Dua hari telah berlalu dan Jimin mengatakan kondisiku cukup kuat untuk melanjutkan serangkaian tes yang belum kulaksanakan. V datang menjemputku sebagai pendamping tes menembak.
Tes berjalan dengan baik, setidaknya itu yang kukira. Setelah itu V mengantarku menemui RM untuk menjalani tes terakhir. Tes terakhir yang kujalani mirip dengan tes IQ, yang selalu kukerjakan bersama dengan Brian setidaknya dua kali dalam seminggu.
"Well, bagus juga." RM memuji, saat ini kami sedang menatap layar yang menunjukkan statistik hasil tesku. "Intelijen. Itu yang harus kau ucapkan nanti."
"Oh?" Ucapku terkejut. RM lebih terdengar memerintah ketimbang memberikan pilihan. Bukankah seharusnya tes dilakukan untuk memberi pilihan?. Aku bisa melihat dengan jelas pada layar monitor dua pilihan teratas adalah intelijen dan snipper. "Hanya intelijen?"
"Itulah yang terbaik. Ikuti saja."
"Bagaimana jika aku tidak mau?"
RM kini menatapku dengan tatapannya yang sedikit menajam, tatapannya tidak begitu bersahabat. Namun tatapan yang dilayangkan Si Pemimpin ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan tatapan yang kuterima sebelumnya. "Begini Nona, saat ini kau tidak sendiri. Mengingat siapa dirimu, aku tidak mau mempertaruhkan segalanya hanya untuk egomu yang haus akan kebebasan. Kau harus terbiasa memikirkan orang lain, itulah hal yang harus kau terima. Lagipula kau tidak mau kan berakhir dengan Dewan Pengawas bukan?"
"Kau mengancamku?"
"Tidak. Hanya memberitahu apa yang harus kau tahu. Pikirkanlah, ini untuk keselamatan dirimu juga. Kau tidak lupa siapa dirimu, Tuan Putri?. Sekarang pergilah ke kafetaria, waktu makan siang sebentar lagi akan dimulai."
Aku hanya mengangguk dan mengikuti apa yang RM perintahkan, pergi menuju kafetaria. Dalam perjalanan pikiranku sibuk memikirkan segalanya.
"Hei! Bagaimana hasilnya Wen? Snipper kan?" Tegur V, dia langsung duduk dihadapanku dengan nampannya yang berisi makanan yang menggunung.
"Bagaimana kau tahu?" Aku tidak tahu apakah membicarakan hasil tes adalah hal yang diperbolehkan atau tidak.
"Tentu saja. Hanya orang terpilih yang bisa memegang senapan dengan tenang."
"Snipper dan intelijen." Bisikku.
"Amazing!" Serunya dengan aksen Korea yang masih kental. "Dan kau akan memilih apa?"
"Menurutmu bagaimana?"
"Snipper dong bersamaku!" Jawabnya tanpa pikir panjang.
Ketika melihat hasil tes, hatiku segera jatuh pada Sektor Snipper. Apalagi ditambah ada V disana, kupikir akan menyenangkan bekerja sambil membicarakan hal-hal tidak penting dengannya. Namun setelah merenungi ucapan RM, timbul sebuah pertanyaan lain: apakah aku sanggup merilis peluru untuk menembus dada seseorang?. Apakah aku bisa selancang itu mengakhiri hidup seseorang dengan sekali menekan pelatuk meskipun ia adalah manusia terbejat sekalipun?.
"Bagaimana rasanya, V? Apa menyenangkan?"
"Aku tahu apa yang membuatmu ragu. Kau akan terbiasa."
Perhatian kami teralih ketika Hobie berseru, ia datang dengan senyuman lebar. "Hei newbie! Ya kudengar-dengar hasil tes mu bagus ya?." Dibelakangnya ada Jungkook dan Suga. "Jadi kau mau masuk mana?"
Suga masih dengan tatapan dinginnya menatapku sebentar, itulah yang kulakukan juga. Dia bahkan tidak meminta maaf setelah apa yang dia lakukan padaku.
"Tidak tahu. Sebisa mungkin menghindari yang berhubungan dengan fisik mungkin." V langsung menendang kakiku pelan.
Pada awalnya Hobie juga diam sebentar, sepertinya bingung harus memberikan reaksi apa atas jawabanku. "Kau tampak lebih seksi loh dengan jahitan di keningmu."
"Kalau begitu apa aku harus meminta Suga membuatku sekarat?"
"Apa kau benar-benar menginginkannya?" Suga segera membalasnya.
Aku menggeleng melihat betapa mudahnya memancing amarah lelaki itu. "Boleh saja, jika kau tidak lupa siapa yang sedang kau hadapi."
V mengaduh sedangkan Hobie menggeleng, mereka tahu perdebatan ini akan berujung seperti apa.
"Melihat siapa yang sedang kuhadapi, justru semakin membuatku bergairah untuk menghabisimu."
"Oh, aku mengerti." Kini aku tahu kenapa Suga waktu itu sangat bernapsu menyerangku. "Silakan pukuli aku sampai tak berbentuk jika itu bisa menghilangkan apapun yang ada di dalam sana. Menginjak-injak orang tak bersalah memang selalu terasa menyenangkan bukan?"
Suga tidak menanggapi, yang ia lakukan adalah mengambil nampannya dan pergi dari kafetaria.
"Wah, kau berada dalam masalah besar." Kata V.
"Kau akan melindungiku kan?" Kemudian kami berdua tertawa bersama.
"Seungwan, bergabunglah denganku, Jin, dan RM. Kami butuh bumbu sarkasmu sepertinya." Kata Hobie
KAMU SEDANG MEMBACA
Greenlight
Fanfic[Completed] Son Seungwan dikurung selama hidupnya. Pada hari ulang tahunnya yang ke-22, Seungwan sudah menyusun dan menyiapkan segalanya dengan matang. Namun, hal diluar dugaan terjadi. Seungwan justru masuk ke dalam 'penjara' lainnya.