Berbeda dengan hari sebelumnya, hari ini Rey telat berangkat sekolah, untung saja ia pintar membujuk Pak Ojan, satpam sekolah. Saat Rey melewati koridor, dari kejauhan ia melihat Zidan sedang berjalan bersama Devva. Zidan menarik tangan Devva agar mengikutinya. Mereka berpapasan, Rey masih menatap lurus seperti tidak memperhatikan sekitar. Sedangkan Devva terlihat menangis. Rey menghentikan langkahnya, ia menengok kebelakang. Masih sama seperti tadi, Devva masih berjalan dibelakang Zidan. Rey lanjut berjalan, Salsa menghampirinya dengan napas terengah-engah.
"Reyy...Lo" Salsa membungkuk memegangi lutut kakinya yang terasa pegal."Kenapa?." Tanya Rey lalu tertawa melihat kelakuan Salsa.
"Lo liat Devva gak?" Tanyanya lalu menegapkan tubuhnya.
"Liat. Tadi dia kesana sama si Zidan ." Ucap Rey menunjuk Devva yang sudah menghilang di koridor.
"Bantuin gue cari Devva, Rey." Ucap Salsa lalu menarik tangan Rey. "Tapi kita mencar ya? Gue ke perpus, lo ke kantin."
Rey hanya mengikuti perintah Salsa. Rey berhenti didekat kantin, tempat perkumpulan geng Zidan. Rey bersembunyi dibelakang tembok yang menjadi pembatas. Terdengar suara teriakan dari Zidan ataupun Devva. Rey memutuskan untuk mendengarkan percakapan mereka. Bukannya tidak mau membantu, Rey hanya tidak mau berurusan dengan Zidan. Isak tangis Devva meledak. Rey menghela napas lalu menghampiri Zidan. Rey melihat Zidan dengan tangan yang siap menampar Devva.
"Zidannnnnn." Teriak Rey lalu berlari dan melayangkan tinjunya tepat di wajah Zidan. Napas Rey terengah-engah. Zidan jatuh tersungkur. "Pengecut." Ucap Rey tepat di depan wajah Zidan.
"Lo gak usah ikut campur urusan gue sama dia." Ucap Zidan menunjuk Devva. Rey reflek menenangkan Devva dengan menggenggam tangannya.
"Lo boleh tonjok gue sepuas lo. Tapi jangan dia yang lo sakitin." Ucap Rey .
"Kenapa? Lo suka sama dia? Iyakan?" Teriak Zidan lalu berdiri. Rey mengepal tangannya untuk meredam emosinya. "Kok diem? Kalo diem berarti iya." Zidan tersenyum licik. Rey menarik kerah baju Zidan, kali ini emosinya memuncak.
"Gue bela Devva bukan berarti gue suka. Bahkan gue gak abis pikir, lo yang katanya sayang kok malah nyakitin? Pengecut." Zidan melayangkan tinjunya, tetapi Rey berhasil menangkisnya.
"Gak untuk hari ini." Ucap Rey memukul perut Zidan yang membuatnya jatuh tersungkur untuk kedua kali. Rey menarik tangan Devva lalu beranjak meninggalkan Zidan.
"Dev. Kita putus. Gue gak mau pacaran sama cewek murah kaya lo." Teriakan Zidan membuat Devva mematung dan larut dalam isak tangisnya. Rey ingin menghampiri Zidan, tetapi Devva menarik tangan Rey. Tepat di taman belakang sekolah, mereka terhenti. Sepanjang koridor dipenuhi dengan siswa yang asik mengobrol. Hari ini freeclass karena ada rapat guru. Mereka berdiri di bawah pohon dimana Baila dan Rey pernah duduk. Terdengar isak tangis Devva, untung saja suara kegaduhan kelas lebih terdengar. Rey tidak tahu harus melakukan apa.
"Dev, gue." Rey berdiri tepat didepan Devva. Belum sempat melanjutkan perkataannya, Devva memeluk tubuh Rey dengan erat yang membuat Rey mematung."Apa gue semurah itu, Rey? Gue gak pernah niat buat nyakitin dia, apalagi selingkuhin dia." Suara Devva lirih.
Rey memegang pundak Devva lalu melepaskan pelukannya.
"Kesalahan lo itu cuma satu. Lo salah pilih pasangan." Ucap Rey."Devva." Teriak Salsa dari kejauhan lalu berlari dan memeluk Devva. Rey pergi meninggalkan mereka, ia kembali ke dalam kelas.
🕳🕳🕳🕳
"Dari mana ajee lo." Teriak Mika saat melihat Rey memasuki kelas.
"Ada urusan tadi." Ucap Rey lalu duduk di bangkunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reynand
RomanceReynand Alexi Adhyastha adalah siswa pindahan dari Amerika yang tampan dan bersikap peduli kepada siapapun. Sikap dinginnya datang saat kepercayaannya dihancurkan begitu saja. Ada satu cewek yang sangat menyebalkan baginya. Keadaan merubah segalany...