TUJUH BELAS

6.9K 645 15
                                        

"Lo suka sama gue?" tanya Reno kembali saat tak mendapatkan jawaban apapun dari Dika. Dika tersentak kemudian menggeleng cepat.

"K-Kenapa lo mikir gitu?" balas Dika yang berusaha sekuat tenaga menyembunyikan kegugupannya.

Reno mengalihkan pandangannya dan terlihat menghela nafasnya. "Gue denger dari Rega, dia yang bilang lo suka sama gue," katanya. Kedua tangannya kembali bekerja untuk menyelesaikan pekerjaan sebelumnya yang sempat tertunda; mengaduk adonan. "Sebelum dia ke luar negeri, dia sempet bilang dia suka sama gue dan dia juga ngasih tau kalau lo suka sama gue."

Dika masih terdiam di tempatnya. Fakta bahwa Rega juga menyukai Reno membuatnya tertegun, jadi itu alasan kenapa Rega selalu tidak suka ketika melihatnya dan selalu mengganggunya bahkan sampai rela menculiknya di gudang waktu itu. Dika menggigit bibir bawahnya.

"Gue gak nyangka Rega suka sama gue," ujar Reno kembali dengan suara pelan. Tanpa sadar ia sekarang justru mengeluarkan semua beban pikirannya di depan Dika.

"Jadi Rega ke luar negeri?" tanya Dika yang sejujurnya bingung harus merespon apa.

Reno mengangguk samar. "Ya," jawabnya. "Setelah dikeluarin dari sekolah, Eron yang pertama kali nyamperin gue dan bilang Rega bakal ke luar negeri. Gue kaget waktu itu, tapi lebih kaget lagi pas dia nyatain cinta ke gue dan hampir nyium gue di bandara," cerita Reno dengan berbagai ekspreksi. Dika kembali terkejut.

"Dia ... nyium lo?" Ada rasa sakit ketika mendengar hal itu, namun sebisa mungkin Dika tetap terlihat biasa saja.

"Iya," kata Reno dengan santai. "Lo jangan diem, gue capek ngaduk adonannya sendirian," celetuknya kemudian membuat Dika terkejut dan langsung bergerak untuk membantu Reno membuat kuenya.

"Maaf, gue kaget denger cerita lo," sesal Dika. Reno tertawa kecil, ia sendiri juga terkejut dengan semua itu. Rasanya begitu cepat dan juga mengejutkan, Reno bahkan sampai memikirkannya berhari-hari.

"Gue juga kaget pas Rega mau nyium gue, tapi gue langsung ngehindar karena gak mungkin kan gue dicium cowok?" Reno kembali tertawa, kali ini lebih kencang. Tawa Reno tanpa sadar seperti membentuk sebuah tombak yang menikam tepat di ulu hati pemuda di sebelahnya itu.

Dika tersenyum miris.

"Dan tentu aja gue nolak dia waktu itu karena gue normal." Tidak cukup satu, tapi Reno menambahkan lagi rasa sakit di hati Dika. Dika terdiam, mencoba menahan rasa sakit yang tiba-tiba saja membuat dadanya sesak.

"Lo jijik sama Rega, Re?" Cicit Dika pelan, ia mencoba mempertahankan bentengnya agar tidak menumpahkan air mata. "Apa yang lo rasain setelah tau semua itu?" tanyanya lebih jelas.

Hening sesaat setelah Dika memberikan pertanyaan tersebut. Apa yang Reno rasakan? Tentu saja bingung.

"Di awal gue sedikit jijik," katanya menjawab setelah terdiam beberapa detik. Jantung Dika langsung berhenti beberapa detik. "Tapi setelah gue pikir, itu hak dia. Gue gak nyalahin dia karena udah suka sama gue," tambahnya kembali kemudian terlihat mengedikkan bahunya.

"Mau gimana pun dia temen gue, bahkan dia itu sahabat gue selama ini. Jadi gue cukup bisa ngendaliin diri."

Beda lagi kalau itu gue yang nyatain cinta ke lo kan, Re? Lo bakal maki gue dan dorong gue jauh, batin Dika yang menahan rasa sakit. Ia tidak kuat membahas ini dengan Reno, rasanya seperti mengukir dan terus menorehkan rasa sakit pada dirinya sendiri.

"Re, gue mau ke kamar mandi sebentar," pamit Dika yang langsung bangkit tanpa menoleh ke arah Reno sedikit pun. Ia tidak mau menunjukkan wajah menyedihkannya di hadapan Reno. Sudah cukup hatinya yang sakit sendirian saat ini.

Cinta yang TabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang