Mendeskripsikan rasa nyaman itu susah. Saat kamu memberikan kehangatan, di saat aku kedinginan. Mungkin itu adalah salah satunya.
--
Pagi ini udara terasa dingin, rintikan air menetes di dedaunan hijau. Bukan air embun, tetapi adalah air gerimis. Belum hujan karena rintikannya masih kecil, rintikannya tidak berubah, ukuran air yang jatuh tetap sama jika dibandingkan dengan sebuah kecepatan maka bisa disebut konstan. Mungkin beberapa orang malas untuk bangun tidur dan lebih memilih untuk sembunyi di balik selimutnya.
Arendo bangkit dari tidurnya, setelah mendengar suara merdu adzan subuh dari masjid yang berada tidak jauh dari rumahnya. Ia menarik selimut yang semalan menjadi penghangat tidurnya, lalu melipatn dan meletakkanya di dekat bantal. Dia berjalan ke kamar mandi untuk berwudhu lalu salat subuh.
Setelah salat subuh dia langsung mandi dan memakai seragam ciri khusus SMA Taruna Arsa. Hampir sama dengan seragam cewek hanya saja yang membedakan cowok memakai celana. Dia keluar dari kamar mandi dengan memakai kaus putih polos dan celana boxer. Lalu dia memakai kemeja putih lengan pendek, dan celana panjang warna hitam. Lalu dasi kotak-kotak hitam merah dan yang terakhir almamater hitamnya, seragam sudah lengkap.
Cowok itu meraih tas hitamnya, lalu menuju meja makan. Baru saja melewati pintu kamarnya, Arendo berbalik. Saat ini sedang gerimis, dan udara juga dingin, mungkin memakai Trench Coat bukan hal yang salah. Arendo mengambil Trench Coat bewarna coklat tortilla. Tidak langsung memakainya, karena akan sarapan. Bisa-bisa dia jadi bahan ketawaan Mamanya karena sarapan menggunakan pakaian tertutup.
Di meja makan sudah ada beberapa makanan hangat yang cukup lezat dimakan di udara dingin ini. Killa dan Kirana duduk dengan pakaian rapi, namun yang membuatnya menarik adalah ada Papa yang duduk di samping Mamanya, tandanya semalam Papa pulang. Tapi mungkin Arendo sudah tidur jadi dia tidak tahu.
Arendo menarik kursi dan duduk berhadapan dengan Papa, "Masih ada kejuaraan bulu tangkis ngga Ren? Gimana untuk POPDA kamu udah bisa lanjutin sampai ke POPNAS?"
"POPDA masih lama Pa, begitupun dengan POPNAS." Jawabnya dengan sopan.
"Papa dengar ada kejuaraan olahraga di gedung Merpati, sponsor dari minuman isotonik. Kamu ikut?"
"Ah itu, lombanya hanya futsal dan basket. Mungkin angkatan aku yang ikut cuman beberapa, karena adik kelas juga pada mau ikut."
Ilham menyipitkan matanya."Kamu ngga ikut basket atau futsal gitu Ren?"
Spontan Mirna melotot, "Arendo ikut bulu tangkis saja Pa, kalau banyak ikut cabor nanti dia malah kecapain ngga bisa ngatur waktu."
"Iya Pa benar kata Mama, Ren cukup ikut bulu tangkis saja, untuk cabor lainnya mungkin cuman untuk main-main aja buat ngisi waktu luang." Arendo ikut menjelaskan.
"Kalau Papa sih, terserah kamu aja Ren. Asalkan kamu bisa milah milah waktu."
"Oh ya Ren, nanti Kakak sama Killa udah balik ke Bogor."
Arendo melirik ke Kirana. "Cepet banget Kak."
"Killa kan masih sekolah di sana." Ucapan itu mengakiri percakapan pagi ini dan dibalas dengan senyuman manis milik Arendo.
Pagi ini Arendo berangkat naik mobil diantar Papanya, tadi Arendo sempat menolak. Namun Papa tetap memaksa karena masih gerimis. Melewati koridor kelas, tak hentinya Arendo mendapat sorotan mata dan bisik-bisik dari para siswa. Mereka yang mengagumi penampilan Arendo, mungkin karena dia menggunakan Trench Coat jadi terlihat semakin maskulin.
Sesampainya di kelas dia sambut oleh ketiga sahabatnya.
"Wiii, style lo keren Ren!" puji Veda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deportes✓
Roman pour AdolescentsBersekolah di sekolahan bertaraf internasional, dengan disandingkan oleh siswa-siswi intelektual. Membuat Arendo semakin dewasa dan mengubah persepsinya. Arendo menyadari bakat para temannya dalam bidang olahraga. Berbagai kejuaran telah...