Weekend ini Kalya tidak pergi kemana-mana ataupun liburan. Semua tidak lain karena ulah Rika dan Dina yang mengurungnya di rumah untuk membantu membuat klepon. Karena nanti sore Papa akan pulang. Terlebih keluarga Kalya sangat menyukai jajanan pasar seperti; klepon, nagasari, kue cubit, bakpia. Pilihan mereka jatuh pada klepon karena dirasa klepon paling mudah dibuat.
Kalya sebenarnya bisa menolak dan mending mengurung di kamar movie marathon Sherlock Holmes yang belum terselesaikan. Namun bagaimana bisa dia kusyuk nonton film apabila Mama dan kakaknya itu terus berisik memanggil namanya. Setengah jam tadi baru saja Kalya dari rumah Oma Nia, karena disuruh Rika untuk meminta daun pandan miliknya. Parahnya dia disuruh motong sendiri—mengingat umur Oma jauh lebih tua darinya jadi tidak sopan jika Kalya menyuruh Oma memotongnya. Jika memotong daun pandan itu semudah memetik daun cabai itu tidak masalah bagi Kalya. Lah ini daunya keras banget, mungkin Rika sudah tahu jika daun pandan susah dipotong. Maka dari itu Rika membekali Kalya dengan pisau, Kalya tidak hentinya mendapati anak kecil sekitar komplek perumah yang mentertawakannya namun aja juga yang menangis. Melihat Kalya yang berjalan sendiri dengan membawa pisau, mirip seperti seorang penjahat anak kecil.
Kalya bernapas lega setelah berhasil mendapatkan daun pandan lalu kembali ke kamarnya dan memencet kembali apikasi video player-nya. Namun sayangnya itu tak berjalan lama.
"Kalya!!" teriak Rika dari dapur bahkan sampai tetangga sebelah pun mungkin terdengar, mengingat Kalya mulut toa yang tak jauh beda dengan kakaknya.
"Apa kak." Teriak balik Kalya yang tidak beranjak dari kasurnya.
"Buruan sini!"
"Nanggung kak, ini lima menit lagi selesai kok!"
"Kalya dipanggi itu dateng, jangan cuman balas omongan saja." Kali ini Dina yang berucap, Kalya tidak bisa membantah Mamanya itu.
"Iya Ma." Gadis itu memencet tombol spasi gambar bergerak di layar laptop berhenti. Lantas Kalya beranjak dari kamarnya menuju dapur.
Di sana terlihat Dina yang menyiapkan piring dan Rika sedang mencuci kelapa yang sudah dikupas kulitnya.
"Nih parut kelapanya." Rika memberikan pada Kalya kelapa yang sudah berada baskom berwarna biru, dengan parutan kelapa yang berada di tangan kirinya.
Kalya menerimanya dengan kedua tangan, dia meletakkan baskon di meja bundar lonjong yang ada di dapur dan mulai memaRutnya sambil berdiri. Sebenarnya ada kursi di dekat meja itu, tapi bagi Kalya memarut lebih enak sambil berdiri. Kalya memarutnya dengan cepat, hingga jarinya sedikit terkena taring-taring kecil yang tajam pada parutan itu. Tidak terlalu luka juga tidak terlalu sakit. Dia tetap melanjutkan pekerjaannya.
"Ma Papa pulang jam berapa?" Papa Kalya adalah orang Jogja asli, beliau sekarang berada di Jogja untuk mengadakan reunian dengan teman SMAnya dulu. Awalnya Papa mengajak Mamanya namun beliau menolak karena masih ada urusan pekerjaannya.
"Ngapain tanya? mau jemput?" celetuk Rika.
"Ih kakak sinis banget sih, lagi PMS? Aku cuman tanya aja."
"Jam empat sore Kalya." Dina yang menjawab.
"AWWWH." Kalya memekik saat jari manisnya itu terkena parutan namun ini lebih berluka daripada yang tadi. Buru-buru dia meletakkan parutan dan kelapa yang sudah hampir habis lalu mencuci tangannya di wastafel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deportes✓
Teen FictionBersekolah di sekolahan bertaraf internasional, dengan disandingkan oleh siswa-siswi intelektual. Membuat Arendo semakin dewasa dan mengubah persepsinya. Arendo menyadari bakat para temannya dalam bidang olahraga. Berbagai kejuaran telah...