lima belas

484 37 2
                                    

Aku menyapa semua karyawanku yang sedang bersiap-siap membuka butik dengan senyuman termanisku. Mereka sedikit terkejut melihat sikapku, tapi mereka langsung membalas senyumanku. Akupun langsung berlalu menuju ruanganku.

Aku langsung membuka laptopku dan memulai mengerjakan pekerjaanku hari ini, tak lama berselang Zara masuk.

"Tria, lo utang penjelasan sama gue. Cepet jelasin." Zara langsung menghampiriku ganas.

"Iya sahabatku yang bawel, apa yang mau lo tau?" Tanyaku to the point.

"Who's him?" Zara menatapku intens

"Adrian, udah lo mau nanya itu doang kan?" Aku tertawa.

"Gue belom selesai, dia itu siapa, kenal dimana dan kenapa lo bisa deket sama dia?" Zara menatapku tajam.

"Dia salah satu pelanggan kita Zar, gue kenal dia disini di butik tercinta kita ini dan gue juga gak tau kenapa gue bisa deket sama dia." Aku mengangkat bahuku.

"Gue serius Triana, C'mon.." Zara berdecak sebal.

"Gue juga serius, gak tau kenapa dari awal gue kagum sama dia."

"Are you falling in love? Jangan bilang lo ngejar-ngejar dia."

"Zara gak mungkinlah, lo kaya baru kenal gue aja. Dia duluan yang selalu ngajakin gue jalan."

"What? Selalu? Berarti lo udah sering jalan sama dia? Dan lo gak cerita sama gue?" Zara mengerucutkan bibirnya.

"Sorry Zara, gue cuma gak mau ganggu lo yang lagi bahagia sama Deni." Aku tersenyum.

Zara tersipu malu, dan bisa kulihat dari sikap Zara bahwa dia menaruh hati pada Deni.

***

Hari ini aku cukup sibuk, karena harus mendesign beberapa model baju untuk barang new arrival. Aku mengetuk dahiku dengan pensil, sedikit berpikir design apa yang unik dan cocok untuk mengisi butikku di awal tahun ini. Aku melirik ke arah bunga mawar merah yang Adrian berikan padaku. Bunga itu memang sudah sedikit layu, namun kehadirannya memberikanku ide briliant. Aku mulai mendesign dengan menambahkan motif bunga mawar di beberapa bagian dress yang sedang aku design.

"Zar ini kurang apa?" Aku mengangkat kertas yang aku gunakan.

"Hmm, udah bagus kok Tria. Sini gue bikinin sepatunya."

Akupun memberikan kertas itu pada Zara dan Zara dengan lihai langsung mendesign sepatu yang sangat senada dengan dress yang aku buat.

Akupun memberikan kertas itu pada Zara dan Zara dengan lihai langsung mendesign sepatu yang sangat senada dengan dress yang aku buat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cantik bukan ?
Adrian memang selalu bisa memberikan hal-hal positif untukku.

Oh iya aku memang ahli dalam hal mendesign pakaian, walaupun harus meminta saran Zara. Dan Zara selalu ahli melengkapinya dengan design sepatu yang ia buat. Kami sahabat yang kompak bukan?

Aku tersenyum memandangi hasil kolaborasiku dan Zara. Hingga Zara mengajakku untuk makan siang.

***

Sepulang dari makan siang Pak Ahmad menghampiriku dan memberikan buket bunga mawar merah lagi.

"Non ada kiriman lagi."

"Terimakasih Pak." Aku menerimanya dan tersenyum, entah kenapa aku yakin betul kalau ini dari Adrian.

Zara berdeham menggodaku.

"Duh hati makin berbunga-bunga nih dikirimin bunga mulu." Dia menyindirku sambil berlalu.

Aku tertawa dan langsung mengikui langkahnya masuk ke dalam ruangan kami.

Ku hempaskan tubuhku di kursi kerjaku, perlahan ku cium aroma segar bunga mawar yang berada di tanganku. Lalu ku ambil kartu ucapan yang terselip di buket tersebut.

Aku tak mau membuatmu sedih melihat bunga yang kemarin layu,
Maka aku memutuskan untuk selalu mengirimimu bunga..

Aku jemput kau nanti malam jam 19.00,
Dandan yang cantik ya,
Secantik bunga mawar ini..

Adrian

Ah Adrian, kau selalu bisa menyihirku dengan kata-katamu, dengan berbagai perlakuan indahmu. Caramu sederhana namun selalu mampu membuatku bahagia.

***

Ada yang bisa nebak Adrian mau ngajak Tria kemana ?

Cinta Tanpa ArahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang