DUA BELAS

8.8K 682 27
                                        

Reno membawa pulang Dika ke rumahnya, karena permintaan Dika untuk menumpang sebentar mengobati lukanya. Dika tidak mau jika ia pulang ke rumah akan membuat ayah, ibu, juga adiknya menjadi khawatir padanya. Oleh karena itu, Reno pada akhirnya mengajak Dika untuk menginap sekalian di rumahnya.

Respon Nino ketika mereka pulang adalah menangis kencang, ia bahkan langsung berlari dan berhamburan ke pelukan Dika, Nino memeluk kaki Dika dengan sangat erat hingga hampir membuat Dika terhuyung.

"HIKS, MAS DIKA!!"

Dika yang mendapat serangan tiba-tiba itu sedikit terkejut, namun sedetik kemudian ia berusaha melepaskan pelukan Nino dan lalu berjongkok, memeluk tubuh Nino.

"Makasih ya, Nino sama Kak Reno udah nyelamatin Mas." Dika mengusap pelan punggung Nino yang bergetar karena tangisan. "Jangan nangis lagi, nanti Mas sedih loh," ucapnya kemudian melepaskan pelukannya dan mengusap air mata Nino yang mengalir di kedua pipinya.

Nino menghapus air matanya. "Hiks, aku takut...."

Senyuman kecil muncul di bibir Dika. "Jangan takut, kan ada Kak Reno," katanya kemudian mengusap puncuk kepala Nino dengan lembut.

"Oh iya, Nino gak bilang apa-apa ke Juna, kan?" tanya Dika sambil menatap Nino dengan senyuman was-was, ia takut Nino sudah lebih dulu memberitahu adiknya tentang keadaannya yang baru saja diculik.

Gelengan kecil Nino yang menggemaskan membuat Dika langsung menghela nafasnya lega.

"Ah, gitu ya." Dika tersenyum. "Kalau gitu gak usah dikasih tau. Bisa kan, kalo Mas minta tolong sama Nino buat gak ngasih tau Juna?" tanyanya.

Nino mengerjap dan lalu mengernyitkan dahinya sekilas. "Kenapa gak boleh kasih tau Juna?" Nino balik bertanya. Tangis bocah itu kini terlihat sudah berhenti, namun sisa-sisa air mata masih ada di sudut matanya.

Senyuman Dika tidak luntur, ia menghapus jejak air mata Nino dengan lembut. "Mas gak mau Juna nanti nangis juga," katanya pelan. "Nino gak mau kalau Juna nangis, kan?"

Nino langsung menggeleng kuat, wajahnya berubah khawatir.

"Makanya jangan kasih tau kalau Mas diculik," kata Dika kembali kemudian bangkit dan mengusap kepala Nino sayang.

Reno yang sedaritadi hanya diam memperhatikan dengan seksama apa yang teman sekelas dan adiknya lakukan. Hatinya merasa sedikit tersentuh dengan sikap lembut Dika saat berhadapan dengan adiknya, hal itu bahkan membuat debaran gila di dirinya. Reno menggeleng samar, pemuda itu lalu memilih untuk memalingkan wajahnya.

"Kakak juga luka, kenapa Nino gak nanyain juga? Nino cuma cemas sama Dika?" Suara Reno mengalihkan perhatian dua manusia yang sebelumnya saling berbicara. Nino yang baru sadar bahwa wajah Reno terluka langsung berlari dan menghampiri Reno, wajahnya terlihat ingin kembali menangis.

"Kakak dipukul, hiks, orang??"

Reno speechless untuk beberapa saat, sebelum kesadarannya kembali. Reno dengan wajah tenangnya yang seolah tidak perduli itu, "gak usah nangis, ah! Kok cengeng banget udah gede juga." Reno lalu berjongkok dan menunjuk ke arah sudut bibirnya.

"Ini namanya luka laki-laki. Lukanya ada karena nyelamatin seseorang, jadi gak perlu ditangisin!" katanya mencoba untuk terlihat bijaksana di hadapan adiknya. Nino mengerjap dan menatap Reno bingung, tapi bocah kecil itu maju dan lalu mengelus pipi Reno pelan. "Luka kayak gini gak masalah kalau imbalannya bisa nolong orang lain."

"G-Gak sakit?"

"Kalau sakit lemah namanya."

Dika tersenyum kecil melihat betapa menggemaskannya hubungan antara kedua kakak-beradik yang satu itu.

Cinta yang TabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang