34

688 21 0
                                    

Walaupun ramai berubah menjadi sepi.
Seengganya ada beberapa kenangan yang dapat gue gali.
Dan itu pun yang membuat rindu gue berkurang.
Karena ada sesuatu yang bisa gue kenang.

Mika mengantarkan Rey pulang kerumahnya. Sesampai di rumah, orang tua Rey sedang tidak ada. Mika membantu Rey masuk kedalam kamar dan mendorong kursi roda mendekati kasur Rey.

"Eh eh mau kemana lo?" Ucap Mika panik saat Reynand berdiri dan turun dari kursi roda. Reynand duduk di kasur.

"Pantat gue pegel duduk disitu mulu." Rey tertawa melihat wajah panik Mika.

"Ortu lo kemanaa?" Tanya Mika.

"Tadi sih nelpon gue katanya mau keluar ada perlu katanya" Jelas Rey. "Oh iya Mik, itu disamping lemari ada tongkat, tolong ambilin dong gue mau mandi." Pinta Rey.

"Lo yakin mau pake nih tongkat? Tar kalo jatoh gimana? Udah pake kursi roda aja si" ucap Mika.

"Gue bosen mik, gue mau belajar pake tongkat." Jelas Rey.

"Perasaan kemaren gaada tuh tongkat, ko sekarang ada?" Tanya Mika baru engeh.

Rey tertawa. "Gue beli online nih tongkat, nyokap bokap gue juga gatau kalo gue beli. Besok gue sekolah mau pake tongkat aja." Rey berdiri mencoba memakai tongkatnya. Mika melihat ngeri, mengulurkan tanggannya untuk menjaga tubuh Rey agar tidak jatoh.

"Gue bisa ko bro, thanks ya lo selalu ada pas gue lagi begini." Ucap Rey tersenyum lalu mengalihkan pandangannya ke jendela.

"Gue ko jiji ya lo ngomong gini." Mika tertawa terbahak-bahak. Rey ikut tertawa.

"Baru mau melow dah dibikin ketawa. Anjeng jugaa lo ah." Ucap Rey.

"Jiji sih gue ngomongnya tapi lo udah gue anggap kaya sodara laki-laki gue sendiri. Jadi lo ga perlu sungkan atau gimana." Mika tersenyum sambil memegang pundak Rey. Rey mengangguk.

"Gue mau mandi dulu, kalo lo mau balik gapapa. Besok kan lo jadi supir gue lagi." Reynand tertawa.

"Kampret juga nih. Lo kelar mandi gue baru balik, gue mau rebahan dulu." Mika langsung loncat kekasur Rey.

Sekitar 25 menit kemudian, Rey tertawa melihat Mika tertidur lelap. Ia tidak tega jika membangunkan Mika.

Tok tok tok tok.

"Siapa?" Tanya Rey.

"Gue, Devva." Ucapnya.

Rey langsung memakai bajunya dengan cepat, perlahan ia mendekati pintu dengan menggunakan tongkatnya.

"Assalamualaikumm." Ucap Devva tersenyum dan memegang bingkisan ditangannya.

"Waalaikumsalam." Ucap Rey singkat.

"Dihh ko ga semangat gitu sih." Devva memanyunkan bibirnya.

"Biasa aja." Rey selalu menunjukkan wajah datarnya. Rey keluar perlahan lalu menutup pintunya. "Ngobrol dibelakang aja." Rey mendahului Devva.

"Ko pake tongkat? Kursi rodanya mana?" Devva mengikuti Rey.

"Ada." Rey fokus menata tongkatnya agar tetap seimbang. "Gue laper, kita ke dapur aja." Ucap Rey dibalas anggukan oleh Devva. Devva masih fokus memperhatikan Rey yang berusaha keras memakai tongkat.

"Awass jatoh." Devva menarik tangan Rey dan memeluk tubuh Rey agar tetap berdiri. Iya, Rey hampir saja terpeleset. "Pelan-pelan aja gausa buru-buru." Lanjut Devva masih diposisi yang sama.

ReynandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang