EMPAT BELAS

8.6K 684 77
                                    

Dika berlari mencari dimana Teo, tanpa ia ketahui, sebelum ia sampai di kelas Teo sudah lebih dulu barlari untuk menghampirinya ke toilet.

Di lorong kelas XI ia bertemu dengan Reno yang tengah berjalan melawan arah darinya.

"Reno!"

Reno yang sedang menguap langsung mengadahkan kepala, menatap ke sumber suara. "Dika?" Pemuda itu mengernyit ketika melihat wajah Dika yang sedikit pucat dan terlihat panik, bahkan keringat sudah membanjiri keningnya hingga ke belakang telinga.

Mengalir dengan indahnya.

Reno tersentak ketika ia sadar sedaritadi ia justru memerhatikan hal yang tidak perlu seperti itu, wajahnya berubah menghangat seketika. Namun wajahnya kembali serius ketika Dika sudah berada di depan wajahnya.

"Kenapa?" tanya Reno.

Dika menelan ludahnya, ia juga menggigiti bibir bagian bawahnya karena bingung harus bicara bagaimana pada Reno. Reno belum tahu sama sekali tentang dirinya yang pernah dibully di sekolah.

Reno yang melihat Dika tak kunjung bersuara pun semakin bingung, namun matanya terfokus pada bibir Dika yang lelaki itu gigiti sendiri.

"Bilang pelan-pelan, gak usah panik." Reno menyentuh kedua bahu Dika dan menatapnya serius. "Lepasin, jangan digigitin terus nanti bibir lo berdarah," ujarnya kembali yang menyadarkan Dika. Dika sama sekali tidak sadar sudah menggigiti bibirnya sampai sedikit memerah seperti itu.

"I-Itu ... Re, Teo ...."

"Iya, Teo kenapa?"

Dika kembali menggigit bibir bawahnya dengan kuat, ia melirik ke sekitar dan sadar bahwa lorong tengah sepi---jadi mungkin tidak masalah jika ia menceritakannya sekarang pada Reno.

"Varel---"

"Sejak kapan lo kenal Varel?" Suara Reno yang sebelumnya lebih lunak kini langsung berubah datar. Reno bukannya marah pada Dika, justru ia khawatir karena Reno kenal betul siapa Varel. Varel itu teman dekat Rega, pikirannya langsung bercabang begitu saja. "Kalian diapain?"

Seperti sudah tahu ada masalah, Reno pun kembali bertanya, "lo gak dihajar atau dibully sama dia, kan?"

Dika meneguk ludahnya kasar. "I-Iya...."

"Ah, shit." Reno mengumpat dan mundur selangkah, ia mengusap wajahnya. Ternyata benar bahwa Rega masih mencari masalah walau sudah keluar dari sekolah, Reno sudah memperkirakan dan memikirkan hal ini sebelumnya.

"Re," panggil Dika yang sedikit terkejut mendengar umpatan Reno barusan. "Gue lagi nyari Teo, tadi Varel minta nomor telepon dia dan setelah itu ngusir gue. Gue takut ada apa-apa sama Teo...." Air muka Dika dipenuhi kecemasan, Reno mengerti dan lalu mengangguk kecil.

"Tenang, Dika. Kita cari Teo bareng, oke?" Usul Reno sambil menepuk pudak Dika sekilas. Ia segera menarik pergelangan Dika kemudian, mereka mencari Teo dari setiap lorong sampai ke belakang sekolah sekali pun. Ah, tentu saja kecuali lantai empat tempat Dika hampir dibully sebelumnya karena ada beberapa anak yang melarang mereka untuk naik. Reno juga tadi sempat beradu mulut dan sampai ingin berkelahi kalau saja Dika tidak langsung mencegahnya dengan menariknya pergi.

Bel masuk berbunyi, membuat Reno dan Dika yang masih mencari keberadaan Teo pun akhirnya berhenti dan memutuskan untuk kembali ke kelas mereka.

"Di kelas juga dia gak ada...," gumam Dika pelan yang terdengar sampai ke telinga Reno yang ada di belakangnya. Wajah Dika masih menampilkan raut cemas walau sedaritadi sudah coba ia sembunyikan, tapi Reno atau siapapun yang bahkan tidak mengerti ada apa pun dapat melihatnya.

Cinta yang TabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang