Aku terbangun karena sinar matahari dari balik gorden kamarku menyeruak masuk dan menyinari wajahku. Ah Tuhan, jam berapa ini? Kenapa terang sekali? Kudapati tanganku masih memegang ponsel. Aku baru ingat semalam aku sedang berbicara dengan Adrian melalui sambungan telpon. Sepertinya kita berbicara terlalu lama, hingga membuatku mengantuk. 09.00 angka yang tertera di pojok kanan atas ponselku langsung membuyarkan lamunanku.
Aku kesiangan, dan tak ada satupun orang yang membangunkanku. Aku langsung bergegas menuju kamar mandi dan bersiap-siap. Setelah selesai aku langsung turun ke bawah, dan kudapati meja makan telah kosong tak ada orang sama sekali. Seorang pelayanku bernama Mira tersenyum kepadaku.
"Non, sarapan dulu." ia menyiapkan sarapan untukku.
"Kenapa tak ada yang membangunkanku?" Tanyaku ketus.
"Maaf Non, Tuan dan Nyonya bilang tidak usah. Bahkan tadi Non Pita hendak membangunkan Non tapi dilarang." Ia menunduk.
Apa-apaan ini, Daddy dan Mommy benar-benar keterlaluan. Mengapa mereka terkesan tidak peduli padaku. Aku mengambil sepotong roti dan memakannya, lalu kuminum sedikit susu yang sudah tersedia. Aku langsung meninggalkan meja makan tanpa berkata sedikitpun kepada Mira.
Aku langsung masuk ke dalam mobilku dan hendak melaju sekencang mungkin untuk meluapkan rasa kesalku. Tapi tunggu, mobilku tak mau menyala. Ah sial, ini hari terburukku. Sudah kesiangan dan sekarang mobilku mogok. Aku pun menyuruh Adi salah seorang pekerja di rumahku untuk membawa mobilku ke bengkel dan mencarikanku taksi.
***
Aku baru tiba di kantor pukul 11.00, Pak Ahmad langsung menghampiriku dan membantu membukakan pintu taksiku.
"Non tumben datangnya siang, mobilnya mogok ya?" Sapanya sambil tersenyum
"Iya Pak." Jawabku sedikit berbohong, karena selain mogok mobilku alasan utamaku kesiangan.
"Non tunggu ini ada titipan." Pak Ahmad memberikanku sebuah buket bunga mawar merah yang indah.
"Dari siapa Pak?" tanyaku bingung.
"Ehmm, siapa ya? Saya lupa tanya namanya non." Pak Ahmad menggaruk kepalanya bingung.
Akupun berlalu menuju ke dalam butik, beberapa pasang mata karyawan menatapku. Ini kali pertama dalam hidupku datang siang ke butikku. Dan ini akan menjadi contoh tidak baik untuk karyawanku. Ah, aku benci hari ini.
Aku pun langsung masuk ke ruanganku tanpa mempedulikan tatapan dari mereka. Kudapati Zara sedang serius menatap laptopnya dan dia langsung menatapku ketika menyadari keberadaanku.
"Tumben lo dateng siang?" Tanyanya meledekku.
"Lo tau gue kesiangan, dan gak ada yang bangunin gue. Abis itu mobil gue mogok. Pokoknya hari ini gue sial banget." Aku meluapkan segala kekesalanku pada Zara.
Zara hanya tertawa renyah, "Abis ronda lo ya semalem?" Dia menggodaku.
Zara menatap tanganku yang memegang buket bunga. Aku hampir lupa bahkan dengan buket bunga ini.
"Itu dari siapa?" Zara langsung memicingkan matanya.
Aku hanya mengangkat bahuku, dan membuka kartu ucapan yang terdapat di buket bunga tersebut.
Selamat pagi
meski pagimu tak selalu cerah
Izinkan aku membuat pagimu indah
Seindah bunga ini...-Adrian
Aku tersenyum membaca tulisan yang tertera disana. Ah, lagi dan lagi Adrian selalu bisa menghasilkan lengkungan indah di bibirku. Zara menghampiriku penasaran karena melihatku tak henti-hentinya tersenyum.
"Siapa sih?Kepo nih gue" dia berusaha mengambil kartu ucapan itu.
Dengan sigap aku pun menangkisnya.
"Orang yang kemaren, udah ah kepo lo." Aku menjulurkan lidahku.
Dia memajukan bibirnya kesal. Dan aku tetap tersenyum indah, seindah bunga mawar yang saat ini kupegang. Seindah kata-kata yang Adrian berikan padaku. Seindah sosok Adrian yang selalu bisa membuat segalanya indah. Terimakasih Tuhan, kau mengirimkam Adrian untukku.
***
Pagi semua, maaf ya baru up 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tanpa Arah
RomanceKisah tentang seorang wanita yang mencintai seseorang yang sudah memiliki cinta. Cinta yang harusnya lebih besar dan lebih sempurna dari cinta wanita ini. Apakah wanita ini tega merusak cinta itu? Apakah seseorang itu juga mencintainya?