17

1.1K 38 0
                                    

Di pagi hari ini, Rey melakukan aktivitasnya di rumah karena ia tidak sekolah. Untung saja Mika ikut tidak bersekolah dan menginap dirumah Rey. Sedangkan Daffa sudah berangkat sekolah diantarkan pak supir. Mika dan Rey memilih untuk berenang.

"Hari ini Salsa sama Devva juga gak sekolah tau." Ucap Mika saat menepi di pinggir kolam.

"Terus?" Tanya Rey membasuh mukanya lalu duduk ditepi kolam.

"Mereka gabut katanya. Terus gue suruh dateng kerumah lo." Ucap Mika enteng. Mata Rey terbelalak.

"Gila lo. Kalo ada Salsa, pasti ada si Devva. Lo kan tau kemaren gue ribut sama Zidan gara-gara nganterin Devva." Muka Rey memerah.

"Mereka udah otw. Nanti kalo mereka udah sampe, lo usir aja si Devva." Ledek Mika.

"Bego, ga tega lah gue. Lain kalo ngomong dulu sama gue." Ucap Rey memukul kepala Mika.

"Lah ini kan gue lagi ngomong." Bantah Mika.

"Ngomongnya telat lo."

"Assalamualaikum" teriak seseorang dibalik pintu dibarengi dengan suara bel.

"Masuk aja." Teriak Rey.

Pintu terbuka, terlihat dua orang cewek. Gak salah lagi, itu pasti Salsa dan Devva. Rey beranjak dari kolam. Salsa dan Devva menghampiri Rey dan Mika. Wajah Devva masih sama, terlihat murung. Bahkan lebih daripada kemarin.

"Udah pada sarapan?." Tanya Rey kepada Salsa dan Devva.

"Belum nih" jawab Salsa.

"Yaudah ayo sarapan dulu." Ajak Rey lalu pergi menuju dapur. Devva fokus memperhatikan keadaan rumah Rey.

"Ayo, kita duduk disitu." Mika menunjuk kursi di dekat kolam renang.

Bi Minah menyiapkan makan untuk mereka berempat.
"Kalo kita sekolah, kita lagi makan di kantin nih." Ucap Mika sambil mengunyah makanannya.

Telpon Rey berdering, tertulis nama Baila. Rey mengangkatnya.
"Halo, Rey" Ucap Baila.

"Iya Bai." Ucap Rey. Mika yang mendengar Rey menyebutkan nama Bai langsung tertawa karena ia tahu yang dimaksudnya itu adalah Baila.

"Lo bolos ya." Tanya Baila dengan suara lemah lembut.

"Gak. Kan gue dapet hukuman."

"Oh iya. Gimana sama luka lo?."

"Udah mendingan kok."

"Hmm Rey, balik sekolah gue boleh main kerumah lo gak?" Tanya Baila, Rey masih terdiam. "Ada yang pengen gue omongin." Lanjut Baila.

"Lo mau kerumah gue apa mau ketemu gue?." Tanya Rey lalu tertawa. Mika tersedak mendengar percakapan Rey. Salsa tertawa, sedangkan Devva tidak memakan sarapannya. Devva melamun dan bertopang dagu.

"Gue mau kerumah lo karena mau ketemu lo, gitu."

"Jangan kerumah gue. Kita ketemuan aja. Lo naek apaan kerumah gue nya coba? Taksi?." Tanya Rey meledek Baila.

"Ck, udah gak zaman naik taksi. Kan taksinya udah terhalang sama lo."

"Hahh? Maksudnya?" Tanya Rey bingung.

"Ketemuan di cafe kesukaan gue aja. Lo tau kan? Nanti gue kabarin lagi." Jelas Baila.

"Okee."

Telpon berakhir. Mika tertawa terbahak-bahak. Salsa menepuk pundak Devva agar lanjut makan. Devva membalasnya dengan tersenyum. Rey melihat sekali perbedaan sikap Devva.
Rey menceritakan kepada Mika jika Baila mengajaknya bertemu. Rey juga tidak tahu apa tujuan Baila.

"Baru semalam dicengin, eh beneran ternyata." Tawa Salsa meledak.

"Ah? Maksudnya?" Tanya Rey polos.

"Lo lagi pdkt kan sama si Baila? Gapapa Rey. Baila itu sahabat gue. Dia baik kok. Iya gak Dev?." Ucap Salsa lalu menyenggol pundak Devva. Rey dan Mika hanya tertawa. Devva masih diam seribu bahasa.

"Sal, gue mau balik." Ucap Devva membuat Rey diam. Semenjak kejadiannya dengan Baila, sikap Devva berbeda dengan Rey.

"Lah kenapa? Kita kan baru dateng." Tanya Salsa.

"Gapapa. Gue capek. Mau tidur." Ucapnya lalu merapihkan rambutnya.

"Oke."

Karena Mika membawa motor, Rey meminjamkan mobilnya kepada Mika untuk mengantarkan Devva pulang.

🕳🕳🕳🕳

Sampai di cafe, Rey mencari sosok Baila. Tepat berada dipojok sebelah jendela, terlihat Baila sedang duduk dan bertopang dagu. Rey menghampirinya.
"Bai." Ucap Rey memberikan senyuman khasnya. "Sorry ya telat." Lanjutnya lalu duduk didepan Baila.

"Hm, gak kok. Gue juga baru dateng." Ucap Baila membalas senyuman Rey.

Rey yang terlihat berbeda, ia terlihat lebih tampan dari sebelumnya. Dengan kemeja hitam yang dipakainya.
"Oh iya, sebenernya ada apa? Gue penasaran hahaha." Ucapnya lalu tertawa.

"Hmm, gimana yaa. Gue juga bingung sih mau ngomongnya gimana." Ucap Baila terbata-bata. "Kita pesan minum aja dulu ya." Ucap Baila, dibalas dengan anggukan kepala Rey.

Selama menunggu pesanan, tidak ada percakapan apapun diantara mereka. Rey yang sibuk memainkan hpnya. Sedangkan Baila memandang keluar jendela.
Terdengar nada dering dari hp Rey, tetapi Rey menolak panggilan itu berkali kali. Baila melihat Rey dengan bertopang dagu yang terkesan santai saat menolak panggilan di hpnya. Lalu Baila tersenyum, "siapa Rey?." Tanya Baila membuat Rey terkejut.

"Mm, bukan siapa-siapa kok." Ucapnya sambil mengangkat bahu. Pesanan mereka datang, Rey langsung menenggak minumannya karena haus.

"Jadi gini Rey." Baila buka suara. Lalu ia menghela napasnya.

"Iyaa kenapa hahaha? Kok tegang gitu sih? Relax. Iya gue tau lo tegang soalnya mau ngomong sama cogan hehehe." Ledek Rey yang membuat Baila tertawa dan mengacak rambut Rey.

"Lo inget kan, gue pernah minta lo buat jauhin gue. Gue tarik permintaan gue." Ucap Baila dengan wajah yang serius. Rey tertawa terbahak-bahak melihat wajah Baila. "Ihh kok lo ketawa sih?" Tanya Baila.

"Karena gue bingung mau ngomong apa. Gue juga gak paham sama yang lo omongin." Jelas Rey lalu tertawa. "Yaudah jelasin lagi." Ucap Rey dengan bertopang dagu fokus dengan Baila.

"Lo inget kan, gue pernah minta lo buat jauhin gue." Ucapannya terhenti karena malu dengan tatapan Rey yang begitu tajam.

"Kok diem?." Tanya Rey dengan wajah datar.

"Gue tarik permintaan gue. Gue pengen kita kaya kemaren lagi. Yang jelas gak kaya gini." Ucap Baila lalu menghela napas.

"Emang lo gak takut kalo digosipin pacaran sama gue?" Tanya Rey lalu tertawa.

"Gak" Baila melipat tangan dikedua dadanya.

"Oke." Ucap Rey membenarkan posisi duduknya.

"Oke apa?" Tanya Baila.

"Yaa oke, kita bakal berteman lagi kaya waktu itu. Gak kaku kaya kemaren. Lo kalo ada masalah, cerita aja ya sama gue." Ucap Rey tersenyum tipis.

Lalu Rey mengantarkan Baila pulang kerumahnya. Saat keluar dari cafe, terlihat Zidan dan Devva keluar dari mobil. Devva dengan kepala menunduk sedangkan Zidan menatap Rey dengan tajam. Rey hanya tertawa melihat kelakuan Zidan yang cenderung seperti anak kecil.

ReynandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang