Aku berlari menuju kamarku dan aku langsung menguncinya.
Kenapa ini semua harus terjadi. Aku benar-benar ingin mati saja.
Sekarang aku ingat. Wajah laki laki yang sudah memperkosaku. Aku benar-benar tidak ingin melihatnya lagi. Tapi kenapa Allah begitu tega kepadaku.
Kenapa ini semua harus menimpaku. Aku menangis terduduk di lantai kamarku, bersandar pada pinggiran ranjang ku. Aku menangis tersedu sendu meratapi nasibku.
Bagaimana bisa keluarga laki laki brengsek itu bisa datang ke rumah ku dan mengatakan ingin bertanggung jawab.
Aku ngga akan pernah mau. Aku masih sanggup membesarkan anakku seorang diri.
Aku langsung terpaku saat menyadari bahwa baru saja aku mengatakan anakku. Walaupun dalam hati.
Aku langsung mengelus perut rataku dengan tangan yang gemetaran. Semenjak aku tahu tentang kehamilanku, aku sama sekali tidak pernah mengelus perutku ini. Aku terlalu sibuk mengutuki janin yang sekarang sedang tumbuh di rahim ku.
Seketika rasa bersalah Langsung menggerogoti ku. Aku langsung menangis sesenggukan saat menyadari betapa kejamnya aku selama ini kepada janin yang tidak berdosa ini.
Janin itu tidak bersalah.
Aku yang bersalah, bersalah karena pernah mencoba untuk membunuhnya.
Keadaan yang salah.
Karena keadaan, dia harus hadir dengan cara seperti ini. Dia benar benar tidak beruntung harus tumbuh di rahimku. Wanita yang jahat, yang tega ingin membunuhnya.
Aku sungguh menyesali perbuatanku.
"Maafin mamah." Ucapku lirih kepada janinku. "Maaf" lirihku lagi. Aku terus mengelusi perutku. Aku sungguh menyesal ya Allah.
"Mamah janji, mamah akan menjaga kamu."
"Mamah akan membesarkan kamu."
"Kita akan hidup berdua, setelah kamu lahir nanti."
"Mamah akan membesarkan kamu dengan penuh kasih sayang." Lirihku "mamah janji."
"Kita berjuang sama sama ya." Bisikku kepada janinku.
Aku sudah bertekad. Akan membesarkan anakku sendiri. Aku tidak butuh pertanggung jawaban si brengsek itu. Aku bahkan sudah bertekad dalam hati untuk tidak pernah bertemu lagi dengan si brengsek itu setelah dia melakukan hal bejatnya kepadaku malam itu. Kenapa si brengsek tidak mati saja.
Bruk.. bruk..bruk..
Pintu kamarku tiba tiba di gedor dengan keras. Aku tidak memperdulikannya. Aku langsung bangkit dan menaiki ranjang ku. Aku benar benar capek hari ini. Aku ingin istirahat.
__________________________
Entah berapa lama aku tertidur. Badanku rasanya lebih fresh. Aku melihat jam dinding di kamarku, ternyata sekarang sudah jam 6.10 pagi. Wah nyenyak sekali tidurku.
Tapi aku tiba tiba merasakan malas untuk keluar kamar. Ibu pasti akan mencaci makiku dengan kata kata menyakitkannya lagi. Aku langsung menyelimuti tubuhku lagi dengan selimut. Masa bodoh, aku benar benar takut di amuk oleh ibu tiriku itu. Aku belum siap.
Entah berapa lama lagi, aku tertidur. Aku di bangunkan dengan suara handphone ku yang selama ini ku abaikan dan tergeletak mengenaskan di meja kamarku. Ternyata telepon dari shanty.
Aku males untuk mengangkatnya. Dan sekarang aku lagi males berbicara atau bertatap muka dengan siapapun.
Aku mengabaikan panggilan dari sahabatku itu. Aku langsung mensailent hpku karena terus bersuara. Aku merasa terganggu.
Setelah lelah seharian mengurung diri di kamar. Aku merasa bosan dan kelaparan karena seharian ini aku belum memakan apapun. Aku melihat jam, sudah jam 2 siang. Rumah pasti sedang sepi.
Biasanya jam segini ibu sibuk berjualan di warung miliknya di samping rumah. Sementara ka Tanti sudah pasti lagi kerja.
Aku langsung bangkit dari pembaringan ku dan melangkahkan kakiku menuju pintu kamarku, memutar kunci dan menarik knop pintu.
Saat aku membuka pintu, aku langsung berdiri kaku melihat ka Tanti yang tengah berdiri di depan pintu kamarku dan menatapku tajam.
"Ada apa ka?" Tanyaku takut takut.
Ka Tanti tidak menjawab pertanyaan ku dia menatapku tajam dan kedua tangannya terkepal erat.
Ka Tanti Langsung mendorongku, aku sampai mundur beberapa langkah. Untung sampai tidak terjatuh. Ka Tanti melangkahkan kakinya sampai tepat dihadapan ku.
Ka Tanti menatapku tajam dan langsung menampar pipiku keras. Aku langsung memegangi pipiku yang di tampar oleh karena Tanti. Rasanya perih.
"Dasar wanita JALANG." ucapnya dingin dan menatap mata ku tajam.
"Dasar wanita penggoda." Aku tidak menanggapi amukan ka Tanti.
"Bagai mana bisa kamu berhasil menggoda Gara, sementara aku gagal menggodanya." Ucapnya marah. Aku melihat mata ka Tanti berkaca kaca menatapku
"Kamu tau, gara itu laki laki yang aku suka. Aku bahkan rela menolak laki laki kaya yang datang melamar ku hanya demi bisa mendapatkan gara." Ucapnya tepat di depan wajahku. Aku melihat setetes air mata jatuh dari matanya.
"Tapi kamu." Tunjuk ka Tanti tepat di wajahku. "Kamu berani beraninya merebut di dariku." Ka Tanti langsung menamparku lagi. Dia bahkan sekarang sudah menjambak rambutku, sampai kepalaku mendongak ke atas.
Aku meringis kesakitan."Kamu. Sama ANAK HARAMmu ga PANTAS hidup di dunia ini lagi."
"Aku benar-benar menyukai gara dan ingin dia menjadi milikku seutuhnya. Tapi kamu dan janin sialanmu itu merusak segalanya." Ka Tanti langsung menangis meraung raung.
Aku hanya bisa menangis mendengar ucapan ka Tanti. Aku bisa merasakan bahwa ka Tanti begitu terluka.
"Kaka kalau mau dia, ambil aja. Aku juga ga ada niatan untuk memilikinya." Ucapku memberanikan diri membuka suara. Kalau ka Tanti mau silakan saja. Aku juga ga butuh dia mempertanggung jawabkan kebejatan nya. Aku bisa membesarkan anakku sendiri.
Ka Tanti menatapku nyalang dia nampak sangat emosi menatapku.
"DASAR JALANG SOMBONG."teriaknya di wajahku
"Jangan so. Tujuan kamu menggoda Gara sampai kamu hamil seperti ini pasti karena kamu menginginkan supaya dia menikahi kamu dan kamu bisa hidup enak kan." Tuduhnya.
"Gue juga ga percaya kalau janin yang sekarang ini berada di rahim Lo itu anaknya Gara. Bisa aja kan elo di hamilin ama om om terus ngaku ngaku itu anaknya Gara." Cukup. cukup sudah ka Tanti menuduh ku. Aku langsung menamparnya, meluapkan emosiku yang tiba tiba sudah sampai di ubun ubun.
Ka Tanti tampak sangat kaget atas tamparan ku. Dia langsung menatapku tajam. Aku tidak takut sama sekali.
Tiba tiba ka Tanti mendorong tubuhku keras, sampai aku terjatuh di lantai. Bokongku mendarat sempurna di lantai kamarku. Rasanya benar benar sakit.
Tiba tiba aku merasakan perutku sangat sakit. Aku langsung memegangi perutku dan meringis kesakitan.
"Aahhh.." ringisku. Aku merasakan sesuatu mengalir dari pangkal pahaku. Darah.
"ANGGIII." Teriak shanty yang tiba tiba sudah ada di depan pintu kamarku, menatapku. Shanty langsung berhambur kearah ku dan menatap tajam ka Tanti yang tampak cuek dengan keadaan ku sekarang.
"Shan... Ty, sakit." Lirihku. Rasanya benar benar sakit sekali.
"Anggi, kamu tahan ya kita ke rumah sakit sekarang." Aku masih sempat mendengar ucapan shanty dan melihat ka Tanti senyum menyeringai melihat keadaanku. Dan setelah itu seketika semuanya menjadi gelap.
Ya Allah, apakah ini akhir dari cerita ini.
Bener bener cerita pasaran. Tapi ya mau gimana lagi, idenya mengalir dengan deras. Sederas banjir bandang di sungai depan rumah orang 😀😁🤗😋
KAMU SEDANG MEMBACA
Incidents Of HAPPINESS (END)✓✓ [TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK]
RomanceSUDAH TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK Rank: #23 15052018 #27 29042018 #30 22042018 #32 20042018 #36 01032018 #46 22022018 Anggi Wulandari bekerja di sebuah butik milik ibu dari sahabatnya. Di perkosa oleh orang yang tidak ia kenal dan menyebabkan dirin...