Akhirnya para siswa dapat bernapas lega hari ini, karena hari jum'at ini adalah hari terakhir UAS. Hanya menunggu hari untuk pembagian rapot semester satu kelas 11. Perasaan cemas tentu menghiasi pikiran mereka, namun dialihkan untuk kegiatan lain. Apalagi liburan semester akan segera tiba.
Setelah pulang dari sekolah Arendo berkunjung ke rumah Kalya untuk mengambil buku-buku yang ia pinjamkan untuk Kalya belajar. Entah semua pergi kemana, rumah Kalya hari ini terasa sepi. kalya membuka rumahnya dengan kunci cadangan yang ia bawa.
Arendo mengekorinya dari belakang.
"Masuk ke kamar gue nggapapa kok." Ucapnya saat ia sudah berada di kamar, Arendo masuk ke kamar Kalya.
Kesan pertama saat melihat isi kamar gadis itu, menurutnya biasa saja. Namun yang membuatnya berdecak kagum adalah meja belajar Kalya. Di samping meja belajar terdapat rak buku yang ia duga isinya novel semua di bagian atas. Dinding depan meja belajarnya penuh dengan sticky notes warna-warni. Arendo dapat membaca dengan jelas universitas, fakultas, dan universitas yang Kalya dambakan.
Arendo merasa kaget, kala ia melihat banyak buku pelajaran di rak bagian bawah. Bukan buku pelajaran IPA, tetapi isinya buku pelajaran IPS. Mulai dari sosiologi, ekonomi, sejarah, hingga geografi. Buku dari penerbitan ternama itu Arendo duga harganya sangat mahal.
"Kalya lo mau lintas jurusan?" Itu adalah pertanyaan sekaligus kesimpulan dari apa yang dia lihat.
"Iya, gue mau lintas jurusan." Jawab Kalya dengan santai. Arendo teringat saat dulu survei bersama Kalya lalu pulang mampir ke toko buku. Kalya membeli buku geografi, jadi benar bahwa dia serius belajar materi itu.
"Kenapa?" Arendo berdiri di dekat rak buku, matanya mengamati Kalya yang duduk di pinggir ranjang.
"Dulu gue itu sebenarnya mau daftar kelas IPS, tapi Papa pengen gue masuk kelas IPA. Papa pengen gue lulus kuliah jurusan teknik seperti Papa dulu." Wajah Kalya berubah pias. "Gue suka pelajaran sejarah, gue suka materi zaman praaksara. Jadi gue pengan kuliah jurusan arkeologi, tapi Papa pasti ngga mau kasih izin. Papa udah terlanjur berharap ke gue untuk masuk jurusan teknik, setelah kak Rika lulus jurusan pendidikan fisika."
Cowok itu mengambil salah satu buku koleksi Kalya. "Bahkan gue ngga pernah nyangka, kalau lo yang kelihatannya acuh dalam pelajaran, bener-bener serius untuk belajar soshum. Hebat, udah sejauh ini loh, gue aja belum kepikiran mau kuliah dimana?" Arendo terkekeh.
"Selama pelajaran di kelas kadang gue ngerasa tertekan juga terbebani, hal itu lah yang buat gue bangkit dan makin semangat buat belajar soshum, gue rasa itu lebih asyik."
Menghela napas. "Cuman itu Papa ngga bakal ngebolehin."
"Udah coba lo bujuk?"
"Terakhir kali itu pas tes penjuruan kelas, beliau kayak udah keukeuh untuk gue masuk kelas MIPA. Setelah itu gue ngga berani lagi bahas soal lintas jurusan."
"Mungkin terkesan egois Papa lo. Tapi perlu lo ingat, orang tua ngga bakal ngejerumusin anaknya."
Kalya setuju, mungkin ini adalah saatnya mengikhlaskan bahwa dia anak IPA yang harus belajar saintek bukan soshum. Dia harus bisa masuk fakultas teknik dan membanggakan Papanya.
Arendo keluar dari kamar, Kalya juga mengikutinya dari belakang.
"Felix." Ucap Kalya begitu melihat sahabatnya itu duduk di sofa bersama Irha, Kalya bahkan tidak mendengar pintu rumah dibuka oleh seseorang. Tiba-tiba mereka berdua sudah ada di situ. Felix dan Irha sedang asyik membicarakan sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deportes✓
Teen FictionBersekolah di sekolahan bertaraf internasional, dengan disandingkan oleh siswa-siswi intelektual. Membuat Arendo semakin dewasa dan mengubah persepsinya. Arendo menyadari bakat para temannya dalam bidang olahraga. Berbagai kejuaran telah...