LIMA BELAS

8.5K 667 15
                                        

Reno langsung mengalihkan wajahnya secara reflek ketika Rega baru saja ingin menciumnya, hingga bibir Rega akhirnya mendarat di pipi Reno.

"... kenapa lo suka sama gue?"

Reno mundur sedikit, tatapannya masih tak mau menatap ke arah Rega. Ia masih sedikit tertegun akibat tindakan temannya itu.

Rega yang melihat Reno tak mau menatapnya hanya bisa tersenyum pasrah. "Apa gue harus punya alasan?" Katanya dengan suara pelan. Walau di wajah Rega terlihat tenang, namun sejujurnya hatinya merasa sakit akibat penolakan secara tidak langsung yang Reno berikan padanya.

"Tapi lo gak kayak Rega yang gue kenal."

"Jadi?" Rega masih menatap ke arah Reno yang tak mau menatapnya sedikit pun. "Kenapa Dika boleh suka sama lo tanpa alasan, Reno? Kenapa gue gak bisa? Kenapa, Reno, bilang ke gue."

Reno langsung menoleh ketika mendengar Rega menyebut nama Dika, entah kenapa ada perasaan tidak suka ketika nama Dika disebut oleh Rega. "Lo yakin dia suka sama gue? Kalau dia cuma mau temenan sama gue gimana, Ga?

"Lo gak bisa nuduh dia kayak gitu," ucap Reno sedikit tersulut emosi. Rega menatap Reno tanpa ekspresi, dilihat darimana pun Rega sadar bahwa Reno sudah berubah.

Rega tertawa kecil. "Lo udah berubah ya, Reno---"

"Lo yang berubah," potong Reno. Lelaki itu bangkit dari duduknya dan menghela nafas panjang. "Ga, mungkin keputusan lo untuk pergi ke luar negeri karena mau kabur dari semua ini. Tapi satu hal yang perlu lu tau." Reno menatap ke arah Rega, satu tangannya ia taruh di sebelah pundak Rega.

"Lo tetep temen gue, Ga." Reno memejamkan matanya dua detik, lalu menarik tangannya dari pundak Rega. "Tapi tolong, jangan terus ganggu Dika. Gue bisa maafin yang kemarin, gue maafin lo yang nyuruh Varel untuk ganggu Dika," katanya kembali lalu mencoba tersenyum kecil pada Rega.

"Jadi gue ditolak?" Tanya Rega yang membuang muka dari Reno. Reno hanya terdiam, tak merespon dalam beberapa detik.

"Semoga lo bisa temuin hidup lo yang lebih baik. Hati-hati." Hanya itu yang keluar dari mulut Reno. "Gue balik dulu ke sekolah, Ga." Setelah itu Reno pun pergi dari sana. Ia tidak bisa membantu Eron untuk membujuk Rega agar tidak pergi, bagaimana Reno bisa membantu jika Rega justru menyatakan cinta kepadanya. Reno memegang kepalanya yang terasa sedikit pening.

Reno tak pernah menyangka Rega memiliki perasaan seperti itu kepadanya. Reno tidak merasa jijik atau perasaan aneh sedikit pun, hanya saja ia merasa bahwa perasaan Rega salah untuknya. Reno tidak bisa menerimanya.

***

Saat Reno sampai di sekolah, pelajaran sudah dimulai sejak beberapa jam yang lalu dan sebentar lagi bel istirahat akan berbunyi. Ia pun akhirnya dihukum untuk berlari keliling lapangan hingga bel berbunyi, tapi itu tak masalah sama sekali untuk lelaki itu.

Pikiran Reno masih tertuju pada kejadian sebelumnya di bandara. Ia masih tak menyangka sahabatnya sendiri, Rega, memiliki perasaan seperti itu padanya.

"Sial."

Reno berlari sekencang mungkin tanpa menyadari bahwa bel istirahat telah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu, yang tandanya hukumannya telah berakhir.

Dika menghampiri Reno yang masih berlari di tengah lapangan, beberapa siswa yang lewat melihatnya dan ada pula yang sengaja menontonnya.

"Re!"

Reno yang sedang berpikir tak menyahuti, bahkan tak menyadari sekelilingnya sama sekali. Reno terus berlari kencang sampai akhirnya Dika ikut berlari untuk mengejar Reno.

Cinta yang TabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang