ENAM

9.9K 858 27
                                    

Reno pun membawa Dika ke tempat yang lebih sepi, pemuda itu menatap Dika tajam dan penuh arti. Yang di tatap sampai menunduk karna tatapan tajam itu.

"Kenapa ngajak kesini, Re?" Tanya Dika yang terdengar agak kaku. Reno langsung menarik kerah seragam Dika dan menatap pemuda itu, masih sama tajamnya seperti sebelumnya.

"Ceritain ke gue."

"Ce-Cerita apa? Re, i-ini bisa lepasin?"

"Gak usah banyak omong! Cepet ceritain ke gue gimana lo bisa di gituin sama temen-temen gue!" Kata Reno sedikit membentak tanpa melepaskan cengkramannya tersebut. Dika menelan ludahnya gugup, pemuda itu kemudian mencoba menarik tangan Reno dari kerahnya.

"Sebelumnya tolong lepasin," ujar Dika pelan setengah memohon, takut membuat Reno kembali marah padanya. Reno pun akhirnya melepaskan cengkraman tersebut dan menyilangkan kedua tangan di depan dada, menatap Dika tajam.

"Cerita."

Dika pun pada akhirnya menceritakan bagaimana dirinya bisa menjadi korban Rega dan teman-temannya. Pemuda itu bercerita dari awal ia datang ke sekolah dan tak sengaja menabrak Rega kemudian keceplosan memanggilnya dengan panggilan sok akrab. Namun Dika tak menceritakan secara lengkap saat ia di pukuli di dalam gudang, menurutnya itu terlalu menyedihkan.

"Dan Teo dateng buat nolongin gue," kata Dika mengakhiri cerita panjangnya tersebut. Pemuda itu menatap Reno dan mencoba melihat apa reaksinya setelah mendengar semuanya.

Reno tampak terdiam, wajahnya tak menunjukkan ekspreksi terkejut atau pun marah. Wajahnya terlihat bingung. Ia memikirkan apa yang membuat Rega dan teman-temannya tega melakukan semua ini. Jika mendengar dari cerita Dika barusan, mana mungkin hanya karna tabrakan kecil dan panggilan tak di sengaja itu. Ini semua berlebihan namanya.

"Trus Teo bawa lo ke UKS?" Tanyanya pada akhirnya kembali bersuara. Dika pun mengangguk pelan.

"Ya, dia bawa gue ke UKS. Dan pulang sekolah lo yang narik gue ke mobil lo buat ke rumah gue," jelas Dika kembali. Reno mengernyitkan dahinya.

"Gue gak ngerti."

Dika yang mendengar gumaman Reno tadi pun mengernyit samar. "Kenapa, Re?"

Reno menoleh. "Gue gak ngerti," ulangnya. "Kenapa Rega sampe kayak gitu? Tadi pagi dia juga baru ngaku ke gue kalo dia mukulin lo."

Dika tampak terdiam dan tak menjawab. Jika di tanya apa alasan mereka melakukan itu, yang Dika tahu hanya karna ia tak sengaja menabrak Rega dan memanggilnya dengan panggilan akrab. Jika ada dendam atau hal lainnya, ia tak tahu.

"Apa karna ngira lo suka sama gue?" Reno menatap Dika kemudian, membuat Dika menahan nafasnya sejenak. "Dika, emang lo beneran suka sama gue?" Tanya Reno.

Pertanyaan konyol!

Tentu saja Dika suka, tapi tidak akan menjawab dengan sejujurnya. Itu bisa menjadi akhir bagi Dika jika ia mengakuinya.

Wajah Dika tampak membeku dan ia tak menjawab pertanyaan Reno. Pemuda itu lebih memilih untuk mengalihkan tatapannya ke arah lain. "Kenapa nanya gitu?"

"Ya, lagian Rega selalu bilang ke gue kalo lo suka sama gue!" Reno memiringkan bibirnya dan mengernyit. Sedangkan Dika melirik sedikit ke arah Reno,  tampaknya Reno tak terlalu perduli.

"Lagian kalo lo suka sama gue, kenapa harus temen-temen gue yang repot? Seharusnya gue aja sekalian yang mukul lo pake tangan gue sendiri," ujar Reno kembali kemudian berdecih sebal karna memikirkan ulah teman-temannya itu.

"Udahlah," sahut Dika pelan. "Ini gak penting, semuanya udah lewat. Gue juga gak dendam sama temen lo, yah, walau jujur mereka kasar." Dika tampak menghela nafasnya panjang.

Cinta yang TabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang