23 • Nginep

88 6 0
                                    

                "Gimana Kal, barang-barang yang dibutuhin udah lo bawa semua." Arendo berucap, matanya memperhatikan Kalya yang tengah berdiri dengan menggendong tas merah marunnya, namun kali ini tasnya lebih berisi.

"Udah semua kok Ren, kita langsung balik ke rumah lo apa mau main di sini sebentar?" Arendo yang masih duduk di sofa itu tampak berpikir sejenak.

"Ngga usah aja deh Kal, nanti Mama nyariin." Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 7. Kasihan Mirna di rumah sendirian karena Ilham sedang pergi keluar kota.

Mereka berjalan keluar rumah Kalya. "Bentar gue kunci dulu." Kalya mengunci pintu rumahnya sementara Arendo menunggu di belakang Kalya.

"Udah. Ayok."

Arendo dan Kalya hanya berjalan kaki, alasannya mungkin kalian sudah tahu bahwa rumah mereka berdua berdekatan. Kebetulan malam hari ini udara terasa dingin, angin malam yang semilir menerpa wajah mereka berdua.

Kalya hanya memakai kaos putih lengan pendek, dengan rok bermotif kotak-kotak selutut namun dia juga memakai koas kaki panjang. Rambut Kalya ia kuncir kuda, semilir angin yang dingin sepertinya tidak jadi masalah untuk gadis itu.

Arendo memasukkan tangannya pada saku jaket berwarna hitam itu, jaket yang ia dapatkan saat mengikuti POPDA 2016 yang lalu. Pada bagian punggung jaket itu tertulis jelas cabang olahraga yang Arendo ikuti.

Cowok itu melirik Kalya sekilas, melihat pakaian gadis itu, dia menggeleng membayangkan betapa dinginnya. "Rambut lo mending digerai."

Kalya yang awalnya fokus pada jalanan kini menoleh ke Arendo. Wajah Kalya terpaku saat berbalik dan mendapati wajah Arendo tepat berada di depannya. Arendo tampan sekali, tubuhnya yang tinggi khas atletis remaja 16 tahun dengan jaket olahraga yang melekat di tubuhnya. Terlebih Kalya merasa bahwa wajah Arendo malam ini terlihat lebih glowing.

"Halo Kalyala!" Arendo mengibas-ibaskan tangannya di depan wajah Kalya.

"Ah,, apa Ren?" Kalya terlihat kaget dan salah tingkah.

"Kenapa malah bengong. Jangan bengong Kal, malem-malem kayak gini lagi. Gue ngga mau lo kesambet."

"Gue ngga bengong." Celetuk Kalya.

"Oh ya? Coba ulangi gue tadi ngomong sama lo apa?" Arendo malah mengucapkan kata itu seolah dia menantang.

"Jangan bengong, gitu kan?"

"Bukan yang itu tapi yang sebelum itu." Arendo menukas.

Dasar Arendo, dengan seperti ini malah semakin membuat Kalya deg-degan. Kalya rasa ini sudah seperti adegan dalam film-film ketika si cowok mengungkapkan perasaannya lalu si cewek pura-pura tidak mendengar, dan si cowok mengulanginya lagi.

"Halo Kalyala, gitu kan Ren?" tanya Kalya dengan gugup.

Arendo menjitak kepala Kalya. "Heuh dasar, tukang bengong. Gue tadi bilang, rambut lo mending digerai aja, biar anget, ini udara dingin banget loh."

Sebenarnya Kalya lebih suka menguncir rambutnya tapi karena itu ucapan Arendo, Kalya menurut saja. Dia melepaskan ikat rambut yang melilit pada rambutnya, lalu membiarkan rambut panjang itu tergerai menutup lehernya, sesekali rambut itu berterbangan karena semilir angin malam. Arendo memperhatikan penampilan Kalya lalu menyunggingkan senyum.

Cowok itu merogoh saku jaketnya lalu mengeluarkan benda kecil berwarna merah muda. "Buat lo."

Sebuah jepit rambut sederhana berwarna merah muda dengan aksen pita. "Kenapa cuman dilihatin dong? Minta dipakein?"

Deportes✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang