Lima hari telah berlalu sejak UTS dimulai. Hingga hari ini UTS telah selesai, akhirnya para siswa dapat bernapas lega, pening di kepala pun akan segera lenyap digantikan sejuknya udara liburan. Meski sebentar lagi salah satu guru akan mengumumkan bahwa ada remedial untuk siswa yang nilainya kurang memenuhi, namun itu tidak masalah. Karena pada dasarnya soal remedial lebih mudah dari soal tes asli.
Setelah tes berakhir para siswa keluar dari ruangan masing-masing untuk sekadar membaca buku di perpustakaan, mencari koneksi wifi di lobi, atau mungkin pulang ke rumah untuk mengistirahatkan pikiran yang lelah. Sedangkan para guru disibukkan dengan mengkoreksi jawaban siswa.
Semua hal tersebut tidak berlaku bagi seorang Harlan Arendo Winarka dan kawannya. Kali ini mereka disibukkan dengan rencana peresmian Deportes. Seperti saat ini Arendo berdiri menunggu di pendapa masjid bersama 3 sahabatnya, Mauren, Rana, Dimas, dan anggota ekskul olahraga lainnya. Mereka berkumpul di sini sebelum akhirnya pergi ke rumah Arendo untuk rapat.
"Kurang siapa lagi nih?" tanya Justin sambil melirik jam hitam di pergelangan tangannya.
"Bentar ini tadi, Ronald nge-chat gue katanya suruh nunggu sebentar." Jawab Arendo sembari membaca aplikasi obrolan di ponselnya.
"Ngga tau jam ya mereka, udah tahu janjiannya jam satu siap berangkat ke rumah Arendo, tapi mana? Ini udah jam satu lebih sepuluh menit." Justin berdumel, dengan raut muka yang terlihat sangat kesal. Kalian pasti juga paham, jika menunggu adalah hal yang tidak mengenakkan.
Sementara Veda sedang cekikian bersama Mauren, memainkan game Line Get Rich.
"Tau lah menunggu itu ngga enak." Angkasa ikut menyahut.
"Menunggu sesuatu yang tidak pasti itu hanya akan membuang waktu." Balas Justin.
Mauren mendongakkan kepalanya, menatap yang lain."Tidak ada kata 'menunggu' jika ada pepatah 'sambil menyelam minum air'. Jadi sambil menunggu melakukan hal lain yang bermanfaat." Mauren bisa berkata seperti itu, karena dirinya sedang bersama Veda, jadi menunggu pun tak berasa.
Veda tersenyum menegejek, "daripada lo memelas kayak gitu, mending lo buka hp lo. Main apa kek gitu."
Ucapan itu diabaikan Justin, cowok itu justru menoleh ke Arendo. "Pinjem rubik lo dong Ren."
Wajah Arendo masih fokus pada benda kubus itu, "bentar dikit lagi nih." Dan dalam beberapa detik setelahnya warna dalam rubik itu sudah tersusun rapi. Kemampuan Arendo yang membuat orang lain menganga."Nih." Arendo memberikan rubik yang sudah rapi itu pada Justin.
"Hai guys, pada mau kemana nih?" seorang gadis berponi dengan rambut yang diikat itu bertanya sambil tangannya yang memegangi tali tas merahnya itu.
Refleks semua menoleh. "Yang jelas ke tempat yang berfaedah, lebih berfaedah daripada alasannya lo buat bolos Pramuka." Celetuk Justin masih dengan tampang malas.
Kalya mencebikan bibirnya. "Gue nanya baik-baik, jawabnya malah kayak gitu. Untung Kalya sabar." Ucap gadis itu sambil mengelus dada.
"Mau ke rumah gue Kal, buat rapat." Sambar Arendo.
Kalya sumringah, "rapat organisasi baru itu kan? Deportes? Gue boleh berpartisipasi ngga? Gue ikut rapat ya." Kalya memohon.
Tentu dengan senang hati Arendo memperbolehkan. "Bol,,,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Deportes✓
Teen FictionBersekolah di sekolahan bertaraf internasional, dengan disandingkan oleh siswa-siswi intelektual. Membuat Arendo semakin dewasa dan mengubah persepsinya. Arendo menyadari bakat para temannya dalam bidang olahraga. Berbagai kejuaran telah...