah deh gue duluan ya." Zara pun berlalu.

Jatuh cinta? Apa iya aku jatuh cinta? Pada Adrian? Sudah lama aku tak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Ah sudahlah, aku tak peduli. Yang jelas saat ini aku bahagia. Akupun melanjutkan kembali pekerjaanku.

***

Zara menaruh sebuah plastik di atas mejaku ketika dia masuk ruangan.

"Triana makan dulu, udah jam 4 ini!" Zara memelototiku galak.

Aku meringis menatapnya yang mulai galak seperti macan. Akupun menyambar plastik yang Zara taruh di mejaku tadi. Ternyata Zara membelikanku makanan. Baik sekali sahabatku yang satu ini.

"Makasih ya sahabatku tercantik." Aku mengedip-ngedipkan mataku genit ke arahnya.

Zara meniru apa yang aku ucapkan tanpa suara. Akupun tertawa melihat tingkahnya. Lalu aku langsung melahap makanan yang Zara bawa. Ternyata aku lapar juga, karena hanya butuh waktu 15 menit makanan itu sudah habis tak bersisa.

***

Sudah pukul 19.00 aku dan Zara masih ada di butik. Awal tahun memang kami sedikit lebih banyak kerjaan. Karena harus membereskan data-data dan dokumen tahun lalu. Sekalian, mereview omset tahun lalu untuk target tahun ini.

"Tria gue udah kelar nih, lo udah belom?" Zara sepertinya sudah kelelahan.

"Sedikit lagi Zar, lo kalo mau duluan aja gapapa." Aku masih fokus menatap laptopku.

"Beneran gapapa? Gue capek banget ini. Apa gue tunggu aja deh, dikit lagi kan?" Zara menyederkan tubuhnya di sofa yang ada di ruangan kami.

"Beneran gak usah, udah sana pulang nanti lo keburu ngantuk bawa mobilnya." aku tak enak hati, karena tadi aku sudah datang terlalu siang.

"Tapi lo kan gak bawa mobil?"

"Taksi banyak Zar. Udah sana pulang."

"Yaudah gue balik ya, ada apa-apa telpon gue."  Zara pun mengambil tasnya dan keluar dari ruangan.

Akupun melanjutkan menyelesaikan apa yang sedang aku kerjakan. Jam dinding menunjukan pukul 19.30, dan akhirnya aku telah menyelesaikan apa yang harus aku kerjakan. Akupun langsung membereskan meja kerjaku. Tiba-tiba ponselku berdering.

Adrian is calling...

Aku buru-buru menjawab telpon dari Adrian.

"Hallo." Sapaku membuat suaraku sebiasa mungkin, agar tidak terlalu terlihat kalo aku senang.

"Hai Tria, gimana suka gak bunganya?" Tanyanya di ujung telpon.

"Suka kok, makasih ya."

"Kamu dimana nih?"

"Masih di butik ini mau pulang."

"Hati-hati ya bawa mobilnya, jangan ngebut-ngebut."

"Tenang aja, yang nyupir kan bukan aku."

"Hah? Terus? Kamu pake supir?"

"Enggak, mobilku mogok tadi pagi jadi aku naik taksi."

"Oke kamu tunggu butik,15 menit lagi aku sampe. Jangan kemana-mana sebelum aku jemput." Adrian langsung memutuskan sambungan telponnya.

Dan aku hanya bisa diam dan terkejut. Segitu perhatiannyakah Adrian padaku? Sampai ia rela membuang waktunya untuk menjemputku hanya karena aku tidak bawa mobil. Oh Tuhan, ia seperti malaikat berbentuk manusia yang menjagaku.

***

Adrian sweet banget yaaaa 😍

Cinta Tanpa ArahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang