DUA PULUH TIGA

6.4K 603 62
                                    

"Ini udah lebih dari cukup, oke?" kata Rega kembali saat tak mendapatkan jawaban apapun dari Eron. Pemuda itu--Eron--mengalihkan pandangannya dan terlihat tidak setuju. "Gue minta maaf udah bikin ke---"

"Tapi dia udah hampir bunuh Dika, astaga," kata Reno langsung memotong ketika baru bisa mengeluarkan suaranya kembali. Reno mengusap wajahnya dan terlihat mencoba menenangkan emosinya, bagaimana tidak emosi? Di leher Dika terdapat bekas cekikan yang terlihat jelas karena Eron sudah menekannya sangat kuat. Ada sedikit goresan dekat lengannya yang mungkin tidak sengaja terkena pisau lipat sebelumnya, ditambah hidung Dika yang terlihat mengeluarkan darah walau sudah sedikit mengering. Reno rasanya ingin balas menerkam Eron jika saja kewarasannya sudah habis.

Rega menatap Reno dalam diam beberapa waktu, sebelum akhirnya mengangguk kecil seperti mengerti akan sesuatu. "Dika, gue bakal ganti rugi," katanya berbicara pada Dika yang tengah meringis pelan. "Tapi bisa gue minta tolong buat gak bawa masalah ini ke hukum? Gue bakal ganti rugi dan bayar berapa pun yang lo mau."

Mendengar penuturan Rega, Dika reflek langsung menggeleng cepat. "Gak perlu, gue gak apa-apa," jawabnya menolak secara halus. "Gue gak akan bawa ini kemana-mana, gue gak masalah---"

"Dika," geram Reno yang menatap Dika sangat datar, bahkan kelewat datar sampai Dika dengan susah payah menelan ludahnya.

"G-Gue serius, Re. Gue gak apa-apa."

Sekarang Reno paham betul bagaimana rasanya menjadi Teo ketika melihat Dika seperti ini. Sejauh apapun seseorang berbuat jahat padanya, nyatanya Dika akan tetap memaafkan orang itu. Reno teringat perihal soal dirinya yang dihajar dan dibully Rega dulu, bahkan Dika sama sekali tidak dendam. Dika seperti, berbeda. Dia seperti bukan manusia, dia terlalu baik untuk ukuran manusia.

"Coba jelasin apa yang 'gak apa-apa' sama keadaan lo sekarang," kata Reno penuh penekanan di kalimatnya. Dika kembali menelan ludahnya, lalu mencoba mengalihkan pandangan dari tatapan mengintimidasi milik Reno.

"Tapi Eron cuma salah paham...."

Rega hanya terdiam menatap dua pemuda yang tengah berdebat saat ini. Entah kenapa dadanya langsung terasa sakit kembali melihat Reno sudah begitu peduli pada Dika, apakah hubungan mereka sudah lebih jauh? Rega hanya bisa tertawa miris. Sejauh apapun ia mengejar Reno, pemuda itu tidak akan datang padanya. Sedalam apapun ia mencoba mengubur perasaannya pun, nyatanya sampai sekarang ia masih merasa sakit melihat Reno lebih perduli pada orang lain.

Dika dan Reno langsung menoleh ke arah Rega ketika mendengar tawanya itu. Mereka semua terdiam, suasana berubah sedikit canggung dan terasa sangat sunyi.

"Gue gak bakal lapor apa-apa," kata Dika yang mencoba memecahkan keheningan yang membuatnya sedikit merasa tidak nyaman. "Tenang aja, R-Rega," tambahnya lagi yang sedikit ragu ketika akan memanggil nama Rega. Ia teringat kejadian saat tanpa sengaja Dika memanggil Rega dengan panggilan akrab.

Rega mengangguk samar, ia yang pertama kali bangkit dan berdiri. Pemuda itu lalu menarik lengan Eron yang sedari tadi hanya bungkam tanpa menatap ke siapapun. Sebelum benar-benar pergi dari sana ia menyempatkan diri untuk menatap ke arah Reno sekali lagi. "Seneng liat lo baik-baik aja sampai sekarang, Reno," katanya dengan senyuman penuh makna.

Tak ada jawaban apapun dari Reno dan akhirnya Rega menarik tangan Eron serta tak lupa membawa kopernya untuk pergi dari sana. Kini tinggal Reno dan Dika yang ada di ruangan kosong itu. Dika sekarang baru sadar bahwa yang ada di dekatnya adalah Reno---seseorang yang ia sedang coba lupakan, tapi justru menampakkan dirinya lagi di depan matanya. Bahkan Reno yang lagi-lagi menolongnya untuk ke sekian kalinya.

"Ayo pergi," ajak Reno yang sudah berdiri sambil mengulurkan tangan kanannya pada Dika, bermaksud untuk membantunya berdiri. Dika menerima uluran tangan Reno dengan ragu-ragu, ia sedikit terhuyung ketika akan bangun. "Pelan-pelan aja," titah Reno.

Cinta yang TabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang