SATU

31.5K 1.6K 42
                                    

Seperti hari-hari biasanya, Dika, pria bertubuh normal, berkulit kuning langsat dengan rambut berwarna cokelat gelap itu hanya bisa duduk memandangi dia, yang selama ini menjadi sang pujaan hatinya itu.

Dika yang memiliki nama lengkap Andika Bagaskara Hardi itu memang sudah lama menyukai dia sang pujaan hati. Namun sayang, nasib dan takdirnya tak pernah mendukung cintanya kepada sang tambatan hatinya itu.

Dika di takdirkan hidup dengan keluarga yang memiliki harta yang tak berlimpah. Keluarganya tidak kaya, bahkan bisa di bilang sedikit memiliki kekusahaan dalam masalah keuangan. Dika sadar akan hal itu, tapi dia tidak pernah dan tidak akan pernah mau mengeluh akan semua itu. Baginya, masih di berikan nikmat dan karunia berupa hidup dengan tentram juga damai bersama keluarga kecilnya itu saja sudah membuatnya sangat bahagia.

Dika memiliki satu adik lelaki yang masih bersekolah di sekolah dasar kelas satu. Ibunya seorang penjahit yang bekerja di rumahnya sendiri dengan modal yang sangat pas-pasan. Sedang ayahnya hanya seorang supir pribadi yang gajinya tidak begitu banyak, namun cukup jika untuk menghidupi keluarga kecilnya itu. Dika sendiri sebenarnya sudah kelas tiga SMA. Dia sangat mendambakan menjadi seorang mahasiswa di sebuah kampus ternama di kotanya. Tapi sayang, dia harus menenggelamkan apa yang telah di cita-citakan olehnya sejak dulu itu. Mengingat dana yang cukup besar, dan keluarga yang tidak cukup mampu, maka Dika memilih untuk mengurungkan niatannya itu. Dia cukup sadar diri untuk tidak membebani keluarga lebih lagi. Selama ini dia sudah cukup menjadi beban. Maka dari itu, Dika memutuskan untuk bekerja dan membantu keuangan keluarganya saja setelah lulus dari sekolahnya nanti.

Dika masih terus menatapi sang pujaan hatinya sampai ia harus merasakan sesak yang sudah tak asing lagi bersarang di hatinya.

Dulu Dika memang tidak pernah bermasalah dengan keluarganya yang kurang mampu itu. Namun setelah Dika bertemu dengannya, pemikiran Dika berubah. Dika jadi merasa bahwa hidupnya tak adil, dan dia berharap tinggal dengan keluarga yang lebih baik dan lebih mampu kalau bisa.

Reno Dirga Anggara, atau yang sering dipanggil Reno itu adalah pria tambatan hatinya.

Pria?

Iya. Pria.

Dika menyukai seorang pria.

Dan Dika sendiri adalah pria.

Silahkan berteriak dan memaki-maki Dika sesuka hati kalian, karna Dika memang menyukai seorang pria. Dan pria itu adalah seorang Reno Dirga Anggara. Dika sudah tidak perduli dengan ejekan dan hinaan-hinaan yang baginya sangat tidak penting itu. Yah, walaupun tidak ada satu pun orang di sekolahnya yang tahu tentang kesukaannya terhadap sesama jenis, jadi tidak banyak juga yang mengejeknya. Terkecuali teman-teman sekelasnya dan sahabat-sahabat Reno. Mereka sering mengejek Dika sebagai makhluk homo yang menjijikkan—walau memang itulah kenyataannya.

Bahkan, Dika sudah mempunyai nama kecil yang dia anggap sebagai panggilan sayangnya terhadap Reno. Gila? Dia memang sudah gila semenjak bertemu dan mengenal Reno.

Re.

Itulah nama panggilan sayang yang diberikan oleh Dika. Nama sederhana yang bagi Dika sangat indah dan selalu mampu untuk membuat jantung Dika bergetar hebat hingga rasanya Dika tidak bisa bernafas dengan baik saking berdegup dan berdebarnya.

"Hoi! Mikirin apaan lu?" Tanya Teo, teman satu-satunya yang Dika miliki. Teo adalah teman satu bangkunya di kelas. Teo sendiri sebenarnya pribadi yang cukup ramah dan humoris. Dia tak pernah pilih-pilih masalah berteman, makanya dia tidak merasa bermasalah berteman dengan Dika yang notabenenya adalah anak orang miskin.

Cinta yang TabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang