Aku tersadar karena samar-samar kudengar seseorang terus berbicara padaku tepat di telingaku. Suara yang sangat aku kenali, tapi aku rasa ini cuma mimpi. Perlahan kubuka mataku agar aku cepat terbangun dari mimpiku, karena aku tak mau terlalu berharap bahwa suara yang tadi kukenali adalah suara Adrian. Aku tak mau berharap lebih lagi, jujur aku sangat merindukannya. Mungkin karena itulah aku mendapatkan mimpi tentangnya saat ini.
Perlahan cahaya mulai ditangkap oleh kedua mataku yang perlahan-lahan aku buka. Aku berada di sebuah tempat yang cukup terang. Tunggu, bukannya tadi aku di butik. Lalu ketika aku ingin pulang tadi listrik tiba-tiba mati, fobia gelapku kumat dan tubuhku langsung lemas. Lalu tak lama Zara kembali dan... aku tak ingat lagi apa yang terjadi. Kepalaku sedikit pusing ketika aku mencoba mengingat deretan peristiwa yang tadi aku alami, akupun hendak memegangi kepalaku dengan tangan kiriku. Tapi seseorang menggenggam tanganku kuat, tangan itu ...
Tangan itu seperti tangan Adrian, sepertinya aku masih bermimpi. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku, tidak aku sedang tidak bermimpi. Ah aku tahu, pasti aku sedang berhalusinasi. Aku menghela nafas dan menutup kembali mataku. Sesaat kemudian aku membuka mataku kembali,dan halusinasiku tak juga hilang. Aku berdecak sebal, lalu aku ingin meyakinkan diriku dengan memegang tangan kiriku menggunakan tangan kananku.
"Awww..." aku merintih kesakitan, tanganku sakit sekali.
Kulirik ke arah tangan kananku dan ternyata tanganku sedang diinfus. Pantas saja sakit ketika aku menariknya dengan kencang.
"Kamu sudah sadar sayang?"
Deg...
Jantungku berdetak hebat, kenapa halusinasiku sampai bisa berbentuk suara seperti ini. Ya, suara Adrian lah yang ku dengar. Akupun teringat akan ucapan salah seorang ustadz yang pernah kujumpai ketika ada acara buka bersama di butikku ramadhan tahun lalu, ia bilang jika ada sesuatu yang merisaukan maka beristighfarlah.
"Astagfirullahaladzim, ya Allah hilangkanlah halusinasiku." Aku mengucapkannya sambil memejamkan mataku.
"Kamu kenapa sih sayang?" Suara itu muncul lagi, benar-benar ya halusinasiku semakin menjadi.
Aku beranikan diri membuka mataku kembali, dan sosok Adrian yang mengerutkan dahinya muncul tepat di depan wajahku. Apa kini halusinasiku sudah membentuk sosoknya?
Dia mengecup pipiku singkat, dan ternyata ini nyata. Ini bukan halusinasi, Adrian memang benar-benar ada disini. Hatiku bersorak , rinduku terobati. Walaupun rasa kesal masih memenuhi hatiku, tapi aku tak pernah bisa membohongi perasaanku.
"Aku ada dimana?" Aku melihat ke sekeliling tempatku berbaring, seperti hotel yang terdapat beberapa peralatan medis.
"Kamu ada di apartemenku, tadi kamu pingsan waktu mati listrik di butik. Makanya aku bawa kamu kesini." Adrian tersenyum.
"Kok kamu bisa ada disana? Terus kok kamu tau aku ada di dalam?" Aku seperti anak kecil yang memberi Adrian deretan pertanyaan.
Adrian tersenyum kembali dengan sangat manis, "Tadi aku emang mau jemput kamu di butik, pas aku sampe sana butik gelap. Security butik bilang lagi mati listrik karena konslet, lalu aku ketemu Zara dia bilang kamu masih di dalam. Karena aku ingat ceritamu tentang kamu yang fobia gelap, aku langsung lari ke dalam dan bawa kamu keluar. Eh kamunya pingsan, langsung aja aku bawa kamu kesini."
"Makasih ya kamu udah datang disaat yang tepat." Aku tersenyum kepada Adrian.
"Itu memang tugasku sayang sebagai kekasihmu. Aku khawatir banget pas tau kamu pingsan tadi, untung dokter bilang kamu gapapa."
"Dokter? Disini ada dokternya?" Aku sedikit bingung.
"Iya aku tadi langsung menghubungi dokter pribadiku untuk kesini dan menyiapkan segala sesuatunya."
"Kok bisa secepat itu?" Aku masih seperti anak kecil yang polos dan banyak tanya.
"Karena aku cinta kamu. Udah ya kamu istirahat dulu jangan banyak tanya." Adrian mengecup bibirku singkat.
Entah mengapa aku menuruti perkataannya dan langsung memejamkan mataku kembali. Bahkan aku lupa ingin menanyakan hal yang lebih penting dari pertanyaan-pertanyaan yang aku lontarkan tadi. Karena aku sudah terlanjur memejamkan mataku dan aku merasa ini bukan saat yang tepat, akupun memutuskan untuk menundanya dulu.
***
Adrian's back...
Siapa yang seneng Adrian kembali?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tanpa Arah
RomanceKisah tentang seorang wanita yang mencintai seseorang yang sudah memiliki cinta. Cinta yang harusnya lebih besar dan lebih sempurna dari cinta wanita ini. Apakah wanita ini tega merusak cinta itu? Apakah seseorang itu juga mencintainya?