DUA PULUH LIMA

6.4K 592 38
                                    

Beberapa bulan kemudian...

Reno langsung menutup modul besar miliknya ketika dosen di depan selesai memberikan materi hari ini. Setelah memberitahu bahwa akan ada kuis besok lusa, sang dosen pun pergi meninggalkan kelas siang itu.

Setelah merapihkan semua barangnya, pemuda itu langsung bangkit dan berniat untuk pergi ke kantin sendirian. Sekarang sudah menjadi kebiasaan bagi Reno untuk langsung pergi setelah kelas dan pergi kemana pun sendirian. Walau memang banyak yang ingin berteman dengannya, tapi Reno tidak tertarik dan tidak perduli sama sekali.

Setelah pernyataannya pada Dika beberapa bulan lalu, Reno tidak lagi bertemu dengan Dika. Entah bagaimana Dika bisa menghilang begitu saja bagai ditelan oleh bumi.

Reno sudah mencari Dika tentu saja. Ia mencoba menghubungi lewat nomor teleponnya, tapi pemuda itu teringat bahwa ponsel Dika sudah tidak ada sejak insiden dengan Eron. Ia tidak tahu jika Dika berganti nomor, mungkin? Reno juga sudah pernah tiga kali ke rumah Dika untuk mencarinya, tapi ibunya bilang bahwa Dika sudah tidak tinggal di rumah dan tinggal di tempat kos sejak ia sudah mulai kuliah. Dan sayang sekali, Reno bahkan tidak tahu tempat dimana Dika berkuliah sekarang. Kali ini, sepertinya Dika benar-benar menghilang.

Reno sempat berpikir bahwa mungkin Dika menghindarinya karena pernyataan konyolnya waktu itu.

"Argh."

Nampaknya Reno hampir menjelang frustasi untuk mencari Dika. Semua usahanya seakan sia-sia karna pemuda itu sama sekali sulit untuk ditemukan. Reno pernah mencoba menelepon Teo, dan jawaban Teo selalu saja sama---

"Gue gak tau. Berhenti cari Dika, dia gak mau lo ganggu lagi."

Reno mengusap wajahnya kasar. Ia butuh segelas kopi untuk menjernihkan pikirannya yang sangat kalut saat ini, hanya karna memikirkan Dika dia benar-benar bisa gila. Reno pikir semuanya akan lebih mudah jika dari awal dia tidak menyangkal perasaannya, tapi semuanya sudah terjadi.

Sesampainya di kantin, Reno langsung memesan segelas kopi panas dan roti bakar. Setelah diingat, ternyata ia belum memakan apapun sejak pagi tadi atau bahkan kemarin. Jadi sekarang ia akan makan roti bakar dan lalu pergi untuk mencari Dika kembali karena kelasnya hari ini pun sudah selesai semuanya.

Baru satu gigit Reno memakan roti bakarnya, suara dering ponselnya menghentikan gerakan Reno. Setelah melihat siapa yang menelponnya, Reno terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya ia pun mengangkat panggilannya. Itu panggilan luar negeri dari Eron.

"Kenapa, Eron?"

"Lo beneran nyari Dika?"

Reno tidak langsung menjawab dan terlihat mengernyitkan dahinya, bingung karena Eron tahu bahwa ia tengah mencari Dika saat ini. "Lo bukannya udah balik ke Prancis?" kata Reno yang justru bertanya balik.

"Ya, gue sekarang emang ada di Prancis," jawab Eron. "Lo lagi nyari Dika, Ren?" tanyanya kembali kemudian. Reno berdeham sejenak. Bagaimana bisa Eron tahu? Apa kehilangan Dika memang ulahnya---

"Gue tau dimana Dika," kata Eron sebelum Reno sempat menjawabnya. Reno membulatnya matanya.

"Dimana Dika? Eron, apa lo yang udah---"

"Dia gak apa-apain Dika, Reno," suara Rega yang terdengar menyahuti percakapan Reno dan Eron. "Gue sama Eron cuma mau bantu lo karna lo lagi cari dia, kan? Kita tau dimana dia sekarang. Lebih tepatnya, gue yang tanya ke Varel tentang Dika dan dia ngasih tau gue. Lo mau tau dimana Dika, kan?"

"Dimana Dika?" Jantung Reno berdegup cepat, akhirnya ia akan menemukan Dika.

"Dia sekarang kerja di restoran sederhana yang ada gak jauh dari kampus lo, alamat lengkapnya bakal gue kasih nanti. Dia tinggal di apartement, tapi sorry Ren, Rega gak berhasil bujuk Varel buat ngasih tau dimana tempatnya," kata Eron yang menjelaskan pada Reno.

Cinta yang TabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang