Aku langsung bergegas menuju kamarku, setelah kejadian yang kurang enak tadi. Aku langsung mengambil ponselku dari dalam tasku, dan langsung menghubungi Adrian. Sudah hampir 10 kali aku meneleponnya tapi belum juga dijawab oleh Adrian. Mungkin dia tidur karena lelah. Aku putuskan untuk menghempaskan tubuhku ke kasur.
Rasanya aku butuh sekali teman berbagi malam ini, akupun memutuskan untuk menghubungi Zara. Berharap Zara belum ada di alam mimpi.
"Halo Tria kenapa?" Jawab Zara setelah menjawab teleponku.
"Mau cerita, mau dengerin gak?" Aku bertanya dengan nada sendu.
"Maulah, gue kan sahabat lo. Udah cepet cerita, kenapa?" Zara langsung berubah serius nada bicaranya.
"Mommy bentaj gue Zar." Aku semakin sendu.
"Hah? Serius lo? Selama ini bukannya Mommy lo gak pernah bentak lo?" Zara sedikit terkejut mendengar penuturanku.
"Nah itu dia Zar, gara-gara gue turun di depan rumah tadi. Mommy sama Daddy gak suka." jelasku pada Zara
"Hmm, wajar sih Zar. Mungkin mereka cuma mau Adrian bersikap lebih sopan."
"Iya sih, gue mau ngomong ke Adrian. Tapi daritadi gue hubungin gak dijawab."
"Yaudah besok aja kalian ketemu, ngomong langsung lebih enak kayanya."
"Okay deh Zar, thank you yaa." Aku mengakhiri sambungan teleponku.
Sepertinya aku memang harus berbicara dengan Adrian. Memang sudah saatnya aku mengenalkannya kepada keluargaku. Sekarang kan dia memang kekasihku, jadi memang sudah sewajarnya. Aku putuskan untuk mengirimi Adrian pesan singkat sebelum aku beristirahat.
Darl, I wanna meet you..
Besok ya kita ketemu, jam 7 pagi di coffee smith.
Good night ❤***
Paginya aku sengaja menyetel alarm sepagi mungkin, pukul 05.00. Aku langsung bergegas menuju toilet. Entah mengapa aku memutuskan untuk mengambil air wudhu, aku berniat untuk melaksanakan shalat subuh. Rasanya sudah lama sekali aku tak melaksanakan shalat subuh. Aku terlalu sibuk dengan duniaku sampai aku lupa dengan Tuhanku.
Setelah melaksanakan shalat subuh yang berjumlah dua rakaat aku menyapa Tuhanku dengan doa yang aku panjatkan. Aku menitikan air mata, sungguh aku sangat malu pada sang Illahi. Aku punya segalanya tapi dengan sombongnya aku tak pernah berterima kasih padaNya. Tak lupa kuselipkan nama-nama orang yang aku sayangi ke dalam doaku, semoga Allah SWT masih mau mendengar doaku. Aku percaya karena dia Maha Mendengar.
Setelah selesai aku bersiap-siap untuk menemui Adrian. Karena aku sungguh tak tenang jika keadaannya sudah seperti ini. Akupun segera turun dari kamarku. Untungnya belum ada satupun anggota keluargaku yang sudah bangun.
"Nanti kalo Daddy atau Mommy nanyain aku, bilang aku lari pagi ya." Aku memberitahu salah seorang pelayanku dan berlalu menuju garasi, disana sudah ada supir Daddy sedang memanaskan mobil. Berhubung mobilku masih ada di butik, aku meminta supir Daddy mengantarkanku.
***
Aku tiba di Coffee Smith tepat pukul 07.00. Aku langsung mengambil tempat yang menurutku nyaman untuk berbincang dengan Adrian. Dan aku langsung memesan secangkir kopi untuk menghangatkan pagiku.
Aku memperhatikan barista yang dengan lihainya membuatkan kopi untukku. Aku tersenyum hangat melihat sebuah seni yang bisa tertuang dari secangkir kopi.
Tak lama pelayan mengantarkan kopi pesananku menuju mejaku, akupun langsung menghirupnya. Nikmat sekali rasanya, juga menenangkan. Kunikmati kopiku sambil memperhatikan orang dan kendaraan yang berlalu lalang. Lihatlah ibukota kita ini, di hari libur dengan waktu sepagi ini sudah ramai orang beraktivitas.
Aku sempat melamun beberapa saat, kulirik arlojiku. Waktu sudah menunjukkan hampir jam 08.00 tapi Adrian belum juga datang. Tak biasanya dia tak mengabariku. Akupun memutuskan untuk menghubunginya. Namun, lagi-lagi Adrian tak menjawab panggilanku. Mungkin dia sedang dalam perjalanan, pikirku positif.
Aku dikejutkan dengan kemunculan sosok Deni di kafe ini. Dia ternyata juga melihatku dan langsung menghampiriku.
"Gue tau siapa yang lo tunggu, tapi orang yang lo tunggu gak akan dateng." Deni duduk dihadapanku.
"Maksud lo?" Aku bertanya heran.
Deni tersenyum simpul, dia hanya memperhatikan wajahku.
"Intinya dia gak baik buat lo, dan dia gak akan dateng sekarang." Deni meninggalkanku setelah pesanan kopinya diberikan oleh seorang pelayan.
Dan aku hanya bisa terpaku mencerna setiap kata yang Deni ucapkan tadi. Apa Deni benar tahu kalau aku menunggu Adrian?
***
Segini dulu yaa, thankyouuuu 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tanpa Arah
RomanceKisah tentang seorang wanita yang mencintai seseorang yang sudah memiliki cinta. Cinta yang harusnya lebih besar dan lebih sempurna dari cinta wanita ini. Apakah wanita ini tega merusak cinta itu? Apakah seseorang itu juga mencintainya?