Kurang lebih 1 jam terlewatkan, Kalya berada di mal ini bersama Discha. Dugaan awalnya benar, bahwa ke mal tidak untuk jalan-jalan melainkan untuk berbelanja. Sedari tadi barang yang dibeli Discha hanya sepasang sepatu dan tas sekolah. Hanya 2 barang itu, namun waktu untuk memilih itu yang bisa dibilang lama sekali.
Kalya sebenarnya juga risih memakai pakain yang bukan style dia dalam keseharian. Ditambah saat lemparan pandangan dari orang-orang di sekitarnya, apa pakaian yang dia gunakan ini terlalu berlebihan. Namun sepertinya tidak juga.
Kalya menghela napas panjang. "Dis lo mau beli apa lagi sih, gue risih tau disini terus." Keluhnya.
"Hm kayaknya udahan aja deh." Mata Kalya berbinar, "sekarang kita cari tempat makan gue traktir lo deh." Kata yang dilontarkan Discha semakin membuatnya berbinar.
"Ayo." Seru Kalya.
Mereka berdua berjalan menuju tempat makan yang Discha pilih. Suasana terlihat ramai tak jarang dari mereka yang berada di resto ini adalah para remaja. Dua gadis itu kebingungan mencari tempat duduk.
Discha berdecak. "Kemana ya Kal." Lalu pandangannya jatuh pada meja berkursi enam yang baru diduduki 4 cowok yang tak asing baginya. "Kita bareng mereka aja yuk Kal."
Baru hendak menoleh tangan Kalya sudah ditarik oleh Discha untuk duduk ke tempat yang dia tuju. "Arendo, Angkasa, Veda, Justin kita gabung kalian ya."
Mereka berempat yang sedang asyik makan itu pun tertoleh saat dipanggil. Mereka ternganga saat melihat gadis berponi yang tak asing bagi mereka. Namun kali ini penampilannya terlihat asing.
"Ngapain lo kesini pakai baju kayak gitu, itu lagi bibir lo kenapa habis makan gorengan?" celetuk Justin, membuat Kalya mendengus kesal.
"Lo jadi cowok sewot banget sih, terserah gue dong mau pakai pakaian kayak gimana pun juga toh ini gue beli bukan pakai duit lo." Sembur Kalya.
"Tumben banget Kal lo pakai rok." Ucap Veda Angkasa sambil memperhatikan penampilan Kalya.
"Aduh Veda lo tuh pura-pura bego atau beneran bego sih. Tiap hari gue ke sekolah kalau ngga pakai rok, pakai apa coba? Huh."
"Ehehe iya juga yaa." Veda menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal.
"Pokoknya gue ngga mau duduk bareng kalian berdua." Serkah Justin.
"Kok lo antagonis banget sih jadi cowok, seharusnya lo tuh peduli lihat cewek cantik kayak kita ini berdiri ngga dapet tempat duduk." Discha menimpali.
"Biarin aja deh Jus, ini kursi juga nganggur 2." Ucap Arendo lalu menepuk-nepuk kursi disampingnya mempersilahkan mereka untuk duduk.
"Ya tapi ngga suka kalau mereka berdua ini berisik. Gue tuh alergi suara berisik cewek apalagi yang koar-koar kayak nih cewek kantoran." Sarkas Justin pada Kalya.
"Justin lo tuh bisa ngga sih ngga bikin gue emosi." Kalya berkacak pinggang, lalu berucap. "Atau jangan-jangan gue curiga deh, lo tuh sebenarnya suka kan sama gue. Terus lo nyoba cari-cari perhatian dengan ngajakin gue ribut kayak gini."
Justin menyipitkan matanya, lalu tersenyum getir "What! Gue suka sama lo." Ucapnya dengan nada meremehkan, lalu tertawa "Ahahaha simpan baik-baik deh harapan lo. Karena itu semua hanyalah mimpi, just a dream."
KAMU SEDANG MEMBACA
Deportes✓
Teen FictionBersekolah di sekolahan bertaraf internasional, dengan disandingkan oleh siswa-siswi intelektual. Membuat Arendo semakin dewasa dan mengubah persepsinya. Arendo menyadari bakat para temannya dalam bidang olahraga. Berbagai kejuaran telah...