Aku telah menyiapkan segalanya untuk kabur. Persiapanku kali ini kuyakini sangat matang dari sebelum-sebelumnya. Awalnya aku memikirkan merancang skenario kematianku sendiri namun hal itu terlalu rumit jika hanya dilakukan seorang diri dan melihat bagaimana kondisiku. Meminta bantuan Brian adalah hal terakhir yang akan kupikirkan—bahkan tidak akan pernah kulakukan sepertinya jika terpaksa sekalipun. Aku lebih memilih menarik pelatuk ke arah kepalaku sepertinya.
"Nona Seungwan, sarapan sudah siap."
Aku sedikit tersentak. "Ketok pintu, please?"
Brian memberi senyum miringnya lalu membuka pintu kamarku lebar-lebar. "Sudah kulakukan tapi tampaknya percuma. Tidurmu nyenyak? Apa kau mengalami mimpi buruk?"
Meskipun Brian sudah cukup lama mulai memanggilku dengan sebutan 'Nona' setiap saat, rasanya tetap aneh. Rasanya seperti seluruh hal dari diri Brian yang kukenal raib. Rasanya seperti ayah baru saja mengirimkan ajudan baru untuk menjaga dan memperhatikan gerak-gerikku. Tidak tahu apa yang ayah bicarakan kepada Brian malam itu, malam dimana Brian menginjak umur tujuh belas tahun, pada saat ayah mengundangku makan malam ke rumahnya. Tentu saja Brian ikut, dulu aku akan menggunakan Brian sebagai syarat apapun ketika ayah menyuruhku ini-itu. Tapi semenjak makan malam itu aku seolah membawa pulang orang lain. Dan aku tidak bisa lagi menggunakan Brian.
"Sudah biasa."
Pagi ini aku disuguhkan american breakfast set. Dulu, Brian akan duduk menemaniku sarapan tapi kini dia beridiri di pojok ruangan, dekat dengan pintu. Mengawasiku dengan tatapannya yang tampak kosong. Seakan aku bisa hilang dalam satu kedipan mata.
"Apa ayah akan datang?"
"Sepertinya tidak. Tidak ada komunikasi dengan pihak Tuan Freddie sampai sekarang."
"Cari tahu apakah ayahku mati atau masih hidup."
Yang dimaksud dengan sampai sekarang yaitu dimulai dari delapan bulan yang lalu. Agak aneh, sesuatu yang hebat sedang terjadi, pikirku. Namun tidak terlalu banyak perbedaan yang berarti. Aku tetap dijaga 24 jam seperti manusia yang memiliki penyakit menular dan mematikan.
Aku mendongak ketika mendengar suara pintu terbuka kemudian telingaku mendengar nyanyian selamat ulang tahun.
"Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, selamat ulang tahun Nona Seungwan.... selamat ulang tahun!"
Aku berdiri dan berjalan menghampiri para pekerja rumahku yang membawakan kue ulang tahun dengan lilin membentuk angka 22.
"Seperti biasa make a wish dulu sebelum tiup lilin."
Aku menautkan kedua tanganku dan memejamkan mata lalu mulai menyebutkan harapanku untuk hidupku di umur yang ke 22 ini.
Tuhan, aku hanya minta satu. Berikan aku kebebasan.
Ya, aku akan kabur pada hari ulang tahunku. Sangat dramatis bukan?.
———
Aku mau ngasih tau kalau story ini ceritanya bakal maju-mundur gitu, oke? Hehehe. Happy reading.
- frea
![](https://img.wattpad.com/cover/110204913-288-k209921.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Greenlight
Fanfiction[Completed] Son Seungwan dikurung selama hidupnya. Pada hari ulang tahunnya yang ke-22, Seungwan sudah menyusun dan menyiapkan segalanya dengan matang. Namun, hal diluar dugaan terjadi. Seungwan justru masuk ke dalam 'penjara' lainnya.