Aku keluar dari ruanganku, dan kudapati sesosok pria berdiri membelakangiku. Siapa pria ini? Sepertinya aku tak mengenalnya. Tapi aku pernah melihat postur tubuh pria ini sepertinya, ah mungkin itu hanya kebetulan.
"Maaf anda siapa ya?" , tanyaku menghilangkan rasa penasaranku.
Pria itu membalikkan badannya, dan ia tersenyum hangat sekali di pagi yang cukup dingin. Ah, kenapa aku ini.
"Hai Triana, maaf mengganggumu pagi ini.", dia menyapaku sopan.
"Lupakan, ada keperluan apa ya kesini?", tanyaku to the point.
"Aku hanya ingin menitipkan ini untuk Zara, kata security ia belum datang dan aku harus buru-buru karena ada meeting pagi ini.", ia memberiku sebuah amplop, akupun mengambilnya.
"Baik, nanti aku sampaikan." , akupun mencoba tersenyum.
"Oke terimakasih, aku pamit dulu ya." , dia pun berlalu sambil tersenyum.
Akupun mengangguk sambil berlalu menuju ruanganku kembali sambil memegang amplop yang diberikannya tadi. Apa ini? Apa Zara dapat surat cinta darinya? Ah, sepertinya Zara beruntung sekali bisa cepat menjawab pertanyaan orangtuanya. Sedangkan aku? Sudah, lupakanlah...
***
Aku membuka browser, melihat-lihat semua update berita tentang fashion ibukota dan juga global. Semuanya membosankan, tak ada perubahan yang signifikan sepertinya. Atau aku yang sedang bosan dan moodku menurun karena perkataan Daddy semalam. Aku harus profesional, aku tak mau karyawanku mengetahui hal ini.
Tak lama Zara tiba dengan senyuman cerianya seperti biasa, aku heran dengan tipikal orang sepertinya yang selalu bisa tersenyum apapun yang dihadapinya.
"Morning Triana, kenapa deh pagi-pagi udah cemberut?" , tanya Zara menghampiriku.
"Nothing,eh ya nih ada titipan dari Deni tadi pagi dia kesini.", aku memberikan amplop itu kepada Zara.
"Ya ampun, ini anak ya. Udah dibilang gak usah.", Zara menggerutu.
"Emang apaan si Zar, surat cinta ya?",tanyaku spontan.
Zarapun tertawa, "Bukan,ini si Deni ganti uang gue yang kemaren buat bayar bill di magnum cafe. Inget gak ?"
Akupun mengangguk dan sedikit merasa bersalah karena sudah menuduh pria itu tak bertanggung jawab karena sikapnya kemarin yang pergi begitu saja.
***
Aku dan Zara makan siang di sebuah restoran Jepang tak jauh dari butik. Zara yang mengajakku karena melihatku suntuk sekali.
"Lo kenapa sih? Cerita dong." Tanya Zara setelah kami memesan makanan.
"Itu Zar, Daddy gue nanya hal yang sama kaya orangtua lo.", akupun mengatakan yang sebenarnya kepada Zara.
"Terus?", Zara mengernyitkan dahinya.
"Gue jawab kaya yang lo bilang ke ortu lo."
Zara tertawa terbahak-bahak. Akupun memajukan bibirku kesal.
"Sorry, gue gak kebayang orang kaya lo ngomong kaya gitu pasti lucu banget. Terus gimana respon Daddy lo?" , tanya Zara antusias.
"Daddy gue bilang jangan bercanda, bahkan dia mau jodohin gue sama anak koleganya. Gimana gue gak stress coba?", akupun menghela napas.
"Hmm so , lo mau gimana ? Ngikutin kemauan Daddy lo?" , tanya Zara tenang.
"No, gue gak mau. Gue masih bisa cari pendamping sendiri!" , aku sedikit menekankan kalimat terakhirku.
"Wow, slow honey. Tapi nih ya, gimana bisa lo cari pendamping kalo lo aja nutup diri lo?", Zara menenangkanku.
Tapi apa yang Zara bilang ada benarnya, aku selama ini terlalu menutup diriku. Tepatnya setelah kisah terakhirku dulu saat aku kuliah. Sejak itu aku menutup diriku dan tak membiarkan satu orang pria pun masuk ke hatiku. Karena aku tak ingin sakit hati lagi. Ah, sudahlah aku tak suka mengingat hal itu.
"Hello, Triana? Are you okey?" ,Zara mengguncang-guncangkan tubuhku.
"Iya gue gapapa, terus gue harus gimana?", tanyaku pada akhirnya.
"Yakin lo mau dengerin gue?", Zara bertanya dengan nada ragu.
"Iya gue dengerin tapi belum tentu gue turutin semua kata-kata lo." , aku memamerkan deretan gigiku.
"Hmm, yaudahlah. Jadi gini,hal pertama yang perlu lo lakuin buka diri dan jangan jutek. Kalo lo terus nutup diri lo sama aja lo ngebiarin diri lo kalah sama keadaan.", Kalimat demi kalimat meluncur mulus dari bibir Zara.
***
Kira-kira Tria bakal nurutin omongan Zara gak ya ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tanpa Arah
RomanceKisah tentang seorang wanita yang mencintai seseorang yang sudah memiliki cinta. Cinta yang harusnya lebih besar dan lebih sempurna dari cinta wanita ini. Apakah wanita ini tega merusak cinta itu? Apakah seseorang itu juga mencintainya?