19

1.1K 37 1
                                    

Reynand berangkat sekolah tepat waktu. Seperti biasa, rambutnya yang acak-acakan karena memakai helm dan baju yang dikeluarkan. Saat ia berjalan di koridor, adik kelas itu kembali menyapanya. Rey membalasnya dengan tersenyum.
"Kak, lo kok cuek banget sih?." Tanyanya mengikuti langkah kaki Rey.

"Ahh, gak kok." Ucap Rey tersenyum kepadanya.

"Nama gue Andini kak. Salam kenal yaa." Ucapnya. Rey membalas dengan anggukan.

Langkah Rey terhenti saat melihat Devva menarik tangan Zidan, lebih tepatnya seperti memohon.
"Mm, Din, gue kesitu dulu ya." Ucap Rey meninggalkan Andini. Ia mendekati Devva dan Zidan. Koridor memang masih sepi karena banyak siswa yang belum datang.
"Zid, gue mohon jangan tinggalin gue." Ucap Devva masih menarik-narik tangan Zidan.

Ck, bego banget sih lo Dev, masih aja ngejar cowok kaya dia. Batin Rey.

Rey menghampiri mereka. Tanpa basa-basi, Rey menarik tangan Devva dan membawanya menjauh dari Zidan. Devva mengoceh selama berjalan, Rey tidak memperdulikan perkataan Devva. Rey membawa Devva ke taman belakang sekolah.
"Lo bego apa idiot sih? Cowok kaya dia kok masih lo kejar?." Ucap Rey di depan Devva. Devva tidak mengeluarkan suara tangisan, hanya saja matanya meneteskan air mata.

"Guee.." ucapnya terputus. Rey mengangkat satu alisnya. "Gue yang salah." Lanjutnya.

"Lo emang salah. Lo salah pilih pasangan. Denger gue, cowo masih banyak, udah ah jangan mikirin dia lagi. Di pelet apa sih lo sama dia?" Ucap Rey menenangkan Devva. Rey tidak menyadari kehadiran Baila. Dari tadi Baila memperhatikan Devva dan Rey. Baila langsung kembali ke kelasnya.
"Lo emang musuh gue, tapi gue gak suka kalo liat cewek disakitin." Ucap Rey menggenggam tangan Devva menuju kelas.

Sampai di depan kelas, Devva masuk dan duduk di bangkunya, sedangkan Rey hanya menaruh tasnya lalu kembali ke depan kelas untuk bergabung bersama temannya-temannya.

🕳🕳🕳🕳

Karena besok libur sekolah, Rey berniat mengajak Daffa makan di cafe. Rey menelpon Baila untuk ikut. Seperti biasa, pilihan cafenya yaitu cafe favorit. Rey menjemput Baila terlebih dahulu. Karena ada Daffa jadi Rey berinisiatif untuk mengajak Niko. Setelah sampai di rumah Baila, Rey mengetuk pintu. Tidak lama setelah itu, Baila membukanya dan disamping sudah ada Niko. Mereka bergegas menuju ke Cafe. Baila duduk di kursi penumpang sebelah Rey, sedangkan Daffa dan Niko duduk di kursi penumpang belakang. Mereka terlihat sudah akrab.
"Udah izin Bai?" Tanya Rey.

"Udah kok." Jawab Baila.

Setelah sampai di cafe, Rey melihat keberadaan Zidan yang sedang masuk kedalam mobil lalu pergi dan Devva berada didepan pintu.
"Kayanya Zidan sama Devva berantem lagi tuh." Ucap Baila yang sedang memerhatikan Devva dan Zidan. Devva tidak merasakan kehadiran Rey ataupun Baila, ia berjalan dan menatap ke jalan yang sepi. Saat Rey dan Baila memutuskan untuk masuk ke dalam cafe. Mereka langsung duduk di kursi yang masih kosong. Rey masih memandangi Devva dan Baila menyadari itu. Lalu tubuh Devva terlihat lunglai dan terjatuh ke aspal tepat dipinggir jalan. Rey yang melihat kejadian itu, langsung bangun dari kursinya dan menghampiri Devva. Orang-orang yang berada didalam cafe ikut keluar menghampiri Devva. Rey sangat panik, ia reflek menggendong tubuh Devva dan membawanya ke mobil. Rey pergi begitu saja, ia lupa jika ia pergi bersama Baila dan adiknya. Ditengah jalan, ia berhenti.

Yaampunn, gue lupa. Gue ninggalin Baila, Niko sama Daffa. Tapi, gue harus segera bawa Devva pulang. Zidan lo tega sekali. Lo bisa sakitin gue, tapi jangan dia. Batin Rey memandangi wajah Devva yang sangat pucat. Rey menggaruk kepalanya yang mungkin tidak gatal. Ia bingung apa yang harus ia lakukan. Hp Rey berdering, tertulis nama Baila.
"Halo?." Ucap Rey tenggelam dikedua tangannya.

"Lo dimana Rey?" Tanya Baila.

"Gue dijalan, lo tau alamat rumah Devva? Gue mau nganterin dia pulang." Ucap Rey sedikit berbisik.

"Perumahan Anggrek, blok A nomer 29." Ucap Baila lalu memutuskan telponnya.

Rey menancap gas menuju rumah Devva. Beberapa kali ia melihat ke Devva apakah masih bernafas atau tidak. Setelah sampai dirumah Devva, terlihat sangat sepi. Rey turun dari mobil lalu mengetuk pintu rumahnya.
"Siapa ya?." Tanya seseorang dibelakang pintu.

"Mm, saya Rey temannya Devva, tadi saya nemuin Devva pingsan." Ucap Rey saat pintu rumah Devva terbuka lebar.

"Yaampunn dek Devva." Ucapnya panik. Rey masuk kedalam mobil untuk menggendong Devva dan memindahkannya kedalam kamar yang ditunjukkan orang tadi.

"Makasih banyak ya mas. Saya mba Diah, pembantunya Devva." Ucapnya mondar mandir membawakan minyak kayu putih yang akan membantu Devva sadar.

"Ohh gitu mba. Saya ingin menghubungi teman saya dulu." Ucap Rey memainkan hpnya. Ia telpon Salsa. Rey memandangi kamar Devva, begitu rapih. Terpajang foto-foto Devva dengan Salsa dan Baila. Berarti benar, jika mereka pernah akrab. Ada foto masa kecil Devva, foto Devva dengan anak kecil, dan foto Devva dengan Zidan. Rey mengambil foto Devva dan Zidan lalu menyuruh mba Diah untuk membuangnya. Mba Diah pun menurutinya.

Rey menunggu di ruang tamu, kemudian mba Diah keluar dan mengatakan jika Devva sudah sadar. Rey langsung berpamitan pulang. Saat Rey ingin masuk ke dalam mobil, suara motor Mika terdengar di keheningan malam. Rey sangat hapal itu motor Mika.
"Woyy." Ucap Mika saat melihat Rey.

"Lo mau kemana Rey?." Tanya Salsa sambil turun dari motor.

"Balik." Ucap Rey menyalakan mobilnya. "Devva udah sadar, mending lo temenin dia Sal." Lanjut Rey.

"Oh iyaa, temen guee. Devvaaaaaa." Ucap Salsa berteriak lalu masuk kedalam rumah Devva.

"Mik, gue balik ya. Gue ninggalin Baila sama adek gue di Cafe." Ucap Rey membuka kaca mobilnya.

"Hati-hati lo." Ucap Mika.

🕳🕳🕳🕳🕳

Rey membuka pintu cafe, di sana masih ada Baila, Daffa dan Niko. Rey duduk di kursi depan Baila. Niko dan Daffa masih asik bermain game. Baila melamun sambil memainkan jari jemarinya. Sebenernya Rey tidak enak hati meninggalkan Baila.
"Niko, Daffa, gimana udah selesai makan?." Tanya Rey mengacak rambut Niko dan Daffa.

"Udah kak" jawab mereka bersamaan.

"Udah malam, kita harus pulang." Ucap Baila. Rey mengacak rambutnya, ia bingung harus melakukan apa.

Rey pun mengantarkan Baila dan Niko pulang. Tidak ada percakapan apapun selama perjalanan. Setelah itu, Rey dan Daffa pulang kerumahnya.

Rey tau ini salah, Rey mengajak mereka untuk makan bareng, tapi Rey sediri yang membuat semuanya hancur. Rey meninggalkan mereka demi mengantarkan Devva pulang. 


ReynandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang