15 • Sweet smile

74 5 0
                                    

"Kalya ayo pulang, kenapa kamu masih mau duduk di sini?" Irha—Papanya itu terus membujuk Kalya, gadis itu tampaknya tidak mau pulang, dia ingin duduk di taman.

"Kamu mau es krim?"

Kalya menggeleng, "Lalu apa?"

"Kalya tadi ketemu sama teman Pa di sini, dia janji bakal ngajak Kalya ke rumahnya, dan akan ngasih komik doraemon."

Irha menggeleng. "Besok Papa belikan kamu komik, sekarang kita pulang ya."

----

Pukul sembilan malam Kalya terbangun dari tidurnya. Ternyata dia tadi ketiduran di meja belajar, seingatnya dia duduk di meja belajar sekitar pukul setengah delapan sambil membaca buku Ekonomi. Walau hanya sekitar satu jam, namun tubuhnya terasa pegal semua. Tulang-tulangnya terasa seperti ingin rapuh. Kalya melirik jam sekilas, lalu beralih ke meja yang tadi dia tiduri. Penuh dengan pensil dan buku-buku Ekonomi.

Dia berdiri lalu merengangkan otot-ototnya dengan mengaitkan kedua tanganya lalu menarik ke depan seperi orang sedang pemanasan. Kalya duduk lagi di kursi depan meja belajar, membereskan buku-buku materi SOSHUM yang dia pelajari tadi. Di dalam dirinya terasa ada yang sedikit mengganjal. Tentang hal yang dia sembunyikan telah diketahui oleh salah satu temannya, Felix. Kalya memang menyukai Arendo, entah sejak kapan, apalagi mengingat pertemuan mereka 9 tahun yang lalu. Sebuah perasaan yang awalnya sebatas teman, mungkin anak muda biasa menyebutnya friendzone.Namun bagi Kalya, mencitai itu tidak harus dengan status.

Tidak perlu harus diungkapkan, sebab ada sesuatu yang tak seharusnya diungkapkan. Tidak perlu harus terlihat, jika dari sini saja sudah cukup berguna. Tidak perlu selalu berdekatan, jika dari kejauhan saja sudah merasakan atmosfer yang berbeda. Cukup rekahan bibir dan pancaran mata, itu lebih indah dari mendaki pengunungan untuk mencari Edelweiss. Bintang, satu kata itulah yang bisa ia lukiskan untuk Arendo.

Kalya rasanya sudah malas untuk membaca buku pelajaran. Dia pun meraih buku mitologi yang ada di samping rak buku pelajaran. Sebuah buku karangan Rick Riordan dengan judul Percy Jackson: Sea Of Monster. Kalya ingin menyelesaikan membaca buku itu, lalu segera menonton versi filmnya.

Namun lagi-lagi fokusnya teralihkan saat Dina memanggil namanya.

"Kalya ada temen kamu tuh." Teriaknya dari depan pintu kamar Kalya.

"Siapa Ma?" teriaknya.

"Katanya namanya Resta. Temen SMP kamu yang sekarang beda kelas." Jawab Dina.

"Darimana dia tau rumah gue, ngapain juga jam segini ke rumah gue. Atau jangan-jangan ada masalah penting." Gumamnya.

"Kalyaaaa." Teriak Dina lagi, yang membuyarkan lamunan Kalya.

"Iya Ma, Kalya keluar."

Segera dia beranjak dari tempat duduknya, dan berlari menuju ruang tamu. Saat di tiba di ruang tamu, dan benar itu Resta.

"Resta ada apa malem-malem kesini." Ucapnya to the point tanpa basa-basi, mungkin setelah ini Kalya akan di marahi Dina karena menyambut tamu tidak sopan.

"Iya maaf Kalya, malem-malem ganggu. Tadi aku habis dari rumah temen satu klub taekwondo yang rumahnya deket sini. Karena deket rumah kamu, jadi sekalian aku mampir. Mau nitipin ini ke kamu, tolong kasihin ke Arendo." Ucap Resta sambil memberikan flashdisk berwarna jingga ke Kalya.

Deportes✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang