26 Days After, day time;

866 128 53
                                    

[Suzzanne Millia]

Aku merasa terganggu.

Sangat terganggu.

Emilya terus menerus menatap Lara yang duduk tepat di sebelahku saat makan siang. Bahkan, sepupuku sampai terlihat tak berselera. Lara hanya memainkan sendoknya, sampai kurasa kacang polongnya habis karena terlempar alih-alih masuk ke dalam perut. Kentang tumbuknya juga menjadi seperti bubur, yang mungkin bagi beberapa orang akan terlihat menjijikkan.

 Kentang tumbuknya juga menjadi seperti bubur, yang mungkin bagi beberapa orang akan terlihat menjijikkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bertahun-tahun aku mengenal Lara, aku tahu dia bukan orang yang pandai berbicara. Kebanyakan waktu yang ia habiskan saat bersosialisasi adalah diam dan mendengarkan atau menjawab sewaktu ditanya. Karena itu, aku berani bertaruh kalau Lara tidak akan meminta Emilya berhenti menatapnya seperti itu.

Jadi, aku melempar sendokku ke atas meja. Teman-temanku kaget dibuatnya, sampai membuatku ingin mengabadikan ekspresi kesal Conor sewaktu kuinterupsi ketika ia sedang mengobrol dengan Jess.

"Kau tak menyukai makanannya, Suzzie?" Jason bertanya, sekalipun aku yakin dia sudah tahu jawabannya sebab menu makan siangku sudah habis lebih dari setengah.

Aku meremas tangan kiri Jason. Cowokku terdiam. "Em, apa kau punya masalah dengan Lara?"

Emilya mengalihkan pandangan ke arahku. Kedua matanya seolah berkata tak percaya dengan pertanyaan yang baru kuutarakan. "Tidak sama sekali," katanya dengan mengedikkan bahu. "Hanya saja, kupikir jaket yang dikenakan Lara itu keren."

Dadaku terasa lega seketika.

"Aku tak menyangka kau mengidap sister complex." Jeremy--yang duduk di sebelah Jason--berujar tiba-tiba.

Conor, yang posisinya di samping Jessica, menggangguk. "Aku juga berpikir demikian. Padahal Lara hanya sepupumu, tapi kenapa kau sudah seperti ibunya di sekolah?" Cowok itu terkekeh, diikuti oleh teman-teman lain yang duduk semeja bersama kami. Hanya aku, Jason, Emilya dan--tentu saja--Lara yang tak memberi respons.

"Ada banyak alasan," jawabku datar, kemudian menoleh pada Lara. "Sebaiknya kau segera menghabiskan makananmu. Aku akan mengantarmu ke kelas berikutnya."

"Tidak. Kau tak perlu melakukannya, Suzzie. Aku bisa ke sana sendiri."

"Dan memberikanmu waktu lebih banyak untuk bercakap dengan orang-orang biadab itu?" Aku memukul meja sambil berseru, "Tidak akan!"

Teman-temanku hampir melompat sewaktu mendengar betapa kerasnya pukulanku. Orang-orang di sekitar kami bahkan menoleh untuk memastikan bahwa keadaan di meja kami baik-baik saja.

Jeremy mulai berbisik pada pacarku, sekalipun suara yang dikeluarkan olehnya cukup keras untuk dapat didengar oleh semua orang di meja ini."Aku tak tahu kenapa kau bisa menyukai gadis pemarah seperti dia. Karena menurutku, Courtney jauh lebih baik."

Teman-temanku tertawa atau sekedar tersenyum, sedang aku memberi Jeremy tatapan sinis.

"Benar juga. Omong-omong di mana Courtney?" Jessica bersuara. "Dia dan anggota pemandu soraknya, aku tidak melihat mereka sejak insiden tadi pagi."

100 Days EvidenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang