Dika sangat senang bisa bercerita dan berbincang-bincang dengan para pekerja di rumah Reno yang sudah ia anggap sebagai teman-temannya sendiri. Walaupun terkadang ada beberapa pekerja yang sungkan karna Dika di anggap sebagai tamu dan juga teman dari Tuan Muda mereka, tapi Dika meyakinkan bahwa ia tidak merasa risih atau apapun itu. Dika justru sangat senang saat bisa berteman dengan mereka.
"Ya ampun, Dik! Masakan lo enak juga! Lo kok bisa masak?" Tanya Jimmy yang menjadi tim icip-icip itu sambil tersenyum senang.
"Iya, enak," sahut Fadil sambil mengangguk-angguk kecil.
"Tuh, liat! Fadil yang galak aja sampe muji masakan lo!" Kata Jimmy yang membuat Fadil langsung memutar bola matanya dengan malas.
"Makasih, gue emang udah biasa masak buat bantu Ibu gue," balas Dika sambil tersenyum senang. Ini adalah ketiga kalinya masakan buatannya di puji. Yang pertama oleh keluarganya sendiri dan yang kedua oleh Teo. Walaupun sebenarnya Teo menghina di awal, tapi dia tetap memuji juga di akhirnya.
"Wah, keren!" Sahut Jimmy yang berbinar menatap Dika.
"Dika, kalo boleh gue tanya, hm, err ...," kata Azam yang jadi agak gugup mengungkapkan apa yang mau ia ucapkan kepada Dika.
"Tanya aja, Zam."
"Itu, muka lo," kata Azam yang membuat Dika terdiam. "Dari tadi gue pengen tanya, muka lo kenapa? Kok banyak lukanya?" Tanya Azam akhirnya.
"Eh, iya ... kok gue baru sadar?" Timpal Jimmy sambil menatap wajah Dika dengan seksama. Dika yang di tatap seperti itu langsung gugup seketika.
"Lo abis berantem?" Tanya Fadil sambil menaikkan sebelah alisnya menatap Dika.
"B-Bukan berantem."
"Trus?" Tanya Jimmy, Azam, dan Fadil bersamaan. Mereka bertiga langsung saling tatap sekilas.
"Sebenernya-"
"Azam?" Panggil sang Tuan Rumah yang memotong ucapan Dika yang akan menjawab pertanyaan mereka tadi. Azam yang merasa di panggil, dengan sopannya langsung menoleh ke arah Daddy Reno itu.
"Iya, Tuan?"
"Kamu udah selesai buat makan malamnya? Ah, Dika? Kenapa di sini? Saya kira kamu lagi sama si Reno di kamarnya," kata Daddy Reno sambil menaikkan sebelah alisnya menatap Dika. Azam dan yang lain sedikit merasa ketakutan.
Seragam Dika sudah terkena saus yang tidak sengaja terkena karna ulah Jimmy tadi, jadi pasti Tuan mereka akan marah karna tamunya sudah mereka suruh untuk bekerja. Walau itu semua atas kemauan Dika sendiri sebenarnya.
"Kalian nyuruh Dika kerja?"
"Saya gak mau ganggu Reno, jadi saya bantu masak disini," kata Dika sambil tersenyum getir menjawab pertanyaan Daddy Reno sambil menatapnya.
"Kamu tamu, seharusnya gak perlu kerja. Ngomong-ngomong, kamu bisa masak?" Tanya Daddy Reno sambil tersenyum penuh arti menatap Dika. Dika yang sedikit malu hanya mengangguk kecil dan menunduk.
"Makan malam kali ini di buat sama Dika, Tuan!" Sahut Jimmy sambil menyengir menatap sang majikannya itu. Daddy Reno mengangkat sebelah alisnya dan berjalan mendekati meja makan. Ia mencoba salah satu masakan dan terdiam sebentar.
"Ow, enak. Kamu cowok tapi bisa masak juga ya?" Komentar Daddy Reno yang membuat Dika sedikit tersipu malu.
"A-Azam sama Fadil juga cowok, kan?" Balas Dika dengan wajah polosnya itu.
"Haha, maksud saya, kamu kan masih sekolah. Tapi udah pinter masak aja. Reno apa? Nyalain kompor aja masih kebingungan dia," kata Daddy Reno yang mengomentari anaknya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Tabu
RomanceDika tidak pernah berharap sesuatu yang lebih selama ini. Hidupnya sangatlah sederhana, namun ia tetap bersyukur dan bahagia. Namun tiba-tiba ia merasa hidupnya kurang semenjak pertemuannya dengan sesosok manusia yang membuatnya jatuh hati pada pand...