37

49 0 0
                                    

Rey izin tidak masuk sekolah kepada wali kelas. Dokter menjadwalkan setiap minggu untuk check-up. Hari ini adalah jadwal Rey untuk Check-up. Sudah 3 minggu Rey berjalan menggunakan tongkat.  Ia ingin cepat sembuh, ia tidak ingin terus-terusan seperti ini. Di perjalanan, Rey masih memikirkan kejadian kemarin, kejadian yang masih menganjal di hatinya. 

"Kamu kenapa bang kok diem aja dari tadi?" Tanya ayahnya Rey.

"Gapapa kok pah." Ucap Rey sambil tersenyum.

"Kamu takut ya?" 

"Takut kenapa pah?"

"Takut disuntik dokter." Ledek ayahnya.

"Dih." Ucap Rey tertawa. "Gak ada sejarahnya Rey takut sama jarum suntik." Lanjut Rey.

"Iya deh tau anak papah mah jagoan."

"Iyaa lahh." Ucap Rey.

Setelah sampai di Rumah Sakit, Rey menunggu giliran untuk masuk ke ruangan dokter. Ia asik memainkan hpnya, membuka whatsapp dari Mika. Mika mengirim materi yang dipelajari hari ini. Rey memperhatikan sekelilling ruang tunggu. Matanya berhenti tepat disatu orang yang tidak asing. Ia mengingat siapa orang itu dan dimana mereka pernah bertemu. Lelaki itu yang pernah kerumah sakit dengan Devva. Rasya. Ya, Rey ingat namanya. Rey berfikir mengapa ia selalu bertemu dengan Rasya dan mengapa Rasya selalu kerumah sakit. Kali ini Rasya bersama perempuan yang berbeda, sedikit lebih tua darinya. 

"Mas Reynand" Ucap suster yang keluar memanggil Rey.

"Ayo Bang, giliran kamu tuh." Kata ayah Rey.

"Iya." Jawab Rey masih memperhatikan Rasya. 

Rey masuk ke dalam ruang dokter, dengan muka yang sedikit pucat ia langsung duduk dikasur ruangan itu. Dokter mengeluarkan berkas Rontgen milik Rey lalu memasangkan untuk dilihat.

"Ini hasil rontgen Rey setelah dioperasi. Kalo dari hasil ini, kaki Rey sudah mulai membaik dan bisa lepas gips hari ini. Untuk Check-up selanjutnya buka jaitan ya Rey." Jelas Dokter.

"Dok, kira-kira kapan saya bisa berjalan kembali?" Tanya Rey dengan tatap yang binar. 

"Kamu kan baru hampir 4 minggu setelah pasca operasi, obat harus terus selalu diminum. Sebulan pasca operasi kamu akan saya suruh belajar jalan. Kenapa? Sudah tidak betah ya pakai tongkat?" Ucap Dokter tersenyum.

"Serius Dok? Berarti bentar lagi saya boleh belajar jalan?" Tanya Rey. 

Dokter mengangguk mengiyakan. "Tapi kamu juga tidak bisa langsung paksa jalan. Pelan-pelan aja karena dikaki kamu kan ada pennya. Tenang aja Rey, pokoknya kamu banyakin makan-makanan yang mengandung kalium, seperti pisang. Jangan lupa juga obatnya diminum ya." Ucap Dokter.

Kali ini, wajah Rey berubah, ia tidak sabar menanti bisa berjalan kembali. Seperti ada harapan yang harus disegerakan. 

"Kalo gitu di buka ya gipsnya." Ucap Dokter sambil membuka perban. "Ini kan udah ga pakai gips, biar terbiasa kakinya." Jelas Dokter.

"Okee siap Dok." Ucap Rey mengangkat jempolnya. 

Setelah semuanya selesai, Rey dan Ayahnya pulang kerumah. Dijalan, Rey teringat tentang Rasya. Begitu banyak pertanyaan yang harus dijawab. Padahal, Rasya bukan seseorang yang penting dan Rey tidak mengenalnya. Tapi pada saat Rey bertemu Rasya bersama Devva bahkan pada saat Salsa menyebut nama Rasya timbulah rasa ingin tahu Rey. 

"Baila?" Ucap Rey terkejut saat melihat Baila duduk di ruang tamunya. Rey melihat jam, jarum tepat pada pukul 14.00

"Reyy." Ucap Baila menatap Rey yang berdiri menggunakan tongkat. "Maaf, gue ganggu ya kesini? Gue cuma mau ketemu sama lo aja kok." Lanjut Baila.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ReynandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang