Jika ingin terbang tinggi, silahkan. Tapi jangan patahkan semangat orang untuk melengkapi sayapmu. Jika ingin terlihat tinggi, itu obsesi. Tapi jangan jadikan orang lain sebagai tumpuan diri. Hidup tidak seegois itu.
Pertandingan futsal berjalan, kelas Rey memasuki babak final penentuan juara 1 dan 2. Dibabak final ini, kelas Rey bertemu dengan kelas Zidan. Penonton bersorak kencang, ini akan menjadi pertandingan yang sengit. Rey terlihat santai, sedangkan Zidan terlihat berambisi untuk mengalahkan tim Rey.
Di babak pertama, pertandingan cukup seimbang. Tim Rey terlihat kompak. Rey berhasil mencetak 1 gol dan Mika mencetak 1 gol. Tim Zidan tertinggal. Zidan semakin berambisi untuk mengejar skor tim Rey.
Di babak kedua, tim Zidan berhasil menambah skornya menjadi 1. Pertandingan semakin sengit, Rey semakin semangat, Zidan terlihat tidak suka dengan semangat yang Rey punya. Rey berhasil membawa bola dan melewati beberapa lawannya. Di saat yang sama, Zidan mengejar Rey lalu menendang kaki Rey. Rey terjatuh. Ia memegang kakinya yang kesakitan. Semua teman-temannya menghampiri Rey yang mencoba berdiri. Rey terjatuh kembali. Petugas PMR membawa tandu menghampiri Rey. Rey dibawa ke UKS. Mika emosi, ia mendorong badan Zidan.
"Maksud lo apa?" Ia menarik baju Zidan.
"Loh? Ini kan pertandingan." Jelas Zidan.
"Yang begini lo bilang pertandingan?." Tanya Mika mengeraskan rahangnya.
"Pecundang." Lanjut Mika meninggalkan Zidan.Zidan mendapat pelanggaran. Tim Rey mendapat kesempatan pinalti. Andi melakukan tendangan pinalti. Andi berhasil memasukkan bola. Skor tim Rey bertambah menjadi 3. Pertandingan berakhir dengan skor 3 untuk tim Rey dan 1 untuk tim Zidan.
Rey menutup muka dengan satu tangannya. Ia merasakan kesakitan. Kakinya semakin membengkak. Teman-temannya menghampiri Rey.
"Aduh." Teriak Rey saat Andi memegang kaki Rey.
"Tambah bengkak bro, mending kita kerumah sakit aja ya?" Ajak Andi.
"Disini aja dulu, masih dikompres." Jelas Rey. "Gimana? Menang atau kalah?" Tanya Rey.
"Lo jangan mikirin menang atau kalah dulu, pikirin dulu tuh kaki." Celetuk Dika.
"Tumben bang Dika pinter." Ledek Andi.
"Lo gapapa kan Rey?" Ucap Devva menghampiri Rey.
"Gapapa kok." Ucap Rey.
"Tapi ini makin bengkak, kita kerumah sakit ya." Ucap Devva. Rey mengangguk.
"Halahh tadi gue yang ngajak gak mau, pas Devva ngajak mau." Ucap Andi memegang kaki Rey.
"Sakit anjir." Ucap Rey.
🔴🔴🔴🔴
Rey dibawa kerumah sakit oleh pihak sekolah dan teman-temannya. Devva dan Andi pergi kerumah Rey untuk mengabari keluarga Rey. Reza dan Dika kerumah sakit menemani Rey. Dokter menyarankan agar kaki Rey di ronsen. Rey setuju.
"Kaki kenapa itu?" Tanya Salsa yang baru datang langsung menghampiri Rey.
"Biasa." Jawab Rey. "Lo sama siapa kesini? Mika kemana?" Tanya Rey.
"Sama Riko. Mika lagi nyamper Zidan." Jelas Salsa.
"Hah? Ngapain? Telpon Mika, gue mau ngomong" ucap Rey.
"Ini hasil ronsen kaki Rey." Obrolan mereka terhenti karena dokter ingin menjelaskan.
"Hasilnya gimana dok?" Tanya Salsa.
"Ada keretakan di tulang kaki Rey. Jadi diharuskan melakukan operasi." Jelas Dokter.
"Harus operasi Dok?" Tanya Riko.
"Lebih baik jika melakukan operasi. Jadi Rey harus dirawat dalam beberapa hari" jelas Dokter.
Rey terlihat pucat. Dia tidak menyangka jika kakinya akan separah ini. Mau tidak mau Rey dirawat dalam beberapa hari kedepan. Teman-temannya ikut menyemangati Rey agar tetap tersenyum. Akhirnya Rey dipindahkan ke kamar rawat inap.
"Apa kata dokter?" Tanya Mika tergesa-gesa.
"Kaki Rey retak, jadi harus dioperasi." Jelas Salsa.
"Sekarang?" Tanya Mika.
"Nanti, nunggu bengkaknya kempes dulu. Jadi Rey harus dirawat disini." Jelas Salsa.
Devva dan Andi datang. Devva mematung saat mendengar penjelasan Salsa. Ia masih memandangi Rey yang terbaring di ranjang rumah sakit. Perlahan ia mendekati Rey. Memberi senyuman hangat dan menggenggam tangan Rey.
Matanya menatap lekat dengan mata Rey. Rey juga tersenyum."Tadi gue kerumah lo" Jelas Devva membuka pembicaraan.
"Ngapain? Kan gue nya ada disini" ucap Rey bingung.
"Mau ngabarin keluarga lo." Ucap Devva.
"Kan keluarga gue di Amerika, jauh dong kalo mau ngabarin keluarga gue." Ledek Rey.
"Ih bukan, maksudnya tuh mau ngasih tau ke orang rumah lo gitu." Ucap Devva.
"Terus?" Tanya Rey.
"Gak ada orang. Sepi." Ucap Devva.
"Jangan kasih tau keluarga gue dulu." Ucap Rey.
"Kenapa?" Tanya Devva.
"Gapapa" Ucap Rey
"Gapapa lo bilang? Lo begini gara-gara Zidan kan?" Tanya Devva meneteskan air mata.
"Ssstt. Jangan nangis ya." Ucap Rey menghapus air mata Devva.
Semua temannya melihat mereka berdua. Semua terdiam. Mereka ikut merasakan kesakitan Rey. Mereka ikut merasakan kesedihan.
"Lo tadi abis dari mana Mik?" Tanya Rey.
"Abis ngabisin Zidan." Jelas Mika.
"Lo gadoin tuh anak? Kok bisa abis?" Ledek Rey.
Mika tertawa mendengar lawakan Rey. Di keadaan seperti ini saja Rey masih bisa bercanda.
"Mata lo kenapa? Dicium tawon?" Tanya Rey."Dicium setan nih Rey." Timpal Mika.
"Sal lo gak cemburu tuh?" Rey meledek Salsa.
"Gak lah, mana mau setan nyium dia, bau anyir." Timpal Salsa.
"Mata gue bengkak, badan dia remuk" ucap Mika.
"Berani juga lo sama Zidan." Ledek Rey."Kemaren gue masih sabar, lama-lama tuh anak kurang ajar. Abisin aja sekalian." Ucap Mika.
Riko, Andi, Dika dan Reza pun pulang. Sedangkan Mika, Salsa dan Devva masih menemani Rey.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reynand
RomanceReynand Alexi Adhyastha adalah siswa pindahan dari Amerika yang tampan dan bersikap peduli kepada siapapun. Sikap dinginnya datang saat kepercayaannya dihancurkan begitu saja. Ada satu cewek yang sangat menyebalkan baginya. Keadaan merubah segalany...