Jangan heran ketika aku berbeda, karena inilah diriku yang sebenarnya. Terima kasih, jika kamu bisa mengerti diriku yang sebenarnya.
.
Berdebat dengan Sang kakak hampir saja membuatnya terlambat. Setelah obrolan dan perdebatan mereka di kamar Kalya, ternyata masih berlanjut di meja makan. Entah itu rambut Kalya yang jarang dikeramas, kulitnya yang kering, bahkan kotoran di lehernya yang tidak pernah dikerok. Untung saja ada Dina, ibu yang menjadi penengah di antara perdebatan mereka.
Dina selalu memahami perbedaan di antara mereka berdua. Dia berpikir anak ayam saja lahir bulunya berbeda-beda, apalagi dengan anak manusia. Syukurlah sarapan pagi dapat selesai tanpa ada gelas atau piring yang pecah karena perdebatan mereka berdua. Dengan diantar ke sekolah oleh Rika, akhirnya Kalya sampai di sekolahan pukul 06.55, padahal jam segitu seharusnya semua siswa sudah ada di kelas dan bersiap menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Setelah turun dari mobil kakaknya, Kalya berjalan melewati pintu gerbang. Untung saja ada beberapa siswa yang baru masuk menggunakan sepeda motor jadi dirinya tidak terlalu kentara. Sehingga satpam tidak meghentikannya karena hampir terlambat. Dan alhasil mereka yang mengendarai motor harus menerima hukuman.
Buru-buru dia melangkahkan kakinya menuju ruang kelasnya, langkahnya lebar—jari-jarinya meremas tali tas warna merahnya. Saat melewati koridor ruang kelas 10 tiba-tiba terdengar lagu Indonesia Raya dari speaker di setiap kelas. Kalya bingung antara dia tetap berjalan menuju kelasnya atau berhenti dan bernyanyi Indonesia Raya. Pasalnya peraturan, jika lagu Indonesia Raya berbunyi maka, seluruh warga sekolah harus berhenti melakukan aktivitas dan harus bernyanyi. Tapi kalau dia bernyanyi sendirian di koridor, semua akan tahu kalau dia terlambat.
Kalya malah mematung, dia baru sadar kalau di belakangnya ternyata ada Pak Bondan yang sedang berdiri tegap menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kalya pun menegakkan badannya dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Dia mencoba bersikap santai dan tenang, sebenarnya ada sedikit rasa takut di benaknya—mengingat Pak Bondan adalah guru killer di SMA Taruna Arsa.
Setelah selesai menyanyikan lagu Indonesia Raya, Pak Bondan melangkah dan menepuk bahu Kalya. Sambil mengacungkan jari jempolnya, beliau berkata "Bagus Kalya."
Mendengar itu, Kalya tersenyum lalu mencium punggung tangan Pak Bondan. Setelahnya dia minggir mempersilahkan berjalan, lantas pak Bondan berjalan dan memasuki ruangan kelas 10. Sekarang jadwalnya Pak Bondan mengajar kelas 10.Tanpa babibu, Kalya langsung berlari menuju kelasnya. Setelah duduk di bangku nomor tiga, seorang perempuan berumur 58 tahunan itu masuk dengan membawa map dan kotak pensil.
"Kebo lu, baru ngerjain tugas sekali aja sudah langsung bangun kesiangan." Celetuk Veda yang duduk di bangku nomor dua yang di sampingnya ada Arendo. Kalya memiringkan kepalanya lantas memberikan pelototan pada Veda.
"Kok lo bisa lolos dari satpam, Kal?" tanya Discha, dia yang duduk di samping Kalya.
"Panjang Dis, ceritanya."
"Murid-murid. Silahkan dipimpin berdoa." Kata yang dilontarkan Bu Wagito itu pun, mengalihkan perhatian seluruh kelas.
Arendo yang menjadi ketua kelas segera bertindak. Dia memimpin doa, setelahnya Bu Wagito mengabsen satu per satu siswa di kelas yang jumlahnya 34. Dari Andara Hingga Ziddan.
"KALYALA LAKSANA PUTRI!"
"XIAO JUSTIN!"
Bu Wagito berseru, sedangkan Kalya mengerutkan dahinya. Perasaan dia tadi sudah diabsen dan dia juga sudah mengangkat tangan sewaktu namanya dipanggil tadi. Kini padangan terlemparkan pada Justin dan cowok yang jarang mengerjakan tugas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deportes✓
Dla nastolatkówBersekolah di sekolahan bertaraf internasional, dengan disandingkan oleh siswa-siswi intelektual. Membuat Arendo semakin dewasa dan mengubah persepsinya. Arendo menyadari bakat para temannya dalam bidang olahraga. Berbagai kejuaran telah...