29 • Kota Hujan

77 4 0
                                    

                Bus yang Kalya naiki tiba di Bogor pukul tujuh kurang lima belas menit. Beruntung jalanan sore ini tidak terlalu macet. Turun dari bus ia memakai mantel berwarna tortilla yang ia bawa tadi, udara di kota Hujan ini memang dingin. Walau begitu Kalya tetap suka. Dalam terminal banyak juga yang menjual kopi atau minuman hangat lainnya, tapi Kalya rasa tidak cukup waktu untuk membelinya. Ia ingin segera keluar dari terminal dan memesan taksi agar cepat sampai di rumah Kakak Arendo.

Taksi yang Kalya pesan sudah ada di depan pintu keluar terminal. Dia langsung menaikinya, dan memberikan alamat itu pada sopir. Ternyata rumah Kakak Arendo tidak jauh dari terminal, hanya butuh waktu lima belas menit sudah sampai. Gadis itu turun dari taksi, sebelumnya ia sudah membayar pada taksi itu.

Kalya mengamati pagar rumah ini yang terbuka, semoga alamatnya tidak salah. Segera ia berjalan ke pintu rumah itu.

Berhubung ada bel rumah, Kalya tidak usah repot mengetok pintu. Hanya memencet, pencetan pertama dan kedua tidak berhasil, hingga setelah pencetan kedua pintu rumah berwarna putih itu terbuka.

Karina membukakan pintu. "Maaf mau cari siapa ya?"

"Maaf saya mau tanya, apa benar ini rumah Karina anak dari bapak Ilham dan Ibu Mirna?" tanya Kalya memastikan salah alamat atau tidak.

"Iya benar."

Kalya tersenyum, lalu menyalami Karina. "Halo Kak, Saya Kalya temen sekolah sekaligus temen organisasi Arendo. Apa benar Arendo ada di sini?"

Karina terihat kaget. "Oh ini Kalya, temennya Arendo? Mama sering cerita soal kamu. Sekarang kamu ke sini mau jemput Arendo? Uh so sweet banget sih." Mirna memang hobi merumpi cewek yang dekat dengan Arendo bersama Karina.

Karina terkekeh, teringat dengan masa remajanya dulu. "Pasti Arendo ngambek ya, trus dia kabur ke sini." Perempuan itu tertawa. "Ah dasar anak itu memang labil."

"Iya kak, saya mau jemput Arendo. Tapi jangan bilang-bilang ke dia ya, kalau tujuan utama saya ke sini buat jemput dia."

"Kamu juga malu-malu ya sama Arendo. Haha."

"Aduh Kak, jangan keras-keras nanti Arendo denger. Dia pasti lagi di dalem kan?" Kalya mengintip dari pintu padahal tidak terlalu terlihat karena ketutupan Karina.

"Arendo lagi ngga ada di sini, dia ngajak main keponakannya di taman. Oh ya lupa, sampe ngga nyuruh kamu masuk. Ayo masuk." Karina memegang bahu Kalya, mengajak Kalya untuk masuk.

Kalya duduk di ruang tamu, rumah ini sangat bagus. Lebih bagus dari rumah keluarga Winarka, dari hiasan dan pernak-pernaik di ruangan ini, dapat Kalya simpulkan pemilik rumah ini orang mampu. Padangannya jatuh pada dinding yang terdapat vektor art yang menurutnya kurang smootie, mungkin itu karya Arendo. Ah maklum saja Arendo masih amatir.

"Kamu liatin apa? Ini minum dulu." Karina datang dengan segelas coklat hangat.

Kalya hampir saja terlonjak. "Eh Kakak, makasih ya." Dia mengambil cangkir itu, lalu meneguk isinya. Sangat enak ketika cairan hangat itu melewati kerongkongannya.

"Kamu makan dulu aja, Kal. Pasti kamu belum makan. Jangan sungkan, langsung ke dapur aja nggapapa."

Kalya meletakkan kembali cangkir itu. "Ngga usah aja Kak, aku pengen langsung ke Arendo aja. Tapi setelah ini aku solat isya dulu."

Deportes✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang