Bel pulang berbunyi. Mika berpamitan kepada Rey untuk pulang duluan bersama Salsa. Rey berniat untuk mengantarkan Baila pulang karena sedari tadi Baila tidak mengucapkan sepatah kata dan membuat Rey khawatir. Saat Baila berjalan pulang, Rey mengikutinya dari belakang tanpa sepengetahuan Baila. Langkah Rey terhenti saat melihat Devva dan Baila ada di depan gerbang. Devva terlihat marah dan membicarakan sesuatu. Rey menguping obrolan mereka.
"Udah gue bilang berapa kali ke lo Bai. Jangan deketin Zidan. Lo kok sekarang jadi kegatelan?." Ucap Devva berteriak.
"Maksudnya apa Dev? Gue ga ngerti." Baila menanggapi santai.
"Lo ga ngerti apa pura-pura ga ngerti? Zidan cerita ke gue katanya lo coba deketin dia. Lo kan tau di pacar gue." Ucap Devva berteriak didepan wajah Baila.
"Itu fitnah Dev. Lo jangan percaya sama dia."
"Terus gue harus percaya sama siapa? Sama lo? Yang bener aja Bai. Dasar cewe gatel." Ujar Devva.
"Cukup Dev. Lo gatau apa yang sebenarnya terjadi. Bilangin ke cowo lo Dev, kurang-kurangin bikin dosanya." Baila yang enggan untuk bertengkar.
"Maksud lo apa?" Devva mendorong Baila.
"Gue bingung Dev sama lo, dulu kita sahabat. Dan sekarang? Kita jadi jauh. Cuma gara-gara lo dengerin omongan cowo lo yang bajingan." Ucap Baila.
Tanpa sadar, Rey menghampiri mereka, bahkan sekarang Rey tepat berada dibelakang Baila."Berani ya lo ngatain cowo gue." Ucap Devva lalu melayangkan tangannya ke pipi Baila. Rey menangkap tangan Devva dengan cepat. Baila terkejut dengan kehadiran Rey.
"Jaga sikap lo." Ucap Rey kepada Devva.
"Lo jangan ngebela dia. Ini urusan gue sama Baila. Lagipula lo anak baru kan? Tau apa sih?." Ucap Devva.
Rey kesal mendengar perkataan Devva. Tangan Devva masih digenggam tangan Rey lalu Rey meletakkan tangan Devva di pipinya.
"Sekarang lo tampar gue." Perintah Rey. Mendengar perintah Rey, Devva hanya mematung. Tidak melakukan apa-apa.
"Kenapa? Kok diem?." Tanya Rey. Devva tidak menjawab apa-apa. Rey melepaskan tangan Devva lalu menurunkan tangannya dari pipi Rey.
"Gue emang anak baru Dev. Gue gatau apa-apa. Dan gue baru tau, wajah seseorang tidak menggambarkan hati. Contoh kaya lo. Lo cantik tapi sayang lo gapunya hati yang cantik." Ucap Rey berbisik kepada Devva lalu menarik tangan Baila untuk pulang bersamanya. Rey tersadar ternyata Baila menangis. Kebetulan Rey membawa mobil, tanpa basa-basi ia membukakan pintu mobilnya untuk Baila. Saat diperjalanan hanya terdengar isak tangis Baila. Rey bingung harus berbuat apa.
"Bai."
"Iya."
"Udahan ya nangisnya."
"Rey. Boleh minta tolong ga?."
"Apa?."
"Tolong pinggirin sebentar mobilnya."
"Oke." Rey mengikuti perintah Baila.
"Gue." Ucapannya terputus.
"Lo kenapa Bai?." Tanya Rey penasaran.
"Makasih ya Rey. Maaf bikin lo jadi kena masalah karena bantu gue."
"Iya Bai, sama-sama. Yaila lo ngomong apaan sih? Santai aja kali."
"Gue minta sama lo, jauhin gue. Jangan berteman sama gue lagi."
"Kenapa? Karena gue ikut campur masalah lo? Apa gue punya salah sama lo?."
"Bukan gitu Rey. Gue gak mau aja lo kena masalah lagi gara-gara gue."
"Tapi Bai." Belum sempat Rey melanjutkan perkataannya, Baila memotongnya. "Rey, tolong. Ini keputusan gue."
"Yaudah. Tapi lo jangan nangis lagi ya." Ucap Rey mengiyakan.
Rey tersenyum kepada Baila.Sebenarnya Rey kecewa dengan permintaan Baila. Rey kembali menjalankan mobilnya.Setelah sampai dirumah Baila, Rey langsung berpamitan untuk pulang. Diperjalanan, Rey masih tidak mengerti kenapa Baila menyuruhnya untuk menjauh. Mau tidak mau Rey harus mengikuti karena itu keputusan Baila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reynand
RomanceReynand Alexi Adhyastha adalah siswa pindahan dari Amerika yang tampan dan bersikap peduli kepada siapapun. Sikap dinginnya datang saat kepercayaannya dihancurkan begitu saja. Ada satu cewek yang sangat menyebalkan baginya. Keadaan merubah segalany...