TIGA

11.9K 1K 57
                                    

"Mau gue anter pulang?" Tawar Teo sambil menaikkan alisnya menatap Dika. Dika terdiam dan berpikir sejenak. Tubuhnya baru saja terkena banyak luka akibat pembullyan dadakan tadi, jika pulang bersama dengan Teo mungkin resiko ia kembali di keroyok akan menjadi sedikit.

"Jalan?"

"Naik motor gue lah!" Kata Teo sambil menarik tangan Dika dan langsung berjalan menuju ke parkiran untuk mengambil motor milik Teo itu.

Teo melepaskan pegangannya pada lengan Dika dan langsung menaiki motor besarnya. Dika hanya diam dan bergeming di tempatnya berdiri, tidak langsung menaiki motor besar milik Teo tersebut.

"Kenapa? Ayo! Sekalian, gue mau mampir ke rumah lo. Udah lama gue gak main," kata Teo sambil tersenyum manis menatap Dika. Dika masih terdiam dan malah melamun menatap ke bawah.

"Woi!"

"E-Eh, maaf. Tapi di rumah gue ada anak kecil—"

"Juna adek lo yang masih SD kelas satu itu? Gak apa! Gue bisa ajak dia buat main bareng kok!"

"B-Bukan Juna, tapi anak kecil lain. Namanya Nino—"

"Nino?!" Itu bukan suara Teo, tapi suara seseorang yang kebetulan sedang berdiri tepat di belakang Dika. Dika membeku seketika saat mendengar suara yang berteriak di belakang tubuhnya itu. Dengan takut-takut Dika mencoba berbalik dan mendapati Reno sedang menatapnya dengan sangat tajam.

"Nino anak kecil yang masih kelas satu SD, kan?! Dimana Nino?! Dia adek gue! Lo tau dimana dia?! Atau lo nyulik dia, hah?!" Tanya Reno beruntun dengan tatapan tajamnya menatap Dika mendesak. Dika hanya terdiam dan menatap Reno dengan tatapan takut.

"G-Gue ..."

"Jawab!"

"Reno! Cukup! Lo gak bisa kayak gitu dong. Ngapain lo bentak dia sedangkan dia gak tau apa yang lo maksud. Nino adek lo? Apaan sih?" Sahut Teo yang langsung berdiri tepat di hadapan Dika untuk melindungi sahabatnya.

"Gue gak ada urusan sama lo!" Bentak Reno sambil mendorong tubuh Teo agar menyingkir dari hadapannya. Reno langsung menarik tangan Dika untuk masuk ke dalam mobilnya dengan paksa. Dika meringis saat tarikan Reno itu membuat luka-lukanya kembali terasa perih. Tanpa Reno pedulikan, pemuda itu membawa Dika secara paksa. Reno menyalakan mesin mobilnya dan melaju pergi dari pekarangan sekolah.

"Sekarang lo gak bisa ngelak lagi, cepet kasih tau dimana Nino!" Kata Reno yang setengah berteriak sambil melirik Dika tajam. Dika menelan ludahnya gugup menatap Reno.

"N-Nino ada di rumah gue ..."

"Cepet kasih alamat lo!" Bentak Reno lagi sambil menatap ke depan. Dika memberitahukan alamat rumahnya dengan gemetar dan Reno langsung melaju ke alamat itu tanpa berucap apapun.

Sesampainya mereka di rumah kecil Dika, Reno langsung keluar dan mengetuk pintu dengan sangat brutal.

"Ck, gak ada bel apa?!" Teriak Reno yang marah sambil terus mengetuk pintu dengan kasar.

"Biar gue bukain," kata Dika yang langsung menarik Reno mundur dan membuka pintu dengan sekali dorong. Reno melongo saat melihat pintu yang ternyata tidak di kunci itu.

"Aku pul—"

"NINO?!" Teriak Reno yang memotong ucapan Dika. Dika hanya bisa tersenyum miris.

"Lo gak usah teriak-teriak, disini bukan rumah besar yang kedap suara. Lo bisa diomelin tetangga nanti. Nino ada di kamar adek gue," kata Dika. Reno menatap Dika sengit lalu mendengus.

"Yaudah cepet! Bawa gue ke Nino sekarang juga!"

Dika hanya bisa mengangguk pasrah meladeni kemauan Reno yang pemaksa itu. Dika berjalan di depan sedangkan Reno mengikutinya dengan terdiam dari belakang. Dika membukakan sebuah pintu bercat cokelat kusam lalu mempersilahkan Reno untuk masuk ke dalam lebih dulu. Di dalam ada Arjuna, adik Dika, yang sedang tidur sambil berpelukan dengan Nino, adik Reno.

Cinta yang TabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang