23

1K 35 1
                                    

Mungkin jalan yang kau tempuh bersinar terang. Suatu hari kau akan kembali ke jalanku lagi. Bahkan hari ini aku masih mengingat suara langkahmu.

"Rey" Panggil perempuan diseberang jalan yang masih menatapnya lirih. Rey menghentikan langkahnya. Ia sama sekali tidak menengok ke arahnya. "Please Rey, maafin gue." Lanjutnya dengan air mata yang mulai mengalir. Rey melanjutkan langkahnya.

Brakk.

Jalan itu menjadi ramai, ia memperhatikan jalan itu lalu mulai menghampiri. Perlahan Rey mulai melihat seseorang ditengah gerombolan. Tubuhnya terbaring lemas, matanya menatap Rey lirih. Kini Rey berada disampingnya, Ia meneteskan air matanya. Rey mengangkat kepala perempuan itu lalu meletakkannya dipangkuan.
"Rey." Panggilnya dengan suara yang sangat pelan. Rey tersenyum saat mendengar perempuan itu membuka suara, ia berusaha mengatakan sesuatu dengan keadaan yang terlihat cukup parah.
"Ma...afin g..u..e ya" ucapnya terbata-bata, Rey memejamkan matanya lalu menganggukan kepalanya. Ia tidak tega melihat keadaan perempuan itu. Ia memegang hangat wajah Rey dan memberikan senyuman khasnya. Perlahan nafasnya melambat bahkan tubuhnya mulai lemah. Rey menggoyangkan tubuhnya tetapi tidak mendapatkan respon. Rey memeluk tubuhnya sekali lagi dan tanpa sadar ia menangis.
"Bangunn Bella, harusnya gue yang minta maaf. Gara-gara gue lo jadi begini." Ucap Rey berbisik ditelinga Bella, tidak peduli Bella mendengar atau tidak.

Rey terbangun dari tidurnya, ia menampar pipinya. Sakit. Berarti tadi hanya mimpi. Ia mengusap wajahnya. Ia beranjak menuju jendela, melihat sekeliling halaman rumahnya. Damai. Ia masih memikirkan arti dari mimpinya. Pandangannya terhenti saat melihat seseorang turun dari mobil. Seorang perempuan. Perempuan itu mulai berjalan memasuki gerbang rumahnya. Tubuh Rey mematung. Bella.

Terdengar ketukan pintu, Rey membukanya. Itu mba Minah, ia bilang jika Bella sudah menunggunya dibawah. Rey mengiyakan. Rey menghampiri Bella yang sudah menunjukkan senyuman khasnya. Saat Rey mulai mendekat, Bella berdiri. Kini mereka berhadapan. Bella sudah bersiap memeluk Rey, dengan cepat Rey menolak pelukan itu. Rey menatap mata Bella dengan tajam.

"Gue kangen." Ucap Bella berusaha untuk kembali memeluk Rey. Kali ini Rey tidak menolak.

"Lo ngapain kesini?." Tanya Rey yang membuang tatapannya. "Udah gue bilang jangan pernah temuin gue lagi." Lanjutnya dengan rahang mengeras.

"Gue kangen sama lo Rey. Lo kemana aja? Gue telpon gak pernah diangkat, gue chat gak pernah dibales." Ucap Bella menggenggam kedua tangan Rey. "Maafin gue Rey, kasih gue satu kesempatan lagi."

"Kesempatan?" Tanya Rey tersenyum sengit. Bella mengangguk. "Kesempatan buat nyelingkuhin gue lagi? Gue gak bisa." Rey melepaskan tangganya dari genggaman Bella.

"Kenapa?" Tanya Bella dengan lirih. "Apa udah ada pengganti gue dihati lo? Siapa?" Mendengar pertanyaan dari Bella, Rey terdiam. Rey tidak tau harus menjawab apa.

Terdengar suara Bel yang memecah keheningan antara Rey dan Bella.
"Masuk." Teriak Rey.

Terlihat Mika sedang membuka pintu dan menghampiri Rey.
"Rey tadi lo dicariin Devva tuh, katanya ada yang....." Ucapan Mika terhenti saat melihat perempuan didepan Rey. Mika bertanya melalui kontak mata. Bella melirik tajam kepada Rey setelah mendengar nama Devva. 

"Gue Bella." Ucapnya mengulurkan tangan kepada Mika. Rey mendecak dan memutar kedua bola matanya.

"Kalo gitu, gue nunggu di pinggir kolam ya Rey." Mika menepuk pundak Rey lalu berjalan.

"Devva? Siapa dia?." Tanya Bella dengan menaikkan satu alisnya.
Rey duduk di kursi memandang ke arah kolam.

"Menurut lo?." Ucap Rey sedikit tersenyum.

"Pacar?." Bella memastikan.

"Dia cantik, pengertian, penyayang, dan..." Ucapan Rey terputus, ia menatap mata Bella dengan tajam. "Setia." lanjut Rey.
Bella menangis tepat dihadapan Rey. Lalu pergi meninggalkan Rey. Mika menghampiri Rey "ituu Bella?" Ucapnya. Rey mengangguk.

"Lo apain dia sampe nangis begitu?" Mika mulai duduk disampingnya Rey sambil mengunyah makanan yang tadi diambil di dapur.

"Gue bilang, Devva pacar gue." Rey memainkan jari-jari tangannya. Mata Mika terbelalak.

"Serius lo?"

"Iya." Rey menghela napas. Ia tidak tau tindakannya itu benar apa salah. Yang jelas, saat ini ia hanya tidak ingin melihat Bella.

"Mika lo kelamaan sihh, gue nungguin di luar juga" ucap Devva menghampiri mereka berdua. Rey memandang Mika dengan penuh pertanyaan. Mika hanya menunjukkan senyum jahilnya. "Kok lo berdua ngeliat gue begitu." Devva memperhatikan Rey yang selalu membuang pandangnya.

"Oh iya ini tadi gue." Ucap Mika terbata-bata.

"Ck, pada kesambet apaan sih lo berdua? Oh iya tadi yang abis keluar dari rumah ini siapa? Cewek kaya bule gitu?." Devva menaruh tangan di depan dadanya.

"Bella." Ucap Rey singkat.

"Temen lo? Tuh orang aneh banget." Devva bertolak pinggang. Rey mengangguk. "Masa tadi pas dia lihat gue terus gue di dorong. Katanya gue gak boleh ambil apa yang dia punya. Gitu." Devva menjelaskan. Mika tertawa terbahak-bahak.

"Terus dia bilang apa lagi?." Tanya Rey penasaran.

"Katanya dia bakal ngasih pelajaran buat gue. Lah emang dia guru?" Ucap Devva. Kali ini Rey tertawa karena melihat ekspresi Devva yang menggemaskan. "Kok lo ketawa?" Devva mengangkat satu alisnya.

"Itu mantannya si Rey hahahaha. Terus tadi Rey.." Ucapan Mika terhenti karena Rey memelototinya.

"Lo nyari apa kesini?." Tanya Rey mengalihkan pembicaraan.

"Sepatu gue ketinggalan, kemaren gue pulang pake sendal yang ada di rumah lo." Devva meremas ujung kaosnya. Rey mengusap kepala Devva sambil tertawa.

"Oon, pantesan sendal gue gak ada. Yaudah tuh cari aja gue mau keatas." Rey beranjak meninggalkan mereka. Mika tertawa melihat kelakuan Rey yang aneh saat bertemu dengan Devva.

"Lo kok ketawa?" Devva menaikkan satu alisnya. "Si Rey kenapa tuh anak? Kok kaya kaku gitu ke gua?" Devva mengambil sendalnya lalu berjalan keluar bersama Mika.

"Reyy gue balik yaa. Daaahhh" teriak Mika sebelum menutup pintu rumah Rey. "Oh itu tadi kan pacarnya dateng." Ucap Mika membuka pintu mobil lalu masuk yang diikuti oleh Devva.

"Hah? Pacar?" Devva tersentak.

"Mantan pacar maksudnya. Yang tadi itu lohh. Yang lo ceritain." Mika menyalakan mobilnya. Mika menceritakan kejadian saat ia melihat Bella dan Rey berbicara. Devva mendengarkan cerita Mika dengan tangan yang terlipat di dadanya. Mika berhenti menjelaskan.

"Kenapa?" Tanya Devva penasaran. "Terus pas lo nyebutin nama gue di depan cewenya gimana?."

"Si Bella nanya ke Rey si Devva itu siapa. Terus Rey bilang lo pacarnya." Mika menutup mulutnya dengan tangannya. Ia menahan tawa. Mulut Devva terbuka lebar, ia sangat terkejut dengan pernyataan Rey.

What, dia bilang gue pacarnya. OMG, kok gue jadi deg-deg gini. Sinting kali tuh anak ngaku-ngaku jadi pocar gue lagi.  Batin Devva.

ReynandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang