Bersama tiga sahabatnya Arendo berjalan beriringan, katanya mereka berempat ingin pergi ke lobi. Bukan untuk menemani Justin dan Kalya mengerjakan tugas, tetapi mereka bertiga; Arendo, Angkasa, dan Veda ingin mencari koneksi wifi, daripada di rumah gabut. Lagipula dengan adanya wifi di sekolahan menjadi lebih hemat pakai paket data. Terlebih hari rabu ini mereka membawa laptop, sayang membawa berat-berat tetapi hanya dipakai waktu jam pelajaran.
Mereka memilih duduk bersila lesehan dengan laptop yang diletakkan di kursi. Bisa dibayangkan bukan? Mereka duduk lesehan dengan laptop yang ditaruh di kursi. Itu sudah jadi hal biasa bagi para siswa SMA Taruna Arsa, banyak yang melakukan hal itu di lobi. Karena lobi adalah ruang tunggu jadi tidak ada meja. Hanya ada satu meja itu saja milik guru piket.
Mereka berempat tampak berjejer rapi menatap layar laptop masing-masing. Tiga dari mereka, terlihat tenang dan fokus pada dunia masing-masing. Satunya Justin, terlihat gelisah—sedari tadi mereka celingukan tengah mencari sesuatu.
"Si Kalya mana Jus, kok belum kesini." Arendo mulai bertanya, namun matanya masih fokus pada layar laptopnya itu—jari-jarinya juga sibuk mengetik keyword.
"Sumpah ya tuh anak, awas aja kalo pulang." Justin yang sudah tidak sabar itupun mengomel.
"Tenang dulu Jus, mungkin dia pergi kemana gitu." Arendo berusaha menenangkan.
"Pergi pulang, maksud lo." Tukasnya "Arghhhh" Justin menggerang frustasi.
"Lagian kenapa lo ngga nyicil buat cover aja gitu, di laptop lo."
"Nggak! Pokoknya ngerjainnya di laptop Kalya."
"Yaudah, lo nyoba buka apa gitu. Update perkembangan ekskul futsal di kalangan anak SMA atau apa gitu." Kini Angkasa menimpali.
Benar juga, lebih baik dia membuka laptopnya untuk hal-hal lain yang lebih berguna.
•••
Seperti janji yang sudah Kalya dan Justin buat, bahwa pulang sekolah mengerjakan tugas bersama di lobi. Sebelum memulai mengerjakan tugas, Kalya meleset dahulu ke minimarket dekat sekolahan untuk membeli beberapa minuman dan cemilan sekalian mengantarkan Discha ke gerbang menunggu jemputan. Letaknya tidak terlalu jauh hanya butuh menyebrang lalu berjalan beberapa meter.
Memasuki minimarket terasa udara dingin yang meresap di kulit gadis itu. Karena tadi Kalya merasa gerah jadi dia menggulung rambutnya hingga memperlihatkan leher jenjangnya itu, tubuhnya yang tinggi juga berpengaruh bagi ukuran lehernya. Untung saja kotoran di lehernya tidak terlalu kentara. Hal yang selalu membuat Rika mengomeli adiknya itu.
Kalya mengambil beberapa cemilan manis, gurih, serta pedas. Setelah itu dia mengambil dua minuman dingin. Lalu membayarnya ke kasir dan memasukkan ke dalam tas. Juga meminum salah satu minumannya itu. Lantas kembali ke sekolahan.
Saat tiba di lobi dia celingukan mencari, Justin. Karena lobi hari ini ramai dan banyak orang yang menunggu jadi membuatnya kesusahan mencari Justin. Sorot matanya menangkat empat laki-laki yang duduk lesehan dengan kursi yang dijadikan meja untuk laptopnya. Kalya tersenyum jahil, berjalan mendekati mereka berempat namum pelan-pelan agar tidak ketahuan.
Kebetulan Arendo duduk di tepi paling kiri, Kalya duduk dengan pelan di samping Arendo. Mereka berempat tidak menyadari kehadiran Kalya, karena sibuk pada dunia masing-masing.
"Astagfirullah." Arendo terlonjak kaget, kala mendapati Kalya yang duduk anteng di sampingnya. Dan mereka bertiga spontan menoleh ke kiri.
"Hehe." Dianya malah nyengir.
"Kal, kalo datang kasih salam atau apa gitu. Kaget gue!"
"Ye, itu lo-nya aja yang terlalu fokus sama dunia lo sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Deportes✓
Teen FictionBersekolah di sekolahan bertaraf internasional, dengan disandingkan oleh siswa-siswi intelektual. Membuat Arendo semakin dewasa dan mengubah persepsinya. Arendo menyadari bakat para temannya dalam bidang olahraga. Berbagai kejuaran telah...