Episode 19

22.5K 908 51
                                    

Saat ini aku, Shanty, dan bunda sedang menungguku giliran di panggil ke ruang pemeriksaan. Ini kali pertamanya aku memeriksakan kandunganku setelah aku mengetahui kehamilanku.

"Saudara ibu Anggi Wulandari Ahmad." Seru suster di depan pintu ruangan dokter yang akan memeriksa kandunganku.

"Gi, giliran kamu yu." Ajak bunda. Aku, bunda dan Shanty Langsung menuju ruangan dokter yang ku tahu bernama indah Pratiwi, di lihat dari nametag nya.

"Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu." Ucap dokter indah ramah.

" Iya dok, mau memeriksakan kandungan." Seru bunda riang.

"Oh. Silahkan ikut saya. Siapa yang mau di periksa?" Tanya dokter indah bingung melihat kami bertiga.

"Dia dok." Seru Shanty sambil mendorong bahuku.

Dokter indah Langsung menggiringku ke brangker pemeriksaan dan menyuruhku berbaring di sana.

"Kita USG dulu, biar bunda bisa lihat dedenya." Ucap dokter indah ramah. Suster Langsung mengoleskan jel di perutku dan dokter indah langsung menempelkan alat USGnya di kulit perutku.

"Bisa di lihat di layar bunda." Ucap dokter indah. Aku langsung menatap layar monitor di samping brankerku. Dan di sana, di layar itu terlihat sebuah titik hitam sebesar biji kacang di dalam sebuah lingkaran.

"Ini, yang titik kecil ini itu adalah janin yang cikal bakal akan menjadi bayi nantinya." Ucap dokter indah menunjuk titik hitam di layar monitor.

Hatiku Langsung menghangat melihatnya. Aku sungguh terharu dan rasa bersalah Langsung menggerogoti hatiku. Kenapa aku begitu jahat dulu pernah berfikiran untuk menggugurkan janinku ini. Dia bahkan masih belum terbentuk. Tapi aku dengan teganya ingin melenyapkannya. Tanpa ku sadari setetes air mata jatuh di pipiku.

"Itu cucu bunda Shan." Ucap bunda terharu menatap layar monitor USG dari kursi di depan meja kerja dokter indah.

"Iya Bubun, selamat ya bunda sekarang udah tua, karena sebentar lagi bakalan di panggil 'nenek'." Ucap Santy menekankan kata 'nenek'.

"Kamu tu ya, bunda lagi terharu juga masih aja di ejekin." Seru bunda tidak terima. Dokter indah dan susternya Langsung tertawa mendengarnya.

"Dokter kira kira berapa usia kandungan saya ya?" Tanyaku penasaran.

"Kalau di lihat dari bentuk janinnya mungkin masuk usia 2 bulan. Memangnya bunda kapan terakhir kali mendapatkan menstruasi?" Tanya dokter indah.

"Terakhir kali menstruasi bulan Oktober akhir dok." Jelasku.

"Terakhir kali berhubungan suami istri?" Tanya dokter indah lagi. Aku langsung mematung mendengar pertanyaan dokter indah. Apa harus pertanyaan itu?

"Eem, maaf bunda saya cuman ingin memastikan saja ko saya tidak bermaksud_" ucapnya tak enak saat melihat reaksiku.

"Tiga hari setelah selesai mens dok." Ucapku lirih memotong ucapan dokter. Ada perasaan malu saat mengucapkannya. Aku tidak mau mengingat kejadian kelam itu lagi. Sungguh.

"Oh. Kalau dihitung hitung sudah masuk sembilan Minggu bunda. Janinnya juga sehat. Tapi sedikit lemah. Nanti saya kasih vitamin dan penguat kandungan ya, diminumnya harus teratur supaya bayinya sehat sampai melahirkan nanti." Ucap dokter indah dengan senyuman setelah kita kembali ke meja kerjanya.

"Iya dokter, sekali lagi terima kasih." Ucapku setelah mendapatkan resep dokter.

"Dan ini hasil pemeriksaan dan foto USGnya." Dokter indah menyerahkan map berlogo rumah sakit ini.

" Terima kasih dok. Permisi." Pamit ku, Shanty dan bunda.

________________

Sepulangnya dari rumah sakit aku langsung bergelung di kasur kamarku di rumah mertuaku ini. Aku sungguh bosan. Biasanya jam segini aku lagi makan siang bareng temen-temen di butik.

Incidents Of HAPPINESS (END)✓✓ [TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang