Hari-hari Dika berlangsung seperti hari-hari biasanya.
Dika tetap hanya bisa memperhatikan Reno dari jarak jauh, masih belum berani untuk mencoba mendekat walau hanya sedikit saja. Dika takut jika apa yang ia perbuat hanya akan menambahkan masalah.
Dika sudah cukup belajar dari pengalamannya yang terbully hanya karna mereka mengira bahwa Dika menyukai Reno. Walaupun memang itulah kenyataan yang sebenarnya.
"Wah, Dik, luka lo udah sembuh. Lukanya udah mulai ilang tuh!" kata Teo sambil tersenyum senang menatap Dika. Dika hanya balas tersenyum simpul.
Luka-luka di tubuh Dika yang di sebabkan oleh Rega, Wilie, Yuze, dan juga Eron-walau Eron tidak memukulinya, tapi dia tetap handil dalam pembullyan ini-memang sudah mulai menghilang dan pudar. Dika sendiri sangat merasa lega akan hal ini. Setelah lukanya hilang, tidak akan ada lagi yang bertanya-tanya kepadanya tentang bekas-bekas luka itu.
Ibu, ayah, adik, bahkan para guru-guru Dika selalu bertanya-tanya tentang bekas luka yang ada di tubuh dan wajah Dika itu. Dan Dika dengan senyuman tenangnya selalu menjawab,
"Cuman jatoh doang, kok!"
Kata-kata itu adalah kata-kata andalan Dika setiap ada yang bertanya tentang luka-lukanya. Dan kebanyakan responnya,
"Jatoh di mana?! Mosok bisa sampe bonyok begitu sih?"
Dan Dika akan menjawab dengan senyum ramahnya,
"Hehe, nyungsep di got!"
Dan dengan begitu semuanya akan percaya. Entahlah kenapa mereka semua percaya dengan kebohongan yang Dika berikan. Tapi selama ini, yang mengetahui akan kebenarannya hanyalah Teo dan para pelakunya saja.
"Dika, bisa ngobrol bentar?"
Lamunan Dika pun buyar saat ia mendengar suara yang sangat di sukainya itu sedang memanggil namanya dan mengajak untuk mengobrol bersama dengannya. Oh, ini bukan hanya mimpi atau khayalan Dika semata, kan?
"B-Bisa. Kenapa, Re?"
"Err, lo di kangenin sama si Nino. Ah, adek lo Juna juga katanya. Dia minta sama gue buat ngajak kalian pulang sekolah nanti. Lo bisa atau enggak?" Tanya Reno. Dika tersenyum dan berpikir sejenak, sesaat setelah itu Dika langsung mengangguk yakin.
"Bisa kok."
"Oke, pulang sekolah nanti lo ke gue aja. Kita pulang bareng." Dan dengan begitu Reno langsung pergi meninggalkan meja Dika.
"Lo ngutang cerita sama gue, Dika!" Kata Teo sambil memincingkan matanya menatap Dika curiga.
"Hah?"
.
.
.
"Woi, lu abis ngapain nyemperin si Dika?" Tanya Yuze saat Reno sudah kembali ke meja guru, tempat favorit mereka untuk menongkrong di kelas.
"Enggak ada, cuma ada urusan dikit," jawab Reno terlihat santai.
"Reno, gue mau tanya sesuatu." Reno pun menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya. Reno menaikkan sebelah alisnya dan menunggu Rega kembali bicara.
"Beberapa hari yang lalu, gue sempet ngeliat lo sama si Dika jalan bareng naik mobil lo. Lo berdua kemana?" Tanya Rega yang menatap bingung pada Reno.
"Ralat, mungkin maksud lo itu gue, Dika, sama anak kecil, Ga."
"Ah, iya, iya! Emang lo kemana? Gue baru tau lo berdua deket."
"Apaan sih? Gue sama dia gak deket, cuman kebetulan deket aja," bantah Reno. Rega menatap Reno tidak percaya. Eron yang kebetulan juga ada di sana juga menatap Reno sedikit curiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Tabu
RomanceDika tidak pernah berharap sesuatu yang lebih selama ini. Hidupnya sangatlah sederhana, namun ia tetap bersyukur dan bahagia. Namun tiba-tiba ia merasa hidupnya kurang semenjak pertemuannya dengan sesosok manusia yang membuatnya jatuh hati pada pand...