31

947 29 10
                                    

Sekarang aku sadar, yang bukan siapa-siapa tidak bisa berbuat apa-apa. Saat cemburu berbalik menjadi peluru.
Hanya satu yang ku ingat, tau diri itu perlu.

Rey duduk di taman belakang ruangan kamarnya, ia memakai kursi roda. Rasanya sudah lama sekali ia tidak menghirup udara segar. Ayahnya yang mengantar ia ke taman, setelah itu Rey meminta ayahnya untuk kembali ke ruangannya. Rey ingin sendiri. Menikmati tubuhnya diterpa angin, melihat burung-burung terbang, bebas. Hatinya iri melihat orang-orang yang bisa berjalan semau mereka.

"Gue ke kamar lo, eh taunya ada disini." Suara perempuan di belakang  Rey. Rey menoleh, senyumnya memudar. Baila.

"Kok disini?" Tanya Baila menghampiri Rey.

"Ngadem." Ucap Rey mencoba tersenyum.

"Anginnya kenceng loh, nanti tambah sakit." Baila memegang pundak Rey. "Masuk yu?" Ajak Baila menunduk melihat wajah Rey.

"Iya nanti." Ucap Rey tersenyum. Baila mengangguk mengiyakan ucapan Rey.

"Lo sama siapa kesini?" Tanya Rey.

"Taksi."

"Langganan setia emang." Ucap Rey. Baila tertawa.

"Mau muter-muter?" Tanya Baila.

"Mauuu." Ucap Rey.

Baila mendorong kursi roda Rey, memutari rumah sakit, melewati setiap ruangan, Rey terasa terhibur dengan melihat orang sekitar. Di sepanjang jalan Baila bercerita tentang suasana di kelas selama Rey tidak masuk. Menceritakan kejailan Dika dan Reza, menceritakan Mika yang dihukum sendirian.

"Iya dia disuruh keluar sendirian, udah gitu mukanya bukannya sedih malah seneng." Ucap Baila. Rey tertawa.

"Seneng lah dia akhirnya bisa tidur siang di uks buakakaka." Ucap Rey tertawa.

"Kemarin juga ulangan harian mtk, kata Pak Dedi nanti bisa susulan kok."
Jelas Baila.

"Susah ga? Gue sendirian dong nanti yang susulan." Tanya Rey.

"Santai santaii, gue udah nulis contekkan buat lo, lagipula nanti lo ga susulan sendiri. Kemarin Devva ga ikut ulangan."

"Kenapa dia ga ikut?" Tanya Rey heran.

"Udah dua hari ini dia gak masuk tanpa keterangan." Jelas Baila.

DEG, Itu Devva bukan sih?." Batin Rey.

"Rey? Kenapa?" Baila ikut melihat apa yang Rey lihat.

"Itu Devva." Ucap Baila.

Benar, gue ga salah liat, itu Devva.
Siapa yang sakit? Batin Rey.

"Rasya." Ucap Baila yang memecahkan lamunan Rey.

"Siapa Rasya?" Tanya Rey.

"Mantan Devva." Ucap Baila.

Mantan? Kemarin Devva bilang ada urusan ama temennya, apa jangan-jangan sama Rasya. Dua hari dia gak masuk sekolah dan ga dateng nemuin gue. Ada apa? Sadar Rey lo bukan siapa-siapa jadi gabisa apa-apa. Batin Rey.

"Gue mau balik ke kamar." Ucap Rey.

"Iya." Ucap Baila. Baila sadar, respon Rey berbeda setelah tau Devva sedang bersama Rasya, mantannya. Baila juga tidak ingin menanyakan apa-apa takut semakin merusak suasana hati Rey. Baila merasakan sakit saat melihat kecemburuan di mata Rey.

ReynandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang