Sore itu suasana sangat sejuk, cuacanya mendukung. Diikuti semilir angin sore. Membuat seluruh siswa SMA Taruna Arsa semakin bergairah untuk melakukan olahraga sore. Memang fasilitas olahraga di SMA ini sangat lengkap. Di depan sekolahan ada lapngan basket, yang disampingnya adalah lapangan voli. Lalu di dalam sekolahan terdapat lapangan serbaguna yang digunakan untuk berbagai macam cabang olahraga. Dan yang paling keren di samping tempat parkir terdapat lapangan Indoor, lapangan ini digunakan untuk kegiatan olahraga di dalam ruangan, seperti tenis meja, senam lantai, bahkan olahraga lainnya saat hujan agar siswa tetap bisa olahraga walaupun cuaca sedang tidak mendukung.
Laki-laki itu mengabaikan keringat yang mengalir di pelipisnya. Dia terus mendribble-dribble bola basket dan mengoper ke teman satu timnya. Tujuannya tidak lain adalah untuk memasukkan benda berbentuk bulat itu ke ring. Sesekali terdengar decitan yang berasal dari gesekan sepatu dengan lapangan. Arendo menghentikan kegiatannya itu, kala dia teringat oleh sesuatu. Yang lain ikut berhenti karena bola itu dipegang oleh Arendo.
"Guys,kayaknya gue harus pergi sebentar deh, ada urusan penting." Ucapnya, salah satu temannya itu pun menoleh "Iya, buruan jangan lama-lama."
Kini Arendo beralih pada Pak Rustam yang berada di samping tiang ring. "Pak saya ijin pergi sebentar ya." Arendo berujar yang dijawab dengan anggukan dari pak Rustam.
Dengan cepat Arendo langsung berlari ke lapangan voli yang berada tidak jauh dari lapangan basket. Di situ ada teman sekelasnya. Dia adalah Angkasa Rakasvara atau yang kerap disapa dengan Angkasa, atau mungkin Kasha. Angkasa adalah ketua dari ekskul voli SMA. Dia sudah banyak memenangkan kejuaraan voli. Bahkan dulu sewaktu awal masuk kelas sepuluh, Angkasa langsung diajak bergabung di tim voli SMA. Katanya dia sudah terkenal sejak SMP karena bakat olahraganya itu.
"Angkasa! Lo liat Kalya sama Justin nggak." Tanyanya. Angkasa yang sedang meneguk air mineralnya di tepi itu pun berhenti.
"Kalya sama Justin, sejak kapan mereka mau main voli." Pasalnya ekskul voli merupakan ekskul yang jarang diminati. Selain karena yang mengikuti adalah hanya para ahli seperti Angkasa dan yang lain, lagi voli tidak terlalu populer seperti basket dan ekskul lainnya.
"Tapi tadi kan, habis bel pulang elo bareng Justin."
"Emang! Tadi Justin bareng gue setelah dari kelas, nah setelah gue tadi ke ruang ganti. Dianya entah pergi kemana? Dan lagi, Kalya? Mana gue tau tentang dia." Angkasa menjelaskan, lalu tangannya kembali meraih botol air mineral itu dan meminumnya.
"Oke, Thanks."Arendo berucap singkat, lantas dia belari meninggalkan 2 lapangan itu menuju pintu utama atau lobi.
Tujuannya saat ini adalah ke lapangan serbaguna yang berada di dekat ruang kelas. Arendo tetap berlari walaupun melewati ruang kelas, tidak peduli terjatuh akibat gesekan yang timbul di sepatunya kecil karena licin. Asal saja dia bisa menjaga kesimbangan. Keringat pun semakin mengalir di pelipisnya. Tubuhnya yang atletis itu menjadi pemandangan gratis bagi siswa perempuan yang melihatnya. Memang sebenarnya sudah jam pulang. Tetapi ada beberapa kelas yang masih mengikuti tutor atau pelajaran tambahan.
"Arendo, hati-hati nanti kepleset!"
"Duh, kalo gini Arendo kelihatan sexy banget."
"Sejak kapan, atlet bulu tangkis SMA kita putar haluan jadi sprinter."
"Tuh anak lagi dikejar mbak kunti kali ya,"
Beberapa celotehan dari para siswa yang masih di koridor ruangan kelas itu. Padahal Arendo bukanlah siswa yang sering hang out dan dikenal banyak orang, akun sosial medianya pun juga sepi. Namun karena dia anak kesayangan guru dan aktif di setiap kegiatan, serta dulu mantan pengurus OSIS, membuatnya semakin terkenal. Kalimat itu hanya terdengar samar di telinga cowok itu. Di tetap berlari ke lapangan serbaguna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deportes✓
Teen FictionBersekolah di sekolahan bertaraf internasional, dengan disandingkan oleh siswa-siswi intelektual. Membuat Arendo semakin dewasa dan mengubah persepsinya. Arendo menyadari bakat para temannya dalam bidang olahraga. Berbagai kejuaran telah...