Malam ini aku memutuskan untuk makan malam di rumah bersama keluargaku. Aku tak mau Mommy dan Daddy mengira aku menghindari mereka lagi. Selain itu, aku merasa moodku naik drastis semenjak tadi siang. Iya jujur karena Adrian mengajakku makan siang tadi.
Tapi suasana makan malam kali ini masih hening seperti tadi pagi, sepertinya mereka masih sungkan kepadaku. Aku menata gestur tubuhku sebiasa mungkin.
"Kok dari tadi pagi kita makan hening banget ya ? Ada apa emang sih ?" , Pita angkat bicara.
"No problem honey, all is good.", Mommy tersenyum.
"Gimana kuliah kamu?", Daddy pun akhirnya membuka obrolan.
"So far so good Dad.", Pita pun riang mendengar mereka sudah mulai bicara.
"Kuliah yang benar, nanti kalau sudah lulus jangan terlalu sibuk dengan karir. Pikirkan juga rencana masa depanmu,karena hidup tak hanya soal karir.", Daddy menyindirku.
Aku langsung berhenti menyantap makan malamku, sepertinya aku kehilangan selera. Akupun bangkit dengan sedikit kasar dari tempatku duduk. Aku langsung beranjak ke kamarku. Aku tak suka Daddy menyindirku seperti itu. Secara tidak langsung Daddy sudah menjatuhkan harga diriku di depan adikku.
***
Aku membenamkan wajahku ke bantal kesayanganku. Kata-kata Daddy masih terngiang ditelingaku. Mengapa Daddy sejahat ini sama aku? Dulu Daddy tak pernah mempermasalahkan hal semacam ini. Dulu Daddy bilang karir nomor satu, maka yang lain akan nyusul menjemput. Tapi sekarang? Aku benci Daddy yang seperti ini. Yang memojokanku dan menyudutkanku. Daddy tak pernah tau apa saja yang pernah aku alami. Daddy tak pernah tau kebanyakan laki-laki diluar sana seperti apa.
Cklekkk..
Pintu kamarku terbuka, ya karena aku lupa menguncinya tadi. Pita adikku menghampiriku.
"Sis, what's the matter?" , dia memelukku.
Setetes air mataku jatuh di pipiku. Dan aku langsung mengusapnya. Aku tak ingin adikku tau kalau aku sedang sedih. Dia selalu menjadikanku panutan, dan dia selalu bilang aku kuat.
"Gapapa dek, kakak cuma lagi capek aja. Banyak kerjaan di butik." , aku mencoba tersenyum.
"Serius?" , matanya menatapku lurus.
Akupun mengangguk dan tersenyum.
"Kapanpun kakak butuh aku, aku akan selalu ada buat kakak. Yaudah kakak istirahat gih, jangan terlalu capek ya kak. Aku gak mau kakak sampe sakit. Aku mau belajar dulu." , Pita mengecup pipiku.
"Kamu juga jangan terlalu lama belajarnya, ini sudah malam baiknya kamu istirahat de. Kakak juga gak pengen kamu sakit." , aku mencoba mengingatkannya.
Dia tersenyum dan mengangkat jempolnya sambil berlalu menuju kamarnya. Pita memang adik yang baik, aku yakin jika aku menceritakannya pun ia tidak akan menyudutkanku seperti Mommy dan Daddy.
Ponselku berdering, dan kulihat ada nomor tak di kenal menghubungiku. Aku sebenarnya malas untuk menjawabnya. Tapi, aku penasaran siapa orang yang berani menjahiliku malam-malam begini. Akan kumarahi dia berhubung aku sedang kesal.
"Halo, siapa ni?" , jawabku ketus.
"Halo, kamu lupa sama aku?" , jawab orang di seberang sana.
"Siapa ya? Gak usah sok kenal deh!", aku tambah sewot.
"Pasti makin cantik kalo kamu lagi marah-marah gini." , godanya sambil tertawa.
"Apaan sih gak jelas deh, udah ah gue matiin aja kalo lo gak ngasih tau lo siapa." , aku hendak mengakhiri panggilan telepon yang tidak jelas ini.
"Tunggu Tria, ini aku Adrian." , dia langsung berkata panik.
Aku terkejut dan sempat diam beberapa detik.
"Halo Tria, kamu masih disana kan ?" , dia kembali menyapaku.
"Eh iya masih, aku kira kamu siapa ngagetin aja sih." , aku berkata sedikit malu.
Aku baru ingat bahwa tadi siang Adrian meminta nomor ponselku. Aku jadi malu, sudah memarahinya habis-habisan tadi. Adrian menghubungiku untuk memberitahukan bahwa ini nomor ponselnya. Selain itu, dia sedang jenuh di kantor. Dia sedang banyak kerjaan katanya, makanya menghubungiku agar rasa jenuhnya berkurang. Dan lagi-lagi Adrian bisa membuat moodku membaik. Terimakasih Adrian...
***
Wah Adrian hebat yaaa...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tanpa Arah
RomanceKisah tentang seorang wanita yang mencintai seseorang yang sudah memiliki cinta. Cinta yang harusnya lebih besar dan lebih sempurna dari cinta wanita ini. Apakah wanita ini tega merusak cinta itu? Apakah seseorang itu juga mencintainya?