enam

570 38 0
                                    

Moodku berubah drastis sejak bertemu seorang pria di butik tadi siang. Pria itu memang lebih tua dariku, tapi entah kenapa dia seperti punya magnet daya tariknya sendiri. Sosoknya tak bisa lepas dari pikiranku. Ah, kenapa aku ini? Bahkan aku memikirkan seseorang yang aku sendiri pun tak tau namanya.

Setelah butik tutup aku langsung melajukan mobilku pulang kerumah. Dengan perasaan penuh suka cita tentunya. Sepanjang jalan aku memutar lagu-lagu cinta dan aku bersenandung. Apa iya aku jatuh cinta ? Kepada seseorang yang baru kutemui dan bahkan aku tak mengenalnya, rasanya tak mungkin.

Aku pun sampai di rumah pukul delapan malam, aku melangkah masuk ke dalam rumah dengan bahagia. Tapi tunggu, baru saja satu langkah aku masuk ke dalam rumah. Sosok Daddy dan Mommy sudah bertengger di sofa ruang tamu. Akupun menghampiri mereka.

"Hai Dad, Hai Mom." , sapaku sambil mencium tangan mereka.

"Duduk dulu, honey.", Mommy menyuruhku duduk.

"Ada apa Mom?", tanyaku setelah duduk.

"Kenapa kamu menghindari Daddy tadi pagi?" , tanya Daddy dengan kilatan tajam dari matanya.

Ah, bahkan aku sampai lupa hal itu. Saking bahagianya aku. Aku menghela nafas dan mencoba tenang. Aku lemparkan senyum termanisku.

"Aku ada urusan Dad dibutik pagi tadi, karena kita sedang mengadakan promo diskon akhir tahun." , untung aku teringat ramainya butik siang tadi.

"Kamu terlalu sibuk sepertinya nak.", Mommy angkat bicara.

Rasanya baru hari ini aku meninggalkan sarapan pagi bersama keluargaku, tapi Mommy sudah berkata seperti itu. Ya ini sulitnya berada di keluarga sempurna yang aku miliki, jangan kalian pikir segalanya mudah saja.

"Tidak Mom, ini karena akhir tahun dan aku sedikit sibuk." , aku mencoba menyanggah dengan amat teliti memilih kalimat.

"Mommy mu benar, kau terlalu sibuk. Bahkan sampai kau lupa menikah padahal umurmu sudah tak muda lagi." , Daddy memojokanku, dan aku benci saat seperti ini.

"Dad, menikah bukan soal umur. Tapi menikah soal keyakinan hati. Aku tak mau main-main soal itu.", ucapku mantap.

"Daddy benar Tria, Mommy sudah ingin menimang cucu." , Mommy ikut memojokanku.

Apa-apaan ini, mereka bergantian menyudutkanku. Tak bisakah mereka sabar sedikit untuk membiarkanku menemukan sosok yang memang sesuai untuk jadi pendampingku. Moodku hancur dan berantakan kembali. Aku berdiri dari posisi dudukku.

"Aku lelah, ingin istirahat. Aku mohon kalian bisa sedikit lebih bersabar mengenai pernikahanku." , aku pun langsung melangkahkan diriku menuju kamar.

***

Paginya aku turun untuk sarapan, tapi tak sedikitpun kata keluar dari mulutku. Moodku benar-benar berantakan pagi ini, bahkan seulas senyumpun tak kuberikan untuk mereka. Kami sarapan pagi diiringi bunyi sendok dan garpu berdenting di piring dalam kesunyian. Sepertinya Mommy dan Daddy juga merasa canggung karena pembicaraan kita semalam.

Adikku sepertinya agak bingung, namun ia juga memilih untuk diam. Sampai akhirnya kami selesai sarapan dan berangkat menuju aktivitas masing-masing.

***

Aku tiba di butik cukup siang, karena aku melajukan mobilku sangat lambat. Karena sepanjang jalan aku hanya bisa melamun. Memikirkan kalimat demi kalimat yang dilontarkan orangtuaku.

Akupun langsung memasuki ruang kerjaku, disana sudah ada Zara dan... siapa namanya itu. Deni ? Iya betul Deni. Mereka sedang berbincang sambil tertawa. Ah, mereka ini membuatku iri saja. Bahkan mereka tak menyadari kehadiranku. Akupun langsung menuju mejaku.

"Eh Tria , tumben lo dateng siang?" ,Zara menyapaku.

"Iya lagi males gue, lo tumben lebih pagi dari gue?" ,akupun bertanya balik.

"Iya nih ada janji sama Deni." , Zara menunjuk pria itu.

Deni tersenyum dan menatapku, akupun akhirnya memberikan senyumanku. Lalu akupun membuka laptopku. Mencoba cuek dengan mereka. Sampai beberapa menit kemudian Deni berpamitan dan ia menatapku kembali lalu tersenyum. Zara tampak bahagia sekali, apa Zara menyukai Deni?

***

zara suka deni gak ya ?

Cinta Tanpa ArahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang