TIGA BELAS : Chapter Spesial

9.4K 786 108
                                    

Sebagai murid yang cukup punya banyak kuasa di sekolah, Varel menjadi satu-satunya siswa yang ditakuti di sana. Sikap bad yang sudah kelewat batas ia miliki, membuatnya seringkali tertangkap guru bimbingan konseling untuk dihukum. Beberapa siswa bahkan kerap kali menjadi 'mainannya', Varel sangat suka menyiksa dan membully murid lain yang menurutnya mengganggunya. Beruntunglah ia karena memiliki keluarga konglomerat hingga tak perlu membuatnya susah payah dipindahkan dari sekolah karena sikap buruknya itu. Namun walau begitu, tatapan tajam pemuda itu seringkali memikat para kaum hawa.

Setelah mendapat panggilan dari salah satu teman dekatnya, Rega, untuk menjadikan siswa teladan bernama Andika Bagaskara Hardi sebagai bahan mainan selanjutnya, Varel dengan entengnya mengiyakan. Ia tidak perduli bagaimana konsekuensi setelah membully siswa kesayangan semua guru itu.

Varel sempat mendengar kabar bahwa Rega sudah dikeluarkan dari sekolah beberapa waktu lalu, namun misi tetaplah misi. Ia akan tetap menjadikan Dika target selanjutnya karena saat ini pun, Varel sedang tidak memiliki target siapapun.

Varel melangkah dengan sangat percaya diri menuju ke perpustakaan sekolah, saat ia tiba di sana matanya langsung berkeliling untuk menangkap objek yang dicarinya. Tidak perlu susah payah bagi Varel mengetahui dimana Dika berada.

Melihat sesosok pria berperawakan biasa dengan banyak buku di depannya dan ditemani seorang temannya, Varel pun langsung masuk dan mendekati mereka berdua.

"Bukan, Teo! Seharusnya jangan langsung---"

"Yo, Andika Bagaskara Hardi," panggil Varel menghentikan ucapan Dika yang sebelumnya tengah menjelaskan rumus Fisika pada Teo. Dika yang merasa nama lengkapnya disebut pun mendongakkan kepalanya dan menatap Varel bingung.

"Iya?" Dika mencoba tersenyum sopan. "Kenapa---cari gue?" tanyanya kemudian sedikit ragu. Dika tidak tahu apakah pemuda berpakaian tidak rapih di hadapannya ini mencarinya atau sekedar memanggil.

"Gua ada urusan sama lo." Varel mengangkat dagu menunjuk ke arah Dika dengan wajah songongnya. "Ikut gue cepetan," perintahnya seenaknya.

"Gak bisa, Dika sibuk." Teo yang tadinya hanya diam ikut angkat bicara. Varel menaikkan sebelah alisnya menatap ke arah Teo tidak minat.

"Gua gak ada urusan sama lo," kata Varel dingin pada Teo. Lelaki itu kemudian mendekat ke arah Dika dan langsung menyeret lengannya tanpa memperdulikan Dika yang tersandung kursi perpustakaan dan meringis kesakitan.

Teo tidak tinggal diam dan ikut bangkit, menghadang jalan Varel. "Lo gak bisa bawa dia," ucapnya tidak kalah dingin dengan wajah datarnya. "Lepasin Dika." Teo lalu mencoba untuk menarik Dika yang sedang ditahan di balik tubuh besar Varel, namun Varel langsung mendorong tubuh Teo menjauh dengan satu tangannya yang bebas.

"Jangan bawa Dika!"

Varel menulikan pendengarannya dan terus berjalan pergi dari perpustakaan, suasana perpustakaan yang sepi memudahkannya untuk menyeret Dika keluar.

"Lepasin Dika, sialan!" Teo kali ini sedikit berlari, ia kembali menghadang jalan Varel.

Merasa sudah diganggu, Varel menatap Teo tajam lalu sedetik kemudian berubah menjadi tatapan yang meremehkan. Melihat perubahan raut wajah drastis Varel, Teo langsung merasa waspada. Teo tidak bodoh seperti Dika--dalam masalah pergaulan, Teo tahu betul siapa sosok pemuda di hadapannya ini. Varel terlalu berbahaya jika ia biarkan membawa Dika bersamanya.

"Lo mau apain Dika?!" Teo menaikkan satu oktaf suaranya. Varel yang mendengar Teo membentaknya pun langsung menaikkan sebelah alisnya.

"Gua gak ada urusan sama lo," ucapan itu kembali meluncur dengan sangat lancar dari mulut Varel. Kali ini Varel menyeret Dika lebih kuat dan berjalan setengah berlari untuk menghindari Teo.

Cinta yang TabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang