dua puluh tujuh

444 41 17
                                    

Aku kembali terbangun, ketika sinar mentari pagi menelisik melalui celah-celah kecil yang ada pada tirai jendela tempat dimanaku berada. Aku sedikit menyipitkan mataku, dan samar-samar kulihat ada seseorang yang memang berada di ujung jendela yang dengan sengajanya menarik gorden agar sinar mentari bisa masuk dan mengganggu tidurku. Aku menggerutu sebal, rasanya aku masih ingin tidur. Kalau boleh jujur aku nyaman sekali berada disini, Adrian memang menyiapkan yang terbaik untukku. Bagaimana mungkin seseorang yang kondisinya kurang fit bisa istirahat dengan nyenyak dan nyaman sepertiku? Inilah alasanku jatuh cinta pada Adrianku, "he always treat me like a princess". Aku tersenyum sendiri memikirkan semua ini.

"Ah Tuhan, indah sekali ciptaanmu ini." Suara Adrian membuyarkan lamunanku.

Sosok yang tadi berdiri di ujung jendela berjalan menghampiriku. Dan ternyata kalian benar, sosok itu adalah Adrianku.

"Hei, kau mengganggu tidurku." Aku memajukan bibirku kesal.

"Sinar mentari pagi bagus untuk kesehatanmu sayang. Maaf jika mengganggu tidurmu, aku hanya ingin kau tak melewatkannya." Ia memelukku dan duduk di sisi ranjang pesakitanku, tepatnya di sebelahku.

Aku tak bisa tak tersenyum mendengar kata-katanya, manis sekali bukan? Aku yakin jika kalian dihadiahi kata-kata semanis itu kalian akan langsung salah tingkah.

"Sayang aku lapar." Aku memegangi perutku dan memamerkan deretan gigiku kepada Adrian.

"Oh iya kamu belum makan dari semalam, maafkan aku melupakan hal sepenting ini. Kamu mau sarapan apa? Biar kubuatkan." Adrian langsung panik dan berbicara dengan cepat.

"Aku biasa makan roti di pagi hari dan segelas susu, maaf merepotkanmu." Aku menunjukan mimik wajah bersalahku.

"Aku tak pernah kerepotan untuk tuan putriku." Adrian mengecup pipiku singkat dan langsung berlalu.

Dan aku? Hanya bisa terpaku dalam diam, aku sangat terkejut atas apa yang barusan Adrian lakukan padaku.

***

Tak sampai lima belas menit Adrian sudah kembali dengan membawa sebuah nampan berisi roti panggang dan segelas susu putih.

Tak sampai lima belas menit Adrian sudah kembali dengan membawa sebuah nampan berisi roti panggang dan segelas susu putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sederhana, tapi penuh cinta. Aku suka dan aku bahagia.

"Thankyou darling." Aku tersenyum kepadanya.

Adrian membantu memencet remote kontrol ranjang pesakitanku hingga posisinya terangkat naik. Diapun meletakkan meja kecil yang biasa digunakan pasien rumah sakit untuk makan, dan nampan yang sudah berisi sarapan tadi sudah diletakkan di atasnya.

"Apa posisinya sudah nyaman sayang?"

Aku mengangguk, diapun langsung mengambil posisi di depanku.

"Maafkan aku tak bisa membuat sarapan cinta seperti yang ada di sosial media." Ia tertawa renyah.

"Jangan kau buat seperti itu." Aku langsung memasang ekspresi datar.

Dahinya berkerut bingung, "loh, kenapa?"

"Aku takut semakin jatuh cinta padamu." Aku mengerling jahil.

"Kau ini ya sakit saja pandai menggoda." Ia menarik hidungku lembut.

Iapun menyuapiku dengan lembut, aku sangat lahap tentunya. Pagi yang indah, sarapan yang indah dengan orang yang sangat indah. Terimakasih Tuhan untuk pagi ini.

Akupun menghabiskan suapan terakhirku, Adrian pun membantuku untuk meneguk segelas susu putih yang ada dihadapanku. Setelah selesai dia membersihkan bibirku dengan tissue. Gerakannya sangat lembut dan lihai. Beruntung sekali aku memilikinya.

Eits tunggu, sepertinya aku melupakan sesuatu yang penting. Sesuatu yang harusnya aku tanyakan dari kemarin. Dan aku memilih menundanya, tapi aku kini malah terbuai dengan kemanisannya. Oh my Triana, bodohnya aku.

"Ada yang ingin kutanyakan." Tanyaku cepat sebelum Adrian beranjak dari hadapanku.

"Apa itu?" Dia memperhatikanku dengan seksama.

"Kemana kau waktu itu? Apa benar kau pergi dengan anak dan istrimu?" Aku langsung to the point tak mau berkata-kata lagi.

Adrian menatapku intens, dia sempat terkejut mendengar pertanyaanku. Aku tahu dari raut wajahnya, dan kini dia hanya diam terpaku menatapku. Ada keraguan kulihat dari matanya.

Diapun membuka mulutnya, "aku..."

***

Ada yang deg-degan denger jawaban Adrian ?

Cinta Tanpa ArahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang