25 • Resta

109 5 0
                                    

                Resta duduk termangu di sebuah kafe Italia yang berada di kota Bandung ini. Kafe ini sangat luas, jadi walau pelanggan banyak tidak terasa bising atau sumpek, karena jaraknya berjauhan. Dinding kaca pada kafe ini menjadikan akses bagi para pengunjung untuk melihat suasana luar. Di bagian luar ada taman, biasanya taman ini akan ramai jika malam hari ditambah kemerlap lampu yang berwarna-warni. Lalu pada bagian interior kafe ini didesain klasik khas anak muda. Berbagai tamanan hias menghiasi ruangan ini.

Gadis itu memperhatikan capuccino yang ia pesan tadi, belum dia minum sama sekali, mungkin sudah dingin. Tangannya terulur untuk mengambil cangkir itu dan meneguknya. Sesekali melirik ponselnya yang tidak ada notifikasi sama sekali.

Resta mendengus. "Ternyata nunggu itu ngga enak ya, Kasian Arendo, gue sering buat dia nunggu." Gumamnya.

Pintu kafe terbuka menampilkan seorang cowok berkemeja biru muda yang lengannya dilipat ke siku. Cowok itu tersenyum ke arah Resta, lalu menghampirinya. "Udah lama nunggu?" sambil menyungingkan senyum.

"Lumayan sih, dari mana aja kamu?"

"Itu adiknya Mama lahiran, tante Mila punya anak lagi cewek."

Resta terlihat excited . "Wow sepupu baru dong Yon, aku pengen liat." Gadis itu anak tunggal, sebenarnya dia mengharapkan kahadiran seorang adik, namun tidak bisa.

"Besok aku ajak jenguk ke rumah sakit deh." Lalu melihat di depannya yang sudah ada secangkir capuccino. "Ini kamu yang mesen? Aku minum ya."

Resta mengangguk, "Iya itu buat kamu." Leon langsung meneguk capuccino ini, meski sudah dingin.

Leon meletakkan kembali cangkir itu ke meja."Gimana? Kamu tadi udah ngomong sama Arendo?" dia langsung ke topik pembicaraan.

Resta diam, lalu menggeleng. "Belum Yon."

"Kenapa belum?"

Resta mendongak, menatap wajah cowok di depannya itu. "Susah Yon, berat ngomong kenyataannya. Aku takut nyakitin Arendo."

Leon menghela napas panjang, menegakkan tubuhnya lalu menatap lekat-lekat wajah Resta. "Kalau kamu kayak gini terus, itu malah buat Arendo semakin sakit. Kamu tahu? Arendo sama temen-temennya lagi sibuk buat peresmian organisasi baru mereka. Mungkin Arendo sekarang ngga mikirin kamu, dan ngira kalau kamu baik-baik saja. Jadi mau sampai kapan kamu diem kayak gini Res? Atau perlu aku yang ngomong ke dia?"

"Jangan, itu makin memperumit masalah."

Leon masih menatap Resta lekat-lekat."Sekarang kamu pikir lagi, waktu dan suasana yang tepat buat ngomong semuanya ke Arendo."

Bibir Resta hanya bisa diam, bingung dengan apa yang akan ia lakukan. Kepalanya menoleh, memperhatikan pemandangan luar kafe ini.

"Resta."

"Yah?"

Tangan Leon mengetikkan pesan di ponselnya, lalu matanya beralih ke gadis di depannya. "Tante Mila ngabarin, aku disuruh buat jemput Om Raka di bandara. Kamu pulang sendiri gapapa kan?"

Resta mengangguk meski hatinya kecewa. "Aku nggapapa."

Leon mengusap kepala Resta."Ya udah, kamu-kamu hati-hati pulangnya. Love you sweetheart."

"Love you too Leonel."

Leon meninggalkan Resta yang masih duduk di kursi kafe ini. Dari tempat duduk ini gadis itu memperhatikan Leon yang baru saja keluar dari kafe. Setelah Leon pergi, Resta masih saja memperhatikan pintu kafe sudah tetutup, tatapannya penuh harapan.

Deportes✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang