Motor Arendo telah sampai di rumah Veda, yang letaknya tidak jauh dari rumah Zidan. Mungkin hanya berjarak 400 meter. Rumah yang bisa dikatakan mewah namun tetap saja lebih mewah rumah Zidan. Desain eksterior terlihat sederhana dengan didominasi warna tortilla, ada mobil yaris merah yang terparkir di garasi. Veda sudah diperbolehkan Papanya mengendarai mobil, tapi karena umur Veda belum mencukupi jadi dia enggan menggunakan mobil itu.
Kalya turun dari boncengan, dia mengeluarkan book note pink dari dalam tasnya dan menyilang nama Zidan dari kandidat penerima beasiswa. Arendo melepaskan helm yang dia pakai, melirik ke Kalya sekilas.
"Sebenarnya kalau untuk Justin, Veda, sama Angkasa gue udah tahu keadaan keluarga mereka. Gue udah bareng Angkasa sejak SD, dan Justin sama Veda sejak SMP. Gue udah hapal mereka bertiga, tiga-tiganya mampu semua, cuman yang paling tajir ya Veda. Kenapa harus datengin juga?" Arendo bertanya, dia sudah tahu tentang 3 sahabatnya itu, kenapa harus survei ke rumah mereka, jika Arendo sendiri sudah tahu.
"Udah nggapapa kali, siapa tahu ada perubahan lagi yang belum lo tahu." Kalya memasukkan book note tadi ke tas miliknya kembali.
"Mereka sahabat deket gue, kalau ada masalah atau sesuatu pasti mereka cerita ke gue." Arendo berucap sambil melirik Kalya yang sedang bercermin di kaca spion motor.
Kalya berbalik dengan rambut yang lebih rapi daripada tadi, "Tetep aja, kita harus memastikan." Kalya berjalan duluan diikuti Arendo di belakangnya.
Terlihat Veda sedang duduk di kursi yang depannya terdapat meja bundar kecil dengan memegang ponsel silvernya itu. Di meja itu terdapat satu setoples keripik dan sirup jeruk. Veda senyum-senyum sendiri saat melihat layar ponsel itu bahkan tidak menyadari bahwa ada orang di dekatnya. Kalya duduk di kursi dekat Veda, sedangkan Arendo masih berdiri. Kalya meraih setoples itu dan memangkunya, dia malah memakan keripik itu. Suara renyah benda itu saat terkunyah di mulut Kalya tak bisa mengalihkan perhatian Veda, dia masih belum menyadari keberdaan Kalya dan Arendo.
Tangan Veda terulur ke meja itu mengambil keripik, saat diraba dia merasa kursinya datar. Padahal tadi penuh dengan makanan dan minuman, karena penasaran dia mendongakkan kepala. Dia mengerutkan dahi saat mendapati gadis itu tengah duduk memangku stoples dengan mata yang terfokus pada Dream Cather yang tergantung di teras.
Kalya menoleh ke arah Veda, dia kira Veda akan terlonjak kaget. Namun dilihatnya cowok itu justru kebingungan seperti anak SD yang diajari perkalian matriks.
Veda menatap Kalya berulang kali, dia mengucek-ucek mata besarnya itu. "Apa karena kebanyakan natap layar hp, mata gue jadi suka error gini ya." Veda bergumam dengan tampang polos.
Kalya mengernyit, dia pun sadar apa arti ucapan Veda. " Gue asli tau, lo kira gue efek khayalan lo apa." Kalya melengos, "tuh liat." Gadis itu mengarahkan kepala Veda ke Arendo yang tengah berdiri sambil memainkan rubik.
Refleks Veda terlonjak kaget, "Eh kalian sejak kapan di sini." Celetuknya.
"Elo keasyikan main hp, sampai ngga nyadar kalau kita berdua dateng ke sini." Jawab Arendo, meski mata dan tangannya masih fokus bermain rubik.
Veda menoleh kembali ke arah Kalya yang memakan keripik, "ngapain lo senyam-senyum sendiri, kesambet lo."
Kalya menoleh dia tersenyum pada Veda, lalu tangan tangan mungil gadis itu menunjuk benda yang digantung itu. "Dream Cathernya bagus, tapi kok digantungin di teras. Kenapa ngga di kamar lo aja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Deportes✓
Teen FictionBersekolah di sekolahan bertaraf internasional, dengan disandingkan oleh siswa-siswi intelektual. Membuat Arendo semakin dewasa dan mengubah persepsinya. Arendo menyadari bakat para temannya dalam bidang olahraga. Berbagai kejuaran telah...