1

2.8K 509 47
                                    

Ini kali pertama kali Sooji menginjakkan kaki ke dalam kampus, terhitung dua bulan sudah Sooji memilih berada di negeri Sakura.

Dua bulan setelah penghianatan yang Soojung dan Mingyu lakukan dan Dua hari setelah Sooji mendapatkan paketan dari Soojung, Sooji memilih langsung terbang ke Jepang.

Mengunjungi ibu dan ayah serta neneknya yang sudah semakin meyenja. Selain melepas rindu, Sooji juga memanfaatkan waktu untuk menenangkan diri dan mendinginkan suhu hatinya yang sempat bergejolak.

Selama di Jepang Sooji berkeliling dan melakukan plesiran ala dirinya sendiri, menikmati danau buatan yang berada di pinggiran kota sembari mengerjakan tesisnya. Atau berdiam diri di Villa milik mendiang kakeknya di kaki gunung Fuji sembari mencari inspirasi untuk skripsi yang harus segera ia rampungkan jika ingin menyandang status sebagai Sarjana Hukum.

Sooji berjalan kearah ruangan dosen pembimbingnya, ia berniat menyerahkan bab terakhir untuk Skripsinya dan sedikit berkonsultasi serta mendengaran arahan dosen pembimbingnya mana saja yang perlu di revisi.

Dua bulan sudah Sooji tidak pernah berhubungan dengan Soojung, setelah ia meninggalkan Soojung dan Mingyu di cafe saat itu Sooji sudah putus kontak dengannya. Bahkan ia memilih mengganti nomor ponselnya karna nomor itu kenangan yang pahit untuknya.

Entahlah, Sooji mengira mungkin saja Mingyu sudah bertanggung jawab dan menikahi Soojung. Mungkin saat ini mereka menjalin sebuah pernikahan yang bahagia, menunggu hadirnya sang buah hati. Membayangkan itu semua membuat Sooji menyunggingkan senyum kecut.

Setelah langkah terakhirnya, ia berada di depan pintu dosen dan segera mengetuknya. Mendengar sahutan dari dalam membuat Sooji memberanikan diri memutar knop pintu dan memilih masuk.

Beruntung baginya karna ia mendapatkan dosen pembimbing yang baik, supel dan tidak memberatkan mahasiswa. Bahkan prof. Nam tak segan-segan mengajarinya atau hanya memberikan arahan dan contoh. Sooji bersyukur akan hal itu, ia tak
terlalu di buat pusing karnanya.

Setelah beberapa menit di dalam ruangan dosen pembimbingnya, Sooji keluar dengan wajah lega. Ia sangat lega karna prof. Nam tidak banyak memintanya untuk merevisi ulang. Hanya beberapa bagian kecilnya saja.

Sooji merasa jika pilihannya untuk mengerjakan tugas di tempat yang menenangkan sangat benar, memang jika kita ingin terfokuskan akan satu hal maka faktor lingkungan sangat mendukung.

Sooji akan segera menuntaskan tanggungan skripsinya dan tak sabar segera menyandang status sarjana.

Sooji akan menjadi pengacara hebat di Seoul, dan ia harus mewujudkan cita-citanya sedari kecil.

Sooji menyusuri koridor kampus dengan langkah ringan, kakinya berayun bersamaan dengan tangannya bahkan tas bermerek terkenal di genggamannya berayun-ayun mengikuti gerakan tangannya.

Sooji memilih mampir ke kantin sejenak, bermaksud untuk membasahi krongkongannya yang kering serta mencari teman-teman kelasnya. Sooji tipikal gadis yang mudah membaur, ia bukan tipe gadis yang hanya memiliki dua tiga teman dekat di kelas dan selebihnya ia tak terlalu mengenal.

Sooji mengenal semua teman-teman sekelasnya, ia mudah melakukan itu karna sifatnya ramah dan mudah akrab. Sooji memilik satu sahabat selama hidupnya namun kini tidak lagi. Sahabat yang sayangnya telah memilih untuk menjadi orang lain dan tak saling mengenal hanya karna sebuah ego semata.

Kedua telinga Sooji terasa panas mendengar desas desus sepanjang ia berjalan menuju arah kantin. Tak hanya satu dua orang namun sepertinya hampir semua mahasiswa yang duduk di kursi koridor berbisik-bisik dan Sooji sadar jika mereka tengah membicarakannya.

IRISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang