SEBELAS

7.9K 768 61
                                    

Rega tersenyum puas setelah ia berhasil untuk menelpon salah satu kenalannya yang cukup bad di sekolah dan memang terkenal karena ia cukup berkuasa pula di sekolah.

Kali ini Dika bakal bener-bener nyesel.

Rega tertawa puas dalam hati. Lelaki itu kembali duduk dan menghampiri Yuze yang sedaritadi hanya terdiam mendengarkan percakapan Rega dengan seseorang di telepon.

"Lo yakin mau bully Dika?" Yuze menatap Rega was-was.

"Gue udah nelpon Varel dan ngajak dia ketemu, lo pikir gue bercanda?" Rega menatap Yuze.

Yuze tak menangkap raut wajah ragu sama sekali dari wajah Rega. Ia menghela nafasnya panjang dan lalu merebahkan tubuhnya ke atas ranjang yang ada di kamar tersebut.

"Kalau sampe kepala sekolah tau, lo bisa diskors lagi, Ga," peringat Yuze sambil melirik ke arah Rega sesaat. "Atau ... kalau fatal, lo bisa aja dikeluarin dari sekolah," lanjutnya yang kemudian kembali terbangun. Yuze menatap Rega lebih serius.

"Gue harap lo gak berlebihan. Gue mau ngasih tau bukan karena gue perduli sama Dika, shit, gue juga benci dia karena udah buat sahabat kita kayak sekarang.

"Gue peringatin lo karena gue gak mau lo sampe kena masalah lagi," kata Yuze. Dari wajahnya, Rega menangkap bahwa kali ini sahabatnya tersebut benar-benar serius dan perduli kepadanya.

"Gue tau." Rega membalas. Ia mengalihkan pandangannya dari Yuze. "Gue gak akan berlebihan. Tapi gue beneran mau buat Dika jera dan berhenti deketin Reno lagi."

Yuze menepuk pundak Rega seraya mengangguk-angguk kecil. Saat ia ingin bersuara lagi, suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatiannya.

"Oh, Eron."

"Yo, Yu---"

"Eron!" Rega langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri Eron. "Kenapa tadi telponnya malah lo matiin?!" Tanyanya sedikit berteriak sambil memegang kedua pundak Eron cukup kencang sampai membuat si empunya meringis pelan.

"Woi! Woi! Rega!" Yuze langsung menengahi dengan menarik tubuh Rega, namun Rega tak mundur sedikit pun.

"Eron, jawab gue!"

Eron menampilkan senyuman tenangnya tanpa tersulut emosi Rega sedikit pun. Ia maju selangkah memperpendek jarak dan menatap Rega tepat di manik lelaki berambut hitam legam itu. Tangan Rega masih berada di pundaknya dan sebelah tangan Eron kini menepuk salah satu bahu lelaki di hadapannya ini.

"Lo gak perlu khawatirin apapun."

Rega mengernyitkan dahinya, ia sama sekali tidak mengerti maksud ucapan Eron barusan. Apalagi tingkahnya yang sangat aneh itu. "Maksud lo apa? Jelasin ke gue kenapa tadi lo malah mutusin sambungan teleponnya!"

Eron semakin maju, kini jarak antara keduanya hanya tersisa beberapa centimeter saja. Eron sedikit berjinjit untuk menyamakan tinggi telinga Rega yang lebih tinggi darinya itu. "Gue tau lo gak bakal seneng sama apa yang Dika lakuin." Eron berbisik tepat di telinga Rega.

"Karena itu gue lebih milih matiin telponnya dan pergi," lanjutnya kembali masih pada posisi yang sama. Yuze yang sedaritadi juga berada di sana hanya terdiam, ia tidak bisa mendengar ucapan Eron yang berbisik pada Rega.

"Lo---"

"Gue udah tau lo barusan nelpon Varel, kan?" potong Eron tidak membiarkan Rega bersuara. Pemuda bersurai cokelat gelap itu lalu mundur dan kini menghampiri Yuze yang membatu di tempatnya dan menepuk pundaknya ringan. "Gue tadi beli cemilan, ayo makan bareng."

***

Reno mengambil kunci mobilnya dan bergegas pergi, Nino di belakangnya terus menangis sesenggukan sambil sesekali menggigiti jari tangannya sendiri. Terlihat menggemaskan, namun rasa panik Reno lebih mendominasi saat ini.

Cinta yang TabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang